Pengorbanan seorang istri demi kebahagiaan sang suami, mengharuskan Hanum berbagi bukan cuma raga tapi juga hati. "Saya terima nikah dan kawinnya Amalia binti Ahmad dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai."
"Sah.... sah"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🕊R⃟🥀Suzy.ೃ࿐, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan
Ilham mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, Hanum yang duduk di sebelah nya merasa tak nyaman dengan keadaan tersebut, tapi ia juga tak ingin mengucapkan sepatah katapun.
Sesampainya di depan rumah. Ilham keluar dari dalam mobil dan membanting pintu dengan sangat keras, hingga suara dentuman itu mengagetkan Hanum yang bersiap akan keluar dari dalam mobil.
Brakh.
Hanum terkejut luar biasa, ia heran dengan sikap Ilham yang tiba-tiba marah tanpa ia tahu apa sebabnya.
Ilham masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa, sampai di dapur ia segera meneguk air minum yang ia tuang dalam gelas hingga tandas tak tersisa.
Ilham berusaha menahan amarah nya yang tiba-tiba tersulut, saat melihat sang istri berbicara dengan laki-laki yang tak ia kenal dengan senyum yang begitu memikat, "Sialann," umpat Ilham.
Hanum yang melihat dan ingin bertanya pun, mengurungkan niat nya saat melihat Ilham mengumpat dengan amarah yang tak bisa dibendung.
Hanum bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi dengan suaminya? bahkan selama pernikahan mereka tak pernah sekalipun Hanum mendapati Ilham sebegitu murka dan marah sampai seperti ini.
"Mas?" teguran lembut suara Hanum terdengar memanggil Ilham.
Ilham berusaha mengatur nafas karena tak ingin amarah nya sampai melukai Hanum. "Hmm," jawab Ilham singkat.
Hanum mendekat, memeluk Ilham dari belakang mencoba menyalurkan ketenangan, kedalam diri Ilham yang tengah dikuasai amarah.
"Huffftt," Ilham menarik nafas panjang dan mengambil tangan Hanum yang melingkar di perutnya, ia berbalik dan bergantian memeluk Hanum.
Hanum mendongak menatap manik mata Ilham dan bertanya, "Kamu kenapa, kok marah?"
Ilham yang mendapat tatapan dari istri tercintanya, tak kuasa untuk tak mengecupi seluruh wajah Hanum.
"Maaf."
Hanum melonggarkan pelukannya dan menatap Ilham dengan heran, "Maaf untuk apa Mas?"
Ilham kembali merengkuh Hanum dalam pelukannya, semakin erat hingga tepukan di dada ia rasakan.
"Sakit Mas!" rajut Hanum.
Ilham terkekeh melihat Hanum merajuk, "Maaf sayang, aku hanya ingin terus memelukmu seperti ini, aku merindukanmu."
Hanum pun tersenyum dalam pelukan Ilham, "Aku juga merindukanmu Mas, sangat rindu rasanya aku seperti tak akan bisa hidup kalau terus menahan rindu ini." ucap Hanum menggoda.
Ilham melonggarkan pelukannya dan menatap Hanum kaget, "Sejak kapan kamu pandai menggoda sayang?" tanya Ilham sembari mencubit gemas hidung Hanum.
"Sejak di jemput sama Ardi," ucap Hanum polos.
"Ardi?"
Ilham yang tak tahu apa yang terjadi cuma bisa menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal, dan Hanum yang melihat tingkah Ilham, hanya tertawa melihat kebingungan Ilham.
"Kamu meledek ku sayang?" ucap Ilham yang mulai sadar saat Hanum menertawakan dirinya.
"Nggak lho Mas aku ti … dak, ah." Hanum kaget saat Ilham tiba-tiba menggendong dan membawanya masuk kedalam kamar, tak sampai disitu Ilham pun menggelitik perut Hanum hingga Hanum tertawa terbahak-bahak.
"Ampun Mas geli, hahahaha."
"Kamu ya berani-beraninya menggoda Mas," ucap Ilham sambil terus menggelitik Hanum.
"Iya … iya ampun Mas," ucap Hanum memohon.
Dan saat Ilham berhenti menggelitik, mata mereka saling memandang, menyalurkan kerinduan dalam hati masing-masing.
Entah siapa yang pertama memulai tapi saat ini bibir keduanya saling bertaut, mengecap dan membelit satu sama lain, dan saat di rasa nafas mereka mulai tak beraturan Ilham memutus pagutannya, merapikan anak rambut hanum yang berantakan menutupi sebagian wajah nya.
"Mas merindukanmu sayang," ucapnya serak.
"Aku juga merindukanmu Mas."
"Apakah boleh?"
Dan Hanum hanya menganggukan kepala nya menyetujui permintaan Ilham.
Malam ini menjadi saksi bisu pergulatan panas antara Hanum dan Ilham, kerinduan yang lama tertahan akhirnya saling tersalurkan.
Hingga lelah itu datang dan membuat keduanya tidur dengan saling berpelukan, sebelum benar-benar memejamkan mata Ilham memandang wajah teduh Hanum, "Aku sangat mencintaimu, sayang." Dan kecupan bertubi-tubi Ilham berikan di seluruh wajah Hanum.
"Mas, aku lelah!" rengek Hanum di sela tidurnya. Ilham yang melihat itu semakin gencar mencium Hanum.
"Ma … aass," teriak Hanum dengan sedikit membuka mata.
Ilham yang melihat betapa menggemaskan istrinya, hanya tergelak "Iya sayang maaf, ayo tidur lagi." ucap Ilham sambil merengkuh tubuh mungil istrinya.
Malam ini Ilham lewati dengan begitu bahagia, mendapatkan kasih sayang istrinya sudah lebih dari cukup untuknya. Walaupun masih ada rasa penasaran di dalam hatinya tentang siapa lelaki yang berbicara dengan istrinya kemarin.
Subuh ini Hanum terbangun dengan badan yang sedikit sakit, percintaan nya dengan sang suami yang ia lakukan semalam membuat seluruh badan nya pegal-pegal.
Hanum berjalan ke kamar mandi guna membersihkan badan dan juga untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.
Hanum keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, dan melihat Ilham yang masih meringkuk dalam selimut, muncul ide jahil Hanum untuk membangunkan suaminya.
Hanum berjalan pelan ke samping tempat tidur suaminya dan mengarahkan rambutnya yang masih basah ke wajah Ilham, tak ayal tetesan air yang berasal dari rambut Hanum jatuh mengenai wajah Ilham, sontak Ilham kaget dan terbangun dari tidurnya.
Hanum tertawa melihat Ilham, dan berniat menjauh sebelum tangan kekar Ilham menarik badannya.
Tapi terlambat sebelum Hanum menjauh, Ilham lebih dulu menarik nya masuk kedalam pelukannya.
"Sudah mulai nakal ya sekarang?" tanya Ilham
"Maaf Mas," kekeh Hanum.
"Gak ada maaf bagimu sayang," ucap Ilham menyeringai.
Ilham langsung ******* bibir Hanum, merasakan candunya saat terbangun dari tidur, Hanum yang mendapat serangan mendadak hanya bisa pasrah tapi sebelum kesadaran nya kembali hilang terbawa kenikmatan, Hanum memukul pelan dada Ilham.
"Mmm … mmm … Mas."
Ilham melepas ciuman nya dengan nafas yang tak beraturan sama seperti Hanum. Tapi saat Ilham ingin menciumnya lagi Hanum dengan sigap menutup bibirnya.
Alis Ilham tertaut satu sama lainya, menatap Hanum heran. Tapi sebelum Ilham berbicara Hanum lebih dulu berucap.
"Mandi dan sholat dulu Mas, udah mau jam lima nanti ketinggalan sholat subuhnya."
"Ah, iya ya sudah Mas mandi dulu kamu tunggu ya kita berjamaah sholat nya?" ucap Ilham sambil bangun dan berlalu ke kamar mandi.
"Iya, Mas."
***
"Mas sarapan mau dimasakin apa?" tanya Hanum sesaat setelah mereka selesai melaksanakan sholat subuh.
"Apa aja sayang, apapun yang kamu masak aku selalu menyukai nya." ucap Ilham.
Sebelum Hanum beranjak meninggalkan kamar, Ilham menarik tangan nya dan membawa dirinya untuk duduk di atas tempat tidur mereka.
Hanum terheran melihat tingkah suaminya, "Ada apa Mas?"
Ilham tak langsung menjawab, melainkan berjalan ke arah jas kerjanya yang tergantung di antara jas yang lainnya. Dan mengeluarkan sebuah kotak beludru yang kemarin sempat ia beli sewaktu di Mall.
"Tutup matamu dulu sayang, ini kejutan."
Hanum patuh dan menutup mata, walaupun banyak pertanyaan dalam benak nya, tapi ia memilih diam dan menunggu kejutan apa yang akan Ilham berikan.
"Sekarang kamu boleh membuka mata."
Saat Hanum membuka mata, ia sangat terkejut mendapati cincin bermata biru yang melingkar manis di jarinya.
"Ii … ini apa Mas?" tanya Hanum takjub.
"Ini hadiah buat kamu, terima kasih sudah menjadi istri yang luar biasa baik untuk Mas, yang sabar dengan Mas dan maaf sudah membuatmu menangis." ucap Ilham haru.
Hanum tak mampu untuk berkata-kata, dia hanya meneteskan air mata, lidahnya seakan terkunci walau hanya untuk mengucapkan terima kasih.
Ilham yang melihat itu langsung memeluk Hanum dengan perasaan hangat dan membisikan kata cinta di telinga Hanum, " I love you, sayang."
***
itu anak siapa?