WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 19
Wajah Laura yang bersemu merah membuat Zafran semakin ingin menggodanya, Laura terlihat sangat menggemaskan. Seperti anak-anak yang polos.
"Jangan terlalu dekat lagi dengan pria manapun, aku tidak menyukainya." Kata Zafran dengan suara pelan, hampir tenggelam di teggorokannya namun masih terdengar jelas di telinga Laura.
"Apalagi aku sangat benci ketika ada tangan pria lain dengan lancang menyentuh mu." Imbuhnya lagi.
Gadis itu menunduk dan merasa malu. Wajah Laura sangat merah.
Zafran hampir tertawa melihat ekspresi Laura yang menggemaskan kemudian pria itu mendekatkan wajahnya, mencoba mencium bibir Laura namun gadis itu memalingkan wajahnya dari Zafran, pria itu kemudian berpindah mencium kening Laura dan membelai pelan kepala gadis itu.
"Apa sekarang kau bisa melepaskanku, kau meninggalkan acara terlalu lama, pasti banyak yang mencarimu."
"Ada Stark yang akan mengurusnya." Kata Zafran berbisik di telinga Laura membuat gadis itu semakin merinding dan perutnya berdenyut-denyut, ada hawa aneh marasuki tubuhnya.
"Tap-tapi... Mantan pacar mu pasti juga mencarimu."
Zafran mengernyitkan dahinya.
"Mantan?"
"Mantan mu yang ke seratus." Kata Laura dengan polos.
Zafran tertawa mendengar penuturan Laura.
"Siapa yang memberitahumu hal itu."
"Feronica."
Kemudian Zafran mengambil botol alkoholnya dan menuangnya ke gelas.
"Dia bukan mantanku, aku tidak memiliki mantan hingga 100 orang, mereka semua selalu berlebihan ketika menyangkut tentang diriku." Zafran menegak alkohol itu.
"Benarkah?" Laura ragu.
"Malam ini kita akan tidur disini, besok kita baru melanjutkan acara ke perayaan ulang tahun Philip adik Edward." Kata Zafran mengalihkan pembicaraan.
"Kita tidur disini?! Aku dan kau berada di kamar yang sama?!!"
Laura membelalakkan matanya karena terkejut.
"Ya, itupun jika kau mau, kita bisa tidur di ranjang yang sama." Kata Zafran yang kemudian memdekati Laura dan berbisik di telinga gadis itu dengan masih memegang gelas alkoholnya.
"A-aku tidak bisa, aku tidak mau." Kata Laura spontan dan wajahnya pucat serta kecemasan tiba-tiba melanda dirinya.
"Aku bercanda, kamarmu ada di sebelah." Zafran tersenyum dan kemudian duduk santai di kursinya, menyandarkan punggung dan kaki panjang nya yang kuat serta kokoh membuat kursi itu terlihat kecil bagi Zafran.
Melihat bahwa Laura masih di penuhi wajah kecurigaan.
Kemudian Zafran berdiri dan membuka pintu yang yang lain, dan terlihat ada kamar lain melalui pintu itu.
"Kamar tidur kita terhubung?!" Kata Laura, raut wajahnya penuh dengan kekecewaan.
"Ya, tapi maafkan aku, aku tidak bisa membangun tembok untuk menutupnya." Zafran tertawa dan melepaskan pakaiannya.
"Hey ka-kau sedang apa!!!" Laura spontan menutup matanya ketika Zafran membuka kancing kemeja dan melemparkan bajunya.
"Aku lelah dan ingin mandi, aku tidak masalah jika kau masih mau di sini, atau kita mandi bersama." Zafran merentangkan tangannya seolah menyambut Laura untuk bergabung.
"A-aku akan ke sebelah" Jawab Laura gugup sembari berlari menuju kamarnya sendiri.
Zafran tertawa kecil melihat tingkah Laura yang menggemaskan, apalagi kesenanganya adalah
ketika melihat Laura tersipu malu hingga wajahnya terbakar, merona merah adalah ekspresi yang sangat disukainya, ekspresi dimana tidak ia temukan di wajah-wajah wanita lainnya.
***
Malam semakin larut dan Laura tidak bisa memejamkan matanya, padahal ketika dirinya sedang mandi berendam dengan air hangat, mata nya terasa sangat berat hingga ia hampir tertidur di bathup.
Gadis itu bangkit dari ranjang, berjalan dan membuka tirai jendelanya, terlihat pemandangan taman yang menggugah rasa penasarannya, dengan sedikit berfikir akhirnya ia pergi melihat nya dan meninggalkan kamar.
Zafran yang masih terjaga dan sedang bekerja di depan layar laptopnya mendengar Laura membuka pintu dan pria itu bergegas menutup laptop dan menyusulnya, ia berjalan perlahan di belakang Laura.
Zafran dengan santai mengikuti Laura, menyelidik apa sebenarnya yang ingin Laura lakukan. Kenapa malam-malam dia keluar dari kamarnya tanpa meminta ijin nya lebih dulu. Zafran berpikir apakah itu Arnold, karena beberapa tamu masih menginap di kamar-kamar Mansion nya.
"Laura, lihat saja kalau kau berani menemui Arnold secara diam diam di belakangku!!!" Geram Zafran dengan mengepalkan tangannya.
Terlihat Laura mendekati taman yang telah menggugah rasa penasarannya ketika ia melihat dari balik jendela kamarnya, gadis itu melangkahkan kakinya mendekati kursi panjang berwarna kecoklatan, kemudian ia duduk menyandarkan punggungnya di kursi, menengadahkan kepalanya dan memandangi bintang-bintang, merasakan terpaan angin yang membelai wajah dan tubuhnya.
"Angin malam yang menyejukkan." Kata Laura dengan lirih.
"Kau sedang apa." Tiba-tiba Zafran berada tepat di belakang Laura namun ketika Laura ingin mengangkat kepalanya yang menengadah menatap langit, dan berusaha menarik tubuhnya yang bersandar pada kursi, dengan cepat Zafran menundukkan kepalanya memandang wajah gadis itu, seketika membuat leher Laura kaku dan otot lehernya seperti sedikit tertarik, alhasil gadis itu menahan kepalanya.
Zafran dengan santai tersenyum dan menyelipkan kedua tangannya di saku celana panjangnya.
Bagaimana tidak terkejut, Laura yang tadinya menengadahkan kepalanya dengan berbantalkan besi kursi menikmati serta memandangi bintang sekarang berubah memandangi wajah tampan Zafran.
"Aku mencari angin." Sahut Laura canggung, rambut panjang Laura tergerai ke bawah, dan dahinya terlihat jelas.
Zafran masih berdiri di belakang kursi Laura dengan kedua tangan kokoh itu berada pada saku celana pajangnya, ia memandangi Laura, ini adalah posisi dimana Laura tidak akan memberontak, pria itu sangat ingin mencium Laura, posisi gadis itu sangat menguntungkan baginya.
Namun pikiran itu segara Zafran buang jauh-jauh, ia mengurungkan niatnya dan kembali mengingat bagaimana ia bertengkar dengan Laura.
Kini mata Zafran berpindah melihat leher putih yang jenjang milik Laura seakan leher itu mengingatkannya kembali bahwa ia sangat ingin menciuminya, sekali lagi Zafran berfikir ini bukanlah waktu yang tepat untuk melepaskan hasratnya.
Bersambung~