TAHAP REVISI
[ Semoga terhibur dengan kekocakan Bang Keanu, Alan dan Mouza ☺️ ]
Mouza yang ingin memberikan kejutan untuk kekasihnya justru malah mendapatkan kejutan tak terduga dari Alan, kekasihnya.
Dengan mata telanjang, Mouza melihat dengan jelas saat Alan sedang bercumbu dengan wanita lain di siang hari, terlebih wanita itu adalah calon kakak iparnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 | Salah Sasaran
Dengan rambut terurai yang belum kering, Mouza memutuskan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Stok air minum di kamarnya telah habis karena olahraga yang baru saja mereka lakukan tadi.
Setelah pergulatan panas dengan Keanu satu jam yang lalu, pria yang berstatus suaminya itu entah pergi kemana. Dia hanya berpamitan ingin keluar sebentar.
Sesampainya di dapur, Mouza berpapasan dengan Alan yang baru saja hendak makan siang.
Alan mengernyit saat melihat Mouza yang melewati dirinya. Rambut yang diurai sedikit basah membuat Alan yakin jika Mouza baru saja berlayar bersama dengan Keanu.
Saat Mouza ingin kembali, Alan menghadang.
"Lo siang-siang habis ngapain, Za?" tanya Alan yang bisa menebak apa yang telah Mouza lakukan.
Mouza yang semula acuh kini menoleh ke arah Alan. "Gue mau ngapain ya suka-suka gue, dong! Gak ada urusannya sama lo! Dasar kepo!" cibir Mouza.
Alan yang tadinya hendak makan, ini tiba-tiba terasa kenyang. Tanpa sepatah kata dia memilih berlalu meninggalkan Mouza yang sudah berhasil membuat dadanya terasa panas.
"Dasar aneh!" kata Mouza yang masih bisa didengar oleh Alan.
***
Sudah pukul 7 malam tetapi Keanu juga belum pulang. Bahkan pesan dan panggilannya masih terabaikan. Entah kemana perginya pria yang berstatus suami itu. Mouza malu untuk bergabung bersama kakek Wijaya dan Alan yang sudah menunggunya di ruang makan, terlebih Keanu meninggalkan tanda merah di lehernya. Jika tahu tidak bisa dihilangkan, Mouza tidak akan mengizinkan Keanu untuk membuat tanda itu.
"Tuh orang kemana, sih?" gerutu Mouza dengan tangan yang mengelus perutnya.
Cacing di dalam perut sudah mendemo dirinya karena belum diberi umpan sejak siang tadi.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Neng Mouza, sudah ditunggu Tuan Wijaya untuk makan, Neng." seru mbak Lili dari luar.
Mouza semakin gelisah, antara ingin keluar atau tidak. Sebenarnya alasan Mouza enggan keluar adalah enggan bertemu dengan Alan.
"Iya, Mbak. Bentar ya."
Akhirnya Mouza memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Dia tidak ingin mengecewakan kakek Wijaya yang sudah memberikan sebuah kepercayaan kepada dirinya.
Dengan langkah pelan, Mouza berjalan menuju meja makan. Bisa dilihat jika dua orang beda usia itu sudah duduk untuk menunggu dirinya.
"Malam, Kek," sapa Mouza.
"Malam juga. Akhirnya kamu keluar. Ayo makan!" Tangan kakek Wijaya mengambilkan piring untuk Mouza.
"Dimana suamimu?" tanya kakek Wijaya saat tidak melihat sosok Keanu.
"Dia sedang keluar, Kek."
"Ya sudah, gak usah kamu pikirkan dia! Sekarang ayo kita makan!"
Sebenarnya Mouza merasa canggung saat duduk bersama dengan mereka, tetapi tidak punya pilihan lain. Dia tidak ingin dikatakan sombong karena tak mau berkumpul bersama dengan keluarga Keanu.
'Tuh anak matanya minta dicongkel kali ya, liatin gue terus,' batin Mouza sambil melirik kearah Alan.
Selama acara makan, tak ada sepatah kata yang terucap dari ketiga orang itu. Entah karena tidak ada ada topik pembicaraan atau memang enggan untuk berbicara. Hanya mata Alan yang terus memperhatikan Mouza.
'Bener-bener tuh anak minta dicongkel matanya! Gue kasih pelajaran baru tahu rasa!' gerutu Mouza dalam hati.
Dengan sengaja Mouza menjatuhkan sendoknya, agar dia bisa melihat dimana posisi kaki Alan berada. Alan yang duduk di samping kakeknya membuat Mouza harus memastikan dengan benar di mana letak kaki Alan, jangan sampai dia salah sasaran.
Setelah berhasil mengambil sendok, Mouza tersenyum sinis kepada Alan yang sejak tadi menatapnya. 'Rasain'
Dalam hitungan ketiga, Mouza segera menginjak kaki yang ada didepannya dengan kuat. Dalam hati Mouza tertawa puas karena bisa membalas Alan. Namun, siapa yang menyangka jika yang mengadu kesakitan adalah pakai Wijaya.
"Aduh!"
Mata Mouza mendelik kearah dua orang yang ada di depannya, terutama kearah Alan. Susah payah Mouza menelan ludahnya, karena ternyata dia salah sasaran.
Mampus gue, ternyata bukan kaki Alan, tetapi kakinya pak tua itu, rutuk Mouza dalam hati.
"Ka-kek kenapa?" tanya Mouza dengan gugup.
"Ada anak nakal yang menginjak kaki Kakek," ujar kakek Wijaya.
"Dasar anak nakal!" Kakek Wijaya menjitak kepala Alan.
Alan yang tidak tahu apa-apa sangat terkejut. "Kakek apa-apaan sih?" protesnya.
"Masih pura-pura tidak tahu?! Apa maksudmu menginjak kaki Kakek?"
Alan hanya mengernyitkan dahinya, karena dia tidak merasa melakukan apa yang dituduhkan oleh kakeknya. Saat melihat ke arah Mouza, wanita itu sudah nyengir. Helaan panjang pun Alan hembuskan. Kini dia tahu siapa pelakunya.
"Bukan Alan pelakunya, Kek," bantah Alan tak terima.
"Jadi jika bukan kamu siapa? Mouza maksud kamu? Jangan sembarang nuduh kamu ya!"
Alan tidk bisa berkata-kata apa-apa lagi. Percuma saja jika dia membela diri, karena kenyataannya sang kakek tidak akan mempercayainya.
"Kakek tanya apa maksudmu menginjak kaki Kakek? Apakah kamu menganggap jika ini adalah kaki Mouza? Kamu jangan coba-coba untuk menyenggol istri kakak kamu, ya!"
"Iya, Kek. Maaf." Akhirnya Alan mengalah. Dia meminta maaf, sekalipun tidak melakukan apa-apa.
"Jangan coba-coba untuk menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain! Ingat saat ini Mouza adalah kakak ipar kamu. Sekarang mana perempuan yang kamu gadang-gadang ingin kamu nikahi itu? Jangan-jangan sudah putus, ya?" tebak kakeknya.
Saat itu juga Mouza tersentak. Dia kaget saat kakek Wijaya mengatakan jika Alan telah menggadang-gadang seorang perempuan untuk dinikahinya. Apakah itu dirinya atau ada perempuan lainnya.
"Sudahlah, Kek. Lupakan saja! Perempuan itu sudah menikah," ujar Alan.
Disaat yang bersamaan, Keanu datang. Tak lupa dia menge.cup kepala Mouza sambil melirik kearah Alan.
"Maaf, Sayang. Aku lama karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," ujarnya.
Mata Mouza masih mendelik dengan keterkejutannya. Dia tidak menyangka jika Keanu akan menge.cup kepalanya di depan Alan dan juga kakeknya.
"Maaf semua, aku terlambat," lanjutnya lagi.
"Darimana saja, baru pulang? Makanlah, kami sudah selesai makan," balas kakeknya.
Keanu yang tidak sengaja mendengar percakapan yang sedang berlangsung, sengaja membuat Alan kepanasan. Dia tahu jika sampai saat ini Alan belum bisa melupakan Mouza. Siapa suruh dia bermain api di belakangnya, terbakaran beneran baru tahu rasanya panas. Keanu tertawa jahat dalam hatinya.
"Sayang, udah kenyang. Ke kamar yuk!" ajak Keanu dengan mesra.
Mouza hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh Keanu untuk bangkit.
"Kek, aku duluan, ya," pamit Mouza dengan canggung.
"Silahkan. Kakek tahu apa yang akan kalian lakukan," ujar kakek Wijaya dengan yang sudah paham dengan status pengantin baru.
...___...