Casey Valencia, seorang gadis biasa yang terjebak cinta masa lalunya. Gagal move on dengan segala pesona Bian yang di atas rata-rata. Masih menggenggam cinta yang sama menjadikannya jomblo abadi dan selalu dibully teman-temannya. Mencoba berbagai cara untuk mencari pria yang dicintai, agar bisa bertemu kembali adalah hal mustahil yang selalu dia impikan.
Namun, tragedi di sebuah bar menjadikannya pengantin dadakan. Menikah dengan orang yang tidak dia kenali, bahkan teramat dia benci karena merenggut apa yang memang dijaganya. Dan Casey selalu merasa tidak asing dengan sosok pria itu.
Mungkinkah cinta sesaatnya akan menjadi selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rigum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCS - Diam diam saja
"Aku ingin pernikahan kita dirahasiakan." Ujar Casey
"Kenapa?" Tanya Bian tak mengerti
"Kenapa katamu? Apa kau tidak merasa bahwa apa yang terjadi diantara kita adalah sebuah aib? Kita dua orang yang berbeda kasta Pak Bastian, bahkan kita tidak saling mencintai. Bagaimana pendapat orang-orang nanti jika kita menikah secara mendadak dan 7 bulan kemudian aku melahirkan, apa semua itu tidak membuatmu malu?" Teriak Casey kembali ke watak aslinya
Bian tergelak, lucu sekali melihat ekspresi berapi-api dari gadis di hadapannya. Mana Casey yang lemah tadi? Yang bahkan meminta tolong untuk diselamatkan.
"Kenapa kau tertawa Pak Bastian? Apa ada yang salah dari perkataanku?" Tanya Casey
Bian menggeleng cepat, mengusap sudut matanya yang sedikit berair.
"Apa kau tidak merasa malu dengan yang kita lakukan hari ini?" Bian balik bertanya
Casey mengernyitkan keningnya, baguslah cara kerja otak kecilnya yang sebentar lupa sebentar ingat. Tapi 80% lupa semua.
"Kita sudah..." Bian mendekatkan wajahnya, perlahan kepala Bian miring ke samping bersiap mengulangi adegan di jembatan dengan Casey.
"Pak, saya sudah mengantarkan Pak Anton pulang. Dan ini saya mau minta ijin untuk menebus obat." Ujar Dika tanpa rasa bersalah telah masuk tanpa ijin.
Kedua mata Bian terpejam. Pun halnya Casey sontak menutup wajahnya yang memerah.
"Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk Dika?" Tanya Bian datar
"Ma.. maafkan saya Pak." Dika menunduk, benar-benar tidak tahu dengan apa yang dua orang ini hendak lakukan.
"Malam ini, aku akan berangkat. Persiapkan keperluanku." Tukas Bian beranjak dari posisinya
"Kau akan meninggalkanku lagi?" Teriak Casey
"Tidak akan. Aku akan membawamu serta. Kita ke LA." Tukas Bian melepaskan jas hitamnya, lalu masuk ke kamar mandi.
"Kenapa kau terus disitu Pak Dika? Kau ingin mengintipku berganti pakaian?" Teriak Casey merasa kesal dipandangi oleh sekretaris Bian
"Maaf nona Casey, tapi apa anda membawa baju ganti?" Tanya Dika dengan hati-hati
"Aku bisa memakai pakaian atasanmu! Sudah aku ingin mencari baju yang pas untukku." Ujar Casey membuka lemari Bian dengan lancang
"Baiklah nona. Saya permisi dulu." Pamit Dika dengan sopan
Casey menyusuri deretan pakaian yang tergantung disana. Jas mahal beserta kemeja dengan beraneka warna lengkap dengan dasi dan celana panjang. Casey membuka lagi pintu satunya, terdapat beberapa kaos santai yang tergantung beraroma musk menarik perhatian Casey. Sepertinya warna kunyit ini tidak terlalu buruk. Tanpa ijin Casey memakainya, melepaskan hotpant beserta hoodie besar yang tadi dipakainya. Seseorang mengamatinya dari belakang. Melihat punggung putih itu terekspos, Bian mendekat ke arah Casey. Berniat mengejutkannya dengan memeluk tiba-tiba. Namun, dug...
"Aduh..." keluh Bian ketika siku Casey mengenai hidungnya saat Casey hendak memakai kaos.
"Maafkan aku Pak Bastian, aku tidak sengaja!" Tukas Casey melihat darah menetes di salah satu lubang hidung Bian
"Aku akan ambilkan kapas." Tukas Casey berniat keluar kamar.
Namun dengan cepat Bian menariknya. Menatap kedua mata Casey yang polos tanpa rasa bersalah itu. Perlahan ibu jari Bian menyentuh bibir ranum itu. Tanpa aba-aba, Bian kembali mendekatkan bibirnya. Anehnya Casey hanya tertegun, menatap pemandangan indah yang kini ada di hadapannya. Mengusap lembut dada berotot Bian, dua benda kenyal itu saling bersentuhan, menyesapi setiap rasa manis yang ada disana. Bian memejamkan matanya, menikmati permainan amatir Casey yang mulai membalasnya perlahan. Tanpa sadar gerakan Casey membangkitkan singa di bawah sana. Bian mendorong pelan tubuh Casey membaringkannya di ranjang. Menindih tubuh kecil itu dengan hasrat yang memuncak. Bian menyingkap kaos kuning Casey hingga gundukan kembar yang semakin berisi itu terlihat. Tiba-tiba...
Tok tok tok
Bian memejamkan matanya, menahan amarah yang luar biasa karena kegiatan panasnya dihentikan.
"Pak, saya sudah memesan 2 tiket yang anda butuhkan untuk berangkat malam ini." Tukas Dika dari balik pintu
"Dikaaa!!!!"
Di dalam pesawat, Bian dan Casey yang duduk bersebelahan hanya bergeming menatap ke arah suguhan aneka camilan dan minuman yang tersedia di hadapan mereka.
"Silahkan dimakan nona, Pak Bastian." Tawar Dika menyodorkan sepiring french toast dan Lemon herb roasted potatoes .
"Aku tidak lapar." Jawab Bian dan Casey bersamaan
"Baiklah, saya saja yang makan." Dika berinisiatif
"Silahkan saja!" Jawab Casey dan Bian lagi lagi bersamaan.
Dika mengulum senyumnya, mendapati salah tingkah kedua atasannya ini. Ada niat menganggu mereka lagi nanti saat menemukan moment yang tepat. Disaat kesunyian kembali datang, Casey tersentak dengan kedua mata melotot.
"Tidak! Aku melupakan sesuatu!" pekiknya mengeluarkan ponsel dari tas
"Aku harus menghubungi Cia dan mengabari kalau aku tidak pulang, dia bisa khawatir mencariku kemana-mana." tukas Casey mencari kontak Cia di ponselnya
Bian merebut ponsel itu dan memasukkannya ke kantong celana.
"Kau tidak boleh menghubungi siapapun selama di pesawat.."
"Kenapa? Apa bapak berniat menculikku, dan membawaku pergi jauh! Itukah yang sudah bapak rencanakan? Dasar licik!" suara tinggi Casey membuat beberapa orang menoleh, sedikit heran dengan keributan yang sedari tadi mereka buat.
"Tolong pelankan sedikit suaramu." ujar Bian
Casey melihat sekitarnya, blush wajahnya memerah. Tanpa sadar membenamkan wajahnya di lengan Bian.
"Di pesawat dilarang melakukan panggilan, karena itu bisa mengganggu sinyal penerbangan." terang Bian
"Aku tidak tahu kalau peraturan semacam itu ada." gerutu Casey dengan bibir mengerucut
Kali ini Dika yang tertawa. Entah polos atau bodoh calon istri atasannya ini. Ada saja kalimat random yang terdengar aneh di telinganya.
"Dika." geram Bian. Seketika Dika mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Daripada sibuk berpikiran yang tidak-tidak, apa kau tidak ingin memikirkan tentang pernikahan kita?" tanya Bian perlahan.
Casey menarik dirinya ke belakang, menatap ke luar jendela. Lalu menghembuskan napasnya kasar.
"Aku ingin sekali memikirkannya, tapi di otakku tidak ada apa-apa." balasnya menunduk
Bian tergelak. Ingin rasanya menggigit pipi Casey yang menggemaskan. Gadis ini semakin konyol saja semakin harinya.
"Baiklah, kalau begitu apa ada syarat khusus yang ingin kau ajukan sebelum pernikahan kita?" Bian bertanya lagi
"Tidak ada. Aku hanya ingin kita sama-sama belajar menjadi suami istri sungguhan demi anak ini. Terlepas nanti tumbuh cinta atau tidak diantara kita? Kita pikirkan lagi nanti." ujar Casey tampak sedih
"Aku.. ingin mengajukan permohonan." ujar Bian
Casey menoleh, menatap mata yang meneduhkan itu.
"Aku ingin kau berhenti bekerja Casey, tinggalah bersamaku di apartemen dan..." Bian memberi jeda sebentar
"Dan apa?" tanya Casey
"Setelah menikah nanti aku akan memberitahumu siapa aku sebenarnya."
Kalau up yang banyak dong kak jadi gak lama nunggunya /Grin/