Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Psikopat!
Luna heran melihat Arkana yang terdiam menatapnya.
"Kau sudah selesai bicara kan Tuan Arkana?" tanya Luna.
"Ya, aku sudah selesai menyampaikan apa yang harus aku katakan. Jangan mengusik Maya, atau kau akan berhadapan denganku."
"Tentu, aku tidak akan mengusiknya karena aku tidak ingin berhadapan denganmu lagi," sahut Luna sambil tersenyum.
Mendengar itu hati Arkana kembali terusik. Ia membelalakkan matanya menatap Luna.
"Kau—"
Belum selesai Arkana berbicara, ponsel Luna kembali berbunyi. Kali ini panggilan telepon. Luna melihat layar dan tertulis nama Radika di sana. Ia pun mengangkatnya.
"Halo?"
"Luna? Aku sudah di apartemen mu. Boleh kan aku masuk? Aku membawakan mu obat demam."
Luna terhenyak. Ia melirik Arkana sekilas lalu berjalan menjauh darinya.
"Kau sudah di mana Dik?"
"Aku baru saja tiba di parkiran, tadi suhu tubuhmu sedikit panas Lun."
"Aku tidak apa-apa Dika. Harusnya tak perlu merepotkan mu begitu. Kau tunggu saja di sana, aku akan menemui mu."
"Eh jangan, kamu kan lagi tidak enak badan Lun," sahut Dika.
Luna merasa jika tidak keluar apartemen, sepertinya Arkana juga sulit bergerak. Jadi lebih baik ia keluar saja pura-pura ingin pergi, agar Arkana ikut pergi dari apartemennya.
"Tidak apa-apa, kau terlalu khawatir. Aku baik-baik saja. Aku akan menemui mu. Tunggu aku—"
Ucapan Luna terhenti karena ponselnya telah diambil paksa oleh Arkana. Pria itu menatapnya geram lalu melempar ponsel itu begitu saja.
"Arkana?!" pekik Luna kaget.
Ponsel itu telah hancur berantakan dan berserakan di lantai. Entah kenapa, Arkana merasa begitu kesal dengan sikap Luna malam ini.
"Kau mengabaikan ku dan menerima telepon dari seorang pria?"
"Kenapa memangnya? Bukankah kita sudah tidak ada hubungan lagi? Ah bukan, dari awal memang kita tidak memiliki hubungan apapun selain kesepakatan di atas ranjang dan juga bayaran sepadan. Lantas kenapa kau membuang ponselku??"
"Kau terlalu lancang Luna!"
"Kau yang lancang, kau masuk ke rumahku dan mengancam ku demi tunanganmu itu. Dan sekarang kau bahkan merusak ponselku! Kau tahu seberapa menyebalkannya dirimu itu?"
"Aku akan ganti ponselmu dengan yang lebih bagus!"
"Tidak perlu!" tukas Luna yang kembali memungut ponselnya.
Ia mencoba merangkainya kembali dan menghidupkannya. Meskipun tidak sempurna dan bahkan banyak bagian yang telah lepas, namun ponsel itu masih bisa hidup.
Luna tidak ingin Radika menunggunya di basement sendrian dalam waktu yang lama.
Ah hidup. Aku harus menghubungi Radika.
Luna pun sibuk dengan ponselnya sendiri, membuat Arkana memperhatikannya.
"Luna!"
Luna tak menghiraukannya. Ia segera menghubungi Radika untuk memintanya pulang saja karena sepertinya ia tidak bisa dengan mudah mengusir Arkana.
"Halo, Dika, sepertinya kau harus pergi dulu dari sini, karena aku sedang—"
Lagi-lagi Arkana mengambil paksa ponsel itu dan kali ini, pria itu berjalan ke balkon, mematikan panggilan teleponnya lalu melemparkan ponsel itu keluar balkon hingga benda tersebut jatuh dari ketinggian lantai 17.
Luna pun terperangah melihatnya dan mengejar Arkana menuju Balkon.
"Arkana?! Apa-apaan sih kamu hah?" teriaknya seraya melihat ke arah bawah.
'Begitu tinggi, ponsel itu pasti sudah hancur' batin Luna.
Arkana menarik tangan Luna dan menyeretnya hingga menuju sofa. Lalu ia melemparkan tubuh Luna begitu saja hingga terjerembab.
"Kau sudah tidur dengannya?" tanya Arkana.
"Apa??"
"Baru sebulan, kau telah mendapatkan pengganti ku dan telah menyerahkan dirimu kepadanya, begitu?"
Apa??
Begitu rendah kah diriku dimatanya...
"Jika iya memangnya kenapa?" tantang Luna.
"Apa?" Arkana menatapnya tajam.
Ia pun mencengkram dagu Luna dengan kuat.
"Jangan bertingkah seperti wanita jalang, Luna!"
"Hahaha kau lupa ya? Bukankah kau yang membuat aku seperti wanita jalang?"
Arkana mengernyitkan dahinya lalu tersenyum tipis.
"Kau benar, kalau begitu lakukan tugasmu sebagai jalang!" ucapnya kemudian mencium bibir Luna dengan paksa.
Ia pun mulai melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan bersama Luna. Kegiatan yang tak pernah lagi ia lakukan selama sebulan ini.
Luna mencoba melepaskan diri, namun kekuatan Arkana lebih besar darinya. Ia bahkan berhasil menundukkan Luna di dalam kendalinya. Tindakannya kali ini sedikit kasar, seperti sedang melampiaskan kemarahan tertahan.
Hingga satu jam berlalu, semua kembali tenang. Arkana kembali mengenakan pakaiannya dengan rapi dan menatap Luna sejenak.
"Kau psikopat!" maki Luna seraya mengenakan selimut untuk menutupi tubuhnya.
Arkana hanya tersenyum tipis. Ia mengambil ponsel di saku celananya kemudian mengetik sesuatu di sana.
"Aku mengirimkan uang 30 milyar untuk pelayananmu malam ini. Itu sudah beserta harga ponsel yang baru untuk kau beli sendiri," ucap Arkana dengan tatapannya yang kembali dingin.
"Brengsek!" umpat Luna.
Arkana menoleh ke arahnya sejenak lalu tersenyum menyeringai.
"Aku pergi. Ingat kata-kata ku. Jangan pernah muncul di hadapan keluarga Sucipto ataupun Maya. Jangan pernah memberitahunya apapun tentang kita dan menghilang lah dari pandanganku," ucap Arkana lalu membuka pintu apartemen Luna dan menghilang dibalik pintu.
"Brengsek!!" teriak Luna seraya melemparkan bantal ke arah pintu.
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.