seorang gadis dari zaman modern, yang melakukan touring di salah satu gunung tertinggi yang ada di Indonesia. dan menyebabkan dirinya meninggal setelah berhasil menaklukkan gunung tertinggi itu.
namun, arwah yang ditarik itu, bukannya pergi kealam baka, malah melakukan perjalanan waktu ke dunia yang lampau, yang mungkin hanya ada dalam sejarah.
ia, sang gadis bernama Aryani mayora merasuki tubuh seorang ibu yang kejam, yang tega menyiksa anak kandung sendiri tanpa ampun. nama wanita itu adalah Anarawati.
lalu, bagaimana kah Kisah Aryani setelah mengambil alih jasad ibu kejam itu.?? yuk.. disimak..🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. bibi cantik
Ia kemudian kembali melanjutkan dengan jurus-jurus yang lain. Ia mempelajari nya sampai ia bisa dan mahir. Berhari-hari anara berada dalam ruang dimensi nya untuk mempelajari jurus-jurus itu. setelah anara rasa telah cukup, akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi latihan nya. Tapi, sebelum itu kembali ke dunia nyata, ia memutuskan untuk berendam dan mandi terlebih dahulu di ai suci.
"Sebelum balik, alangkah baiknya aku mandi dulu dan mengganti pakaian disini. Aku juga tidak mau mengenakan kebaya lagi. Aku pakai pakaian yang biasa aku kenakan di zaman modern, nanti kalau kedua anak itu bertanya, cukup cari alasan yang tepat aja." Monolog anara.
Tanpa pikir panjang lagi, ia memasuki kolam air yang memanjang itu, sementara tempatnya mengambil air untuk diminum, ia ambil yang dekat pangkalan air. Saat anara menyentuh air tersebut. Ia merasakan badannya rileks dan sangat segar. Ia tidak merasakan rasa sakit apapun.
"Mmm... Enak dan segar sekali. Coba diawal mengetahui khasiat air ini, pasti aku langsung berendam, saja... " ujar anara.
Ia pernah mandi dan membersihkan dirinya dalam ruang dimensi, tapi ia melakukan nya di dalam kediaman yang ada di ruang dimensi itu.
Setelah merasa cukup, ia pun masuk kedalam kediaman itu dan memakai baju santai lagi. Tak lupa, dirinya juga mengambil dua pasang pakaian dan kasur santai untuk dirinya dan anak-anaknya. Ia tidak peduli kalau anak-anak nanti bertanya dari mana ia mendapatkan semua itu, yang penting ia bisa tidur nyenyak bersama dengan anak-anaknya.
Sring
Anara kembali kedunia nyata. Ia melihat waktu seperti sekitar jam 3 subuh. Kemudian melihat kedua anak-anaknya yang tertidur sangat lelap. Anara tersenyum dan menciumi anak-anaknya satu persatu.
"Selamat malam jagoan ibu." Ujarnya.
Kemudian ia menggelar kasur santai itu, dan memindahkan kedua anaknya dengan hati-hati. Setelah itu, Anara pun langsung menyelimuti seluruh tubuh sampai batas leher mereka. Setelah selesai, anara pun ikut bergabung bersama dengan anak-anaknya. Walaupun sebentar lagi pagi akan menjelang. Tapi, anara tidak peduli. Saat ini, ia hanya ingin tidur dan beristirahat.
***
Esok hari pun menjelang. Anara masih memejamkan matanya. Sementara kedua anaknya sudah terusik dengan cahaya matahari yang menyeruak masuk kedalam gubuk reot mereka. Ketika Sadewa membuka matanya, ia sadar kalau dirinya sedang di peluk oleh Sang ibu. ia tersenyum senang, akhirnya setelah bertahun-tahun, ia dapat merasakan pelukan hangat sang ibu. tapi tiba-tiba, ia langsung terkejut. Dengan cepat, Sadewa langsung beringsur melepaskan diri dari pelukan sang ibu.
"Aarrrrgggg... Siapa anda bibi...!!" Teriak Sadewa.
Nakula dan anara pun ikut terbangun mendengar teriakkan Sadewa. Anara mengucek matanya, begitu pun dengan Nakula.
"Ada apa sayang. Kenapa berteriak seperti itu.." ujar anara dengan suara serak, suara khas bangun tidur. Nakula pun ikut memperhatikan sang ibu dan juga di buat terkejut.
"Eh.. bibi Siapa, dan kenapa bibi tidur di tempat ibu kami." Ujar Nakula dengan santai. Anara yang mendengar penuturan Nakula langsung di buat Bingung. Apa maksud dari ucapan kedua anaknya itu
"Eh.. ini ibu sayang. Kenapa anak-anak ganteng ibu tak mengenali ibunya sendiri.. hmmm...??" Ujar anara. Kedua anak itu pun langsung melebarkan mata mereka. Apa !! Bibi cantik ini adalah ibu mereka..?? Kedua anak itupun saling memandang.
"Maksudnya bagaimana..?? Ibu kami tidak berwajah cantik seperti bibi. Ya.. ibu kami memang cantik, tapi agak sedikit Kumal dan hitam. Tapi, bibi kan cantik sekali seperti peri bulan.." ujar kedua anak itu dengan manisnya. Anara yang mendengar penuturan kedua anaknya langsung tersenyum jahil. Bisa-bisanya kedua anaknya ini menggoda dirinya.
"Sayang. Jangan bercanda deh.. ini ibu, masak hanya semalam, kalian langsung lupa dengan ibu." Ujar anara. Tiba-tiba anara menyadari sesuatu, kemudian ia cepat-cepat bangun, jangan sampai kedua anaknya ini mengalami lupa ingatan akibat pukulan yang mereka terima tadi dari perempuan sundal itu.
"Sayang.. kalian tidak apa-apa kan.?? Kalian tidak mengalami amnesia kan..?? Ini ibu.." ujar anara dengan panik, ia memegangi pipi Nakula dan juga menelisik Wajah anak-anak nya. Barangkali, ada luka yang berat yang mereka dapatkan. Kedua anak itupun langsung melongo.
"Apa.. apa itu amnesia bibi..??" Tanya Sadewa tiba-tiba.. mendengar penuturan Sadewa, anara pun langsung membungkam mulutnya dengan tangan nya. Ia keceplosan.
(Aduh.. bagaimana aku bisa keceplosan. Bisa-bisa, anak-anak cerdas ini bisa menebak siapa aku sebenarnya.) Batin anara. Anara pun mencoba untuk bersikap biasa saja. Ia mencoba untuk tidak mengundang kecurigaan dari anak-anak itu.
"Eh. I.. ib..uu tadi tidak sengaja membaca buku. Dan ibu juga tidak sengaja menemukan kata itu, amnesia itu adalah arti dari sebuah kata yang di sederhana kan. Yaitu, penyakit hilang ingatan." Ujar anara sedikit gugup. apalagi, tatapan Sadewa begitu menelisik.
Ia berharap, anak-anak ini dapat bisa di kicuh dengan penuturan itu, walaupun apa yang disampaikan anara tidak sepenuhnya salah. Kedua anak itu pun langsung mengangguk.
"Tapi, kenapa anak-anak ibu panggil bibi, ini ibu sayang, bukan bibi. Percaya deh sama ibu.. oke, lihat mata ibu dalam-dalam. Dan temukan Disana, apakah ibu berbohong atau tidak." Ujar anara berusaha meyakinkan kedua anaknya.
Nakula dan Sadewa pun mengikuti apa yang dikatakan oleh anara. Mereka menatap mata dan wajah anara sekilas, tapi setelah itu, mereka tersenyum. dan juga langsung berseru.
"Ya. Kami percaya. Ibu..." Ujar Nakula dan Sadewa secara serempak.
Mereka berdua bangun dan memeluk tubuh anara dengan erat. Anara pun akhirnya menjadi tenang. Tapi, ia kembali terpikir, kenapa anak-anak nya meragukan dirinya tadi. Apakah ada sesuatu yang berbeda dengan wajahnya.? Pikir anara. Ah.. andai di gubuk reot mereka ada cermin. Pasti ia tidak akan bertanya seperti ini.
"Ya sudah, berhubung sekarang matahari telah memancarkan cahayanya. Sekarang waktunya kita untuk bangun. Ayo Adik sama Kakak mandi dulu sana. Ibu sudah menyiapkan pakaian yang baru untuk adik dan juga Kakak." Ujar anara kepada kedua anaknya. Sadewa yang memang anaknya cukup teliti, Ia langsung melihat ke arah sang Ibu, di mana pakaian ibunya berbeda dari biasanya.
"Ibu, pakaian ibu berbeda lagi ya. Ibu juga kemarin memakai pakaian yang cukup aneh menurut Sadewa. Terus di sini juga ada selimut yang empuk lembut dan juga bagus. Ibu dapat dari mana..??" Tanya Sadewa kepada sang Ibu sambil menunjuk selimut yang baru saja mereka pakai dan singkapkan tadi.
Anara yang mendengarkan penuturan Sadewa langsung dibuat kelagapan. Padahal waktu dirinya masih berada di dalam ruang dimensi, Ia cukup percaya diri untuk bisa mengelabuhi dan mengarang cerita kepada anak-anaknya.