Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 19
Rumah Uni
Nadira duduk memandangi suaminya yang meskipun sudah malam tapi masih bekerja. "Jangan ambil kebahagiaan ini" batin Nadira.
Di kursi kebesarannya. Terlihat Rian sedang menandatangani berkas-berkas di atas meja. Menjadi seorang CEO juga sebagai pemilik Restoran membuat pekerjaan Rian menumpuk.
Nadira merebahkan tubuhnya. Pikirannya kembali di beberapa jam yang lalu. "Apa maksud Kak Rian. Aku benar-benar tidak paham" batin Nadira.
"Sayang, ayo tidur" ajak Rian menghampiri istrinya.
Nadira tersenyum lalu beranjak dari sofa. Kemudian mengikuti suaminya dari belakang. Sesampainya ke dalam kamar, keduanya langsung merebahkan tubuh mereka di atas tempat tidur.
Nadira tidur dengan posisi miring menghadap suaminya. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan secara langsung. "Kak, bolehka aku bertanya" ucap Nadira.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Rian menatap manik mata istrinya.
"Maksud kakak yang tadi apa ya?" tanya Nadira serius.
"Jadi itu yang membuatmu gelisa sejak tadi" guma Rian lalu bangun bersandar di kepala tempat tidur.
"Sekalipun pernikahan kita berawal dari kontrak, tapi aku harap pernikahan ini membawa cinta dalam diri kita masing-masing. Nadira, izinkan aku hidup menua bersamamu" ungkap Rian bersungguh sungguh.
"Kak, aku janji. Aku akan menjadi istri yang baik untuk kakak" ujar Nadira lalu menangis memeluk suaminya.
"Ayo kita mulai dari awal, Nadira" ucap Rian sembari menyeka air mata istrinya.
---------
Pagi hari
Nadira mengerjap lalu beranjak dari tempat tidur. Bergegas menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya. Setelah selesai, Nadira berlari
ke dapur menyiapkan sarapan untuk suaminya.
Rian menggeser selimut tebal yang menutupi tubuh six-packnya. Perlahan berjalan keluar mencari istrinya di lantai satu. Beberapa puluh detik kemudian, terlihat lekukan senyum dari wajah Pria itu.
"Tidak sia-sia aku menikahinya" batin Rian. Perlahan menghampiri istrinya di dapur.
"Lagi apa Sayang?" tanya Rian berdiri dibelakang istrinya.
"Membuat telur ceplok" balas Nadira lalu mengangkat telur ceplok yang ia masak.
"Sekarang kamu mandi. Nanti aku yang lanjutin" titah Rian.
Nadira tersenyum bahagia menatap suaminya yang begitu perhatian padanya. Perhatian yang diberikan Pria itu membuatnya semakin jatuh cinta. Tak ingin melewatkan momen indah itu, Nadira bergegas ke kamarnya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan tubunya di bawah pancuran sower. Menikmati dinginnya air yang kini mengguyur tubuhnya.
Usai bersiap-siap. Nadira menghampiri suaminya di meja makan. "Sudah selesai, sayang?" tanya Rian saat melihat istrinya berjalan menghampirinya.
"Kakak bawa makanan ke Perusahaan?" tanya Nadira menatap tupperware berada di atas meja.
"Tidak. Itu untuk kamu bawa ke sekolah" jawab Rian sembari meletakan roti panggang ke dalam tapperware. Di dalam tapperware ada roti panggang, daging, tomat, telur ceplok dan kacang.
"Untuk aku?" tanya Nadira memastikan.
"Iya, apa kamu tidak suka?" tanya Rian menatap istrinya sejenak.
"Aku suka" balas Nadira dengan girang. Ini kali pertama ia membawa bekal ke sekolah.
"Baguslah jika kamu suka" kata Rian tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut istrinya.
Setelah sarapan, Rian mengantar istrinya ke sekolah. Mengantar dan menjemput istrinya adalah tugasnya sebagai suami. Sekalipun Rian memiliki uang yang banyak tapi dia lebih suka mengantar dan menjemput istrinya. Dalam perjalanan, Nadira terus membuat lelucon membuat Rian tertawa lepas.
"Bagaimana dengan nilai-nilaimu?" tanya Rian.
"Semuanya aman" balas Nadira tersenyum.
Sekolah/08:30 AM
Jika hari-hari sebelumnya Nadira tidak menyalami suaminya, maka hari ini ia menyalami suaminya. Bahkan, Rian pun mengecup kening istrinya. Hal itu dilakukan saat mereka masih berada di dalam mobil. Rian tidak ingin teman-teman Nadira tahu jika Nadira sudah menikah. Ia takut Nadira akan diejek bahkan bisa dikeluarkan dari sekolah.
"Beli jajan yang kamu suka" kata Rian sembari menyerahkan uang jajan untuk istrinya. Dengan nominal 10 Pound Sterling.
Nadira tersenyum lalu mengambil uang dari tangan suaminya. "Hati-hati, Sayang" ujar Nadira. Nadira membuka pintu mobil lalu keluar dan masuk ke dalam gerbang sekolah.
Dalam perjalanan menuju Perusahan. Bayang-banyang Nadira selalu terlintas dipikiran Rian. Membuat pria itu tersenyum sendiri. "Apa ini yang dinamakan gila karena cinta" gumam Rian lalu terkekeh.
Dua puluh menit perjalanan, Rian pun sampai di Perusahan. Terlihat seorang pria membukakan pintu mobil untuk CEO mereka. Rian tersenyum lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam Perusahan. Bahkan ia menyapa semua karyawan yang berpapasan dengannya.
Naix terkekeh saat melihat Rian yang terlihat berbeda dari biasanya. "Apa Nadira sudah melakukan kewajibannya" gumamnya lirih.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rian saat berdiri di depan Naix.
"Apa kamu sudah melakukannya dengan istrimu?" tanya Naix menyelidik.
"Menurutmu!" jawab Rian santai.
"Aduh... bisa tidak! Kalau menjawab itu harus yang secara detail! Jangan yang seperti ini, aku malas berpikir" celetuk Naix.
"Hahahaha," tawa Rian pecah. Ia berhasil membuat Naix kesal. "Aku butuh bantuanmu" kata Rian saat duduk di kursi kebesarannya.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Naix serius.
"Aku ingin mengungkapkan perasaanku pada Nadira tapi aku bingung harus memulai dari mana" jelas Rian.
"Masalah itu gampang! Kamu tinggal hias kamarmu. Hias seindah mungkin, dan beli sesuatu yang dapat membuatnya semakin bahagia. Aku yakin dia akan menerimamu sebagai suaminya, dengan begitu dia akan memberikan hakmu" jelas Naix.
Rian bergidik saat mendengar kalimat terakhir sahabatnya. "Pikiranmu terlalu jauh. Aku tidak yakin Nadira akan memberikannya secepat itu"
"Kamu belum mencobanya tapi sudah mengambil kesimpulan!" cetus Naix. Naix kembali ke kursinya untuk melakukan tugasnya, begitupun dengan Rian.
Rian menatap layar komputernya membaca semua file yang dikirimkan Naix padanya untuk meetting nanti.
Cek--lek... (Pintu terbuka lebar)
"Aku sudah melarangnya tapi dia bersih keras untuk menemuimu" kata Naix.
"Tidak apa-apa. Tinggalkan kami berdua" balas Rian.
"Apa tujuanmu ke sini?" tanya Rian pada Kaira.
"Maafkan aku Honey. Aku tidak berniat untuk mencelakai Nadira. Aku hanya ingin meminta dia pergi dari kehidupanmu. Lalu kita berdua memulai dari awal lagi" jelas Kaira.
"Aku hidup hanya sekali, mati sekali dan menikah pun sekali. Aku tidak akan menghianati istriku. Sekarang kamu pergi karena aku tidak akan pernah menikahimu" jelas Rian menekan setiap kata yang ia sebut.
Modus Lu Yan