NovelToon NovelToon
Love Reborn

Love Reborn

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kelahiran kembali menjadi kuat / Chicklit / Tamat
Popularitas:27k
Nilai: 5
Nama Author: Whidie Arista

Terlahir kembali di dalam tubuh penggemar rahasia suaminya sendiri apa yang akan Allea lakukan?

Allea Calista, meninggal akibat tertabrak truk saat bertengkar dengan suaminya sendiri, Arkan. Namun sebuah keajaiban, membawanya kembali hidup di dunia untuk membalas kematian yang di alaminya, apakah segalanya akan berubah? Akankah Allea kembali bersama Arkan? Atau justru dia menemukan cinta baru dalam hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Ketergantungan

"Ada anak kecil yang melempari Kakak dengan batu, mereka pikir Kakak orang gila." Ujarnya dengan suara tenang.

Ish, Rania berdecak kesal, "mereka benar, Kakak memang gila! Mengapa Kakak harus mencariku semalaman, lalu tidur disana?!" Rania meradang.

"Adik," Ran mengkerut takut melihat kemarahan Rania.

"Apa? Adik, Adik?" Rania melotot tajam.

"Kakak pikir Adik akan meninggalkan, Kakak. Seluruh dunia boleh pergi, tapi Adik tidak," dia mendekap lututnya, seolah ketakutan. Ran tampak seperti anak kecil yang terbuang.

"Kenapa kau selalu berpikir aku akan membuangmu? Kau laki-laki dewasa Kak, berhenti bersikap bodoh begini." Rania tak suka melihat Ran yang begini, dia ingin Ran yang terlihat dewasa, normal seperti Pria pada umumnya. Dia yakin Ran itu sebenarnya bukan orang yang bodoh, dia hanya terlalu bergantung pada Rania, dia menganggap Rania itu pusat hidupnya.

Ran diam masih dalam posisi yang sama, duduk menunduk mendekap lututnya, Rania pergi untuk menenangkan diri agar kemarahannya tak semakin meledak.

Sekilas bayang masalalu terbuka kembali dalam ingatan Ran, saat dia di tinggalkan oleh Ibunya sendiri di jalan buntu yang penuh dengan sampah.

Dulu Ran kecil hanya hidup berdua dengan Ibunya, dia tak punya Ayah atau pun keluarga yang lain, Ibunya pun tak pernah menyebutkan.

'Ran, sebentar lagi kamu akan masuk sekolah. Kamu akan punya banyak teman,' ujar sang Ibu, 'kamu senang tidak?'

Ibunya menunggu reaksi, namun Ran diam saja, 'ada apa nak, apa kamu tidak senang?' sang Ibu berjongkok menatap wajah putranya.

'Orang-orang tidak pernah menyukaiku, tidak ada yang mau berteman denganku,' keluh Ran dengan wajah mematut.

Ibunya tersenyum manis, 'sayang, mereka bukannya tidak menyukaimu, mereka hanya tidak kenal dirimu. Kau anak yang baik, penurut dan penyayang, Ibu yakin suatu hari nanti akan ada yang menyadarinya.' Ibunya mengusap kepala Ran lembut.

'Ran, Ibu mau pergi sebentar, kamu tunggu di rumah ya, jangan kemana-mana tunggu Ibu pulang.'

Ran kecil menuruti kata-kata Ibunya. Malam itu, hujan turun sangat deras, petir disertai kilat menyambar-nyambar, Ran kecil duduk sendirian di kamarnya, dia menutupi diri dengan selimut, karena ketakutan.

Brak...

Suara pintu dibuka amat keras, membuat Ran terlonjak dan semakin mengkerut takut.

'R-ran, R-ran,' suara Ibunya terdengar parau, di iringi napas yang tak beraturan.

Ran melompat turun dan lekas menghampiri Ibunya. Mata Ran membulat sempurna, saat dia melihat wajah sang Ibu yang penuh dengan darah dari puncak kepalanya. Kakinya nampak diseret, sebelah tangannya terkulai lemas dan di topang oleh tangannya yang satu lagi, dia seperti habis kecelakaan.

'I-ibu, ke-kenapa?' Ran tergagap, setengah ketakutan.

'R-Ran, pergilah sejauh mungkin, sembunyilah. Jangan sampai ada yang menemukanmu,' lirihnya disertai tangis pilu, dia tak menjawab sama sekali pertanyaan Ran.

'A-apa maksud Ibu? Aku harus pergi kemana?' Ran menangis keras, merasa terluka dengan perkataan sang Ibu yang seolah tak menginginkannya lagi. Anak sekecil dia, bisa apa jika sendirian diluar sana. Apa lagi melihat kondisi sang Ibu yang tidak baik-baik saja, bukannya ingin pergi justru Ran ingin berada di sampingnya.

'Terserah, kemana saja, asalkan kamu menjauh dari sini,' Ibu Ran terisak lirih sambil memeluk tubuh mungil putranya, 'Ingat Ran, Ibu selalu menyayangimu.' Dia mengecup kepala Ran penuh kasih sayang.

'Tapi Ibu terluka,' wajah Ran menunjukkan kekhawatiran yang teramat sangat.

'Ibu akan baik-baik saja, percayalah.' dia meyakinkan.

Saat itu juga, Ran di paksa bergegas keluar meski dia tak mau, entah apa yang membuat Ibunya bertindak begitu. Dia menyeret Ran keluar, kemudian membuatnya bersembunyi di antara tumpukan sampah, 'ingat apa pun yang terjadi jangan pernah keluar sebelum matahari terbit. Ran, hiduplah dengan baik Nak, Ibu menyayangimu, sayang.' kata itu yang Ran dengar dari mulut sang Ibu untuk yang terakhir kalinya, setelah itu ia pun menghilang tanpa jejak, seolah lenyap bersama gelap, hilang tertiup angin seperti asap.

Ran memejamkan mata, dia pernah mencoba mencari Ibunya, namun dia tak dapat menemukannya, rumah dia sebelumnya sudah hancur dimakan usia, tembok-temboknya sudah terkelupas, bahkan atapnya pun sudah ada separuh yang rubuh, itu berarti sejak saat itu Ibunya tak pernah kembali. Bahkan barang-barang yang ada disana pun sudah berkarat.

Kini hanya Rania yang dia punya, dia tak ingin kalau sampai Rania pun ikut pergi dari hidupnya, rasa takut itu yang membuat Ran acap kali bertindak diluar kendali.

Rania kembali masuk, dia menghela napas saat mendapati Ran masih duduk di posisi yang sama seperti sebelumnya, "maafkan aku, aku tidak bermaksud membuat Kakak sedih, hanya saja jangan terus berpikir tentang hal buruk, itu akan merusak dirimu sendiri." Ujar Rania.

Ran mendongak, dia tersenyum manis, "Iya Adik, mulai sekarang Kakak janji tidak akan melakukan itu lagi. Lagi pula Adik sudah berjanji, akan selalu bersama Kakak selamanya." Ran tersenyum cerah.

"Bagaimana kalau suatu hari Kakak atau aku menikah?"

Ran terdiam seketika, dia melupakan tentang hal besar itu. Jika untuk dia sendiri, sudah pasti Ran tidak memiliki keinginan untuk menikah, tapi bagaimana dengan Rania?

"Menikah?! A-apa Adik sudah memutuskan ingin menikahi siapa?" Suara Ran terdengar gugup.

"Belum, tapi tidak menutup kemungkinan aku atau Kakak akan berkeluarga suatu hari nanti bukan? Mungkin, suamiku atau Istri Kakak akan keberatan dengan keberadaan kita di antara mereka." Rania mencoba menjelaskan, berharap Ran akan mengerti maksud kata-katanya, agar tak selalu menggantungkan diri pada orang lain.

"Jika begitu, lebih baik Kakak tidak menikah saja. Jika dia tak ingin menerimamu, maka lebih baik Kakak melajang seumur hidup." Ucap Ran tanpa beban.

"Lalu kalau aku yang menikah, bagaimana?"

"Kakak akan membuat perjanjian dengan dia, kalau Kakak tidak akan mengijinkan kamu menikah dengannya jika dia tidak mau menerima Kakak juga." Jelasnya, penuh tekad.

"Hah, astaga, ayolah Kak. Apa harus seperti itu?"

"Tentu saja, Adikku sudah Kakak bilang, Kakak tidak akan pernah rela berpisah darimu."

"Haish, baiklah. Terserah Kakak saja," Rania sudah malas berdebat dengan Ran yang sudah pasti akan selalu menang.

Hari berlalu. Rania baru masuk kerja kembali, setelah bolos satu hari karena merasa khawatir pada Ran.

Rania masuk ke dapur, tatapan matanya berakhir pada sebuah kantong keresek putih yang teronggok di atas meja, dia seakan mengenalinya. Dia berjalan menghampiri benda tersebut dan menilik isi di dalamnya. Dan benar saja, itu barang belanjaannya yang tertinggal di mobil Arkan.

"Itu punyamu, kau melupakannya kemarin," seru Arkan dari belakang, dia tampak berjalan menuruni tangga sambil mengancingkan lengan bajunya.

"Ah, ya," jawab Rania sambil menoleh kesana kemari, takut jika ada yang mendengar kata-kata Arkan barusan.

"Tenang saja, tidak ada siapa-siapa." Ujarnya sambil menarik kursi dan mendudukinya.

"Kalau begitu terimakasih banyak, aku akan mengambilnya," Rania mengambil kantong keresek tersebut, kemudian berlalu, namun seruan Arkan membuat langkahnya kembali terhenti.

"Mau kemana kamu? Layani aku."

1
ndaaa
semangat
ndaaa
semangat thor
ndaaa
lanjut thor semangat
Whidie Arista 🦋: Terimakasih Kakak 😊
total 1 replies
ndaaa
tapi ya aku kasian ke arkan aku juga kasian ke randy. kan arkan sangat mencintai istrinya yg sekarang berada ditubuh rania, disisi lain kan ada randy yg memperjuangkan dan mencintai rania meskipun didalam diri adiknya kini ternyata bukan rania
semangat thor lanjut...
Fransiska Husun
Luar biasa
Whidie Arista 🦋: Terimakasih Kakak🙏😊
total 1 replies
Whidie Arista 🦋
Halo teman2, terimakasih telah membaca karya othor yang satu ini. semoga sesuai dengan selera kalian ya. Jika berkenan, tolong berikan juga like, komen dan rate bintang 5. terimakasih 🙏😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!