Erika yang merupakan gadis cantik dan baik, harus menikah kontrak dengan pria yang sudah merebut kesuciannya.
Perjanjian mereka hanya sampai Erika melahirkan seorang anak untuk Bima.
Tanpa di duga Erika melahirkan bayi kembar, tapi Erika tapi dia merahasiakan dirinya mengandung bayi kembar. Dan setelah lahir, Erika mengambil salah satu dari bayinya, dan satunya lagi di ambil oleh Bima.
Akankah Erika bisa bertemu lagi dengan bayi kembarnya yang bersama Bima, dan apakah Bima dan Erika bisa menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada yang hancur tapi bukan kaca
Erika terdiam, matanya menatap tak percaya dengan apa yang dia dengar, orang yang sangat dia cintai bisa mengatakan hal buruk tentangnya.
"Aku tak seperti itu.."
Bela Erika dengan mata yang berkaca-kaca. Rasya hanya bisa menatap sendu wanita di hadapannya itu. Hatinya sakit saat melihat wajah sedih Erika, dia tak tega untuk menyakiti Erika lebih dalam lagi.
"Lalu kenapa? Kenapa kau menikah dengannya?" Rasya menatap sendu Erika.
"A..ku tak bisa mengatakan nya."
"Jawab Erika."
Rasya sekali lagi bertanya dengan nada yang lebih tinggi, emosi nya sudah memuncak sampai ke ubun-ubun.
"A..ku hamil."
Deg...
Jawaban Erika bagaikan petir di siang bolong, Rasya menatap perut Erika yang masih datar.
"Hamil? Kamu hamil, anak pria itu.." Tanya Rasya sekali lagi.
"Iya." Erika terpaksa berbohong alasan dia menikah dengan Bima.
Rasya hanya bisa diam mematung, kini harapannya untuk bisa bersama dengan Erika sudah pupus. Wanita yang dia cintai kini tengah mengandung anak dari pria lain.
Pria mana yang tak sakit hati saat mengetahui hal itu, wanita yang dia jaga selama bertahun-tahun kini malah hamil anak orang lain.
"Jika tahu dari awal akan seperti ini, aku..."
Rasya menggantung kata-katanya, "Aku apa?"
"Aku tak ingin bertemu denganmu."
Deg...
Erika membulatkan matanya saat mendengar ucapan dari Rasya, ucapan itu bagaikan sebuah belati yang menusuk hatinya.
"Kenapa kak Rasya mengatakan itu?" Tanya Erika dengan mata berkaca-kaca. Dia tak bisa membohongi dirinya sendiri, dia masih mencintai Rasya seperti dulu tak pernah ada yang berubah.
"Kau tahu Erika, ada yang hancur tapi bukan kaca." Ucap Rasya sambil tersenyum hambar.
Setelah mengatakan hal itu Rasya segera pergi meninggalkan Erika, cukup sudah dia mengatakan semua isi hatinya kepada Erika. Kini Rasya pun sudah mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya.
"Hiks.. Hiks.. Hiks.."
Setelah kepergian Rasya, Erika hanya bisa menangis tersedu-sedu. Terutama saat Rasya mengatakan kata-kata terakhirnya.
Saat Erika tengah menangis, Bima tiba-tiba datang dan langsung mencengkram tangan Erika dengan keras.
"Aww..."
Terdengar rintihan Erika, lalu matanya menatap mata Bima. Terpancar jelas aura kemarahan di mata Bima.
"Beraninya kau menangisi pria lain di hadapan ku."
Erika gemetar ketakutan, dia sangat takut dengan tatapan amarah dari Bima.
Tiba-tiba tangan Bima langsung mencengkram dagu Erika, Erika hanya bisa diam sambil menatap takut pria di hadapannya itu.
"Jika sekali lagi aku melihat mu menangisi pria lain lagi, aku tak segan-segan untuk menghukum mu."
Setelah mengatakan hal itu Bima langsung melepaskan cengkeramannya pada dagu Erika.
Erika hanya bisa menundukkan kepalanya sambil memegangi dagunya yang sakit akibat cengkraman Bima.
Bima melirik sekilas Erika yang sedang menahan sakit, dengan kesal Bima langsung meninggalkan Erika tapi sebelum itu dia menyuruh seorang pelayan untuk mengobati luka di dagu Erika.
...
Bug...
Bima sangat kesal, dia terus memukul-mukul tembok hingga tangannya berdarah. Amarahnya tengah memuncak terutama saat mengingat Erika yang menangisi pria lain.
Awalnya Bima tak tahu jika Rasya datang, tapi kepala pelayan memberitahukan semua kepadanya. Dan saat dia ingin melihat Erika, amarahnya langsung memuncak saat melihat wanita itu tengah menangisi pria lain.
"Kenapa dia terus saja menangisi pria itu, dia istri Ku. Tapi kenapa hatinya malah untuk orang lain, apa kurangnya aku di matanya. Bahkan memberikan tatapan hangat untuk ku pun tak pernah yang selalu dia berikan hanyalah tatapan takut dan takut."
Dia sangat kesal pada Erika, kenapa Erika begitu takut kepadanya. Memangnya dia di mata wanita itu semenakut kan itu. Apa dia sama menakutkannya dengan hantu atau monster.
Bima tak habis pikir pada pola pandang Erika, pria setampan dia. Bukannya di tatap dengan penuh pujaan malah di tatap dengan penuh rasa takut.
"Tuan.."
Tiba-tiba kepala pelayan datang menghampiri Bima.
"Ada apa?"
"Tangan anda, biar saya obati."
"Tak usah kau pergi saja, aku tak ingin di ganggu."
"Baik tuan, saya permisi dulu."
"Eh, tunggu bagaimana keadaan wanita itu."
"Nyonya Erika, keadaan sudah baik. Dan lagi Nyonya sudah tak menangis lagi, mungkin sekarang dia menjadi lebih tenang."
"Ya sudah, sana kau pergi."
"Baik Tuan."
Bima kembali terdiam, matanya masih memancarkan rasa benci dan juga marah. Mau sampai kapan Erika terus mencintai pria itu, sekarang dia adalah istrinya meski hanya pernikahan kontrak tapi harus Erika tak boleh mencintai pria lain.
"Arg.. Bedebah. Dasar wanita tidak tahu di untung."
Bima terus saja memaki-maki Erika, dia sangat kesal. Ingin rasanya Bima memberikan hukuman pada Erika sampai dia tak bisa berjalan bahkan sampai dia memohon ampun kepada Bima.
Tak lain hukuman yang Bima maksud adalah hukuman di atas ranjang, tapi Bima masih memikirkan kondisi bayi yang ada di kandungan Erika. Karena akan ada akibatnya pada bayi dan juga Erika jika dia melakukan hal itu dengan kasar.
Bima Kemudian duduk di atas sofa, di nyalakan sebatang rokok tapi bukan rokok biasa, itu adalah rokok yang bisa membuatnya tersenyum dan pikirannya langsung melayang bebas.
Sesaat Bima bisa menghilangkan rasa kesal di hatinya, meski dengan cara seperti itu. Tapi baginya itu bukan pilihan buruk yang terpenting adalah amarahnya bisa reda dan masalah bisa hilang.
Pikirannya Bima melayang jauh memikirkan Erika, entah kenapa ingin rasanya dia memiliki hati Erika. Tapi entah kenapa dia sangat susah untuk di miliki.
Untuk kesekian kalinya Bima terus menghirup rokok miliknya, dan pikirannya kembali melayang. Tubuhnya terasa ringan seakan-akan hendak terbang ke udara.
"Inilah yang di sebut kenikmatan.."
Gumam Bima sambil memejamkan matanya, bagi Bima menghirup rokok seperti ini bukanlah hal asing untuk nya. Dan ini sangat menyenangkan.
...
Erika sedang duduk di tepi ranjang, dia melihat ke luar jendela. Hujan turun dengan deras mengguyur semua kota Jakarta.
"Nona, apa ada yang Anda butuhkan lagi?" Tanya seorang pelayan.
"Tidak, terimakasih."
"Kalau begitu saya pamit undur diri dulu."
"Ah, sebentar. Mas Bima kemana?"
"Tuan Bima ada di kamar utama."
"Ah, iya. Kau bisa pergi."
Lalu pelayan itu pun segera pergi meninggalkan Erika, Erika hanya bisa terdiam. Dia bingung dengan dirinya sekarang.
Di satu sisi dia mencintai Rasya, tapi di sisi lain dia kini sudah berstatus seorang istri dan tak baik bagi seorang istri untuk mencintai pria lain meski hubungan nya dengan Bima hanyalah sebuah pernikahan kontrak.
Tapi kini Erika harus membuang jauh perasaan pada Rasya karena mau bagaimana pun dia kini adalah istri dari Bima.