NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Sahabat

Menikah Dengan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Mereka tumbuh bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Tapi tak pernah menyangka akan menikah satu sama lain.

Nina dan Devan adalah sahabat sejak kecil. Semua orang di sekitar mereka selalu mengira mereka akan berakhir bersama, namun keduanya justru selalu menepis anggapan itu. Bagi Nina, Devan adalah tempat pulang yang nyaman, tapi tidak pernah terpikirkan sebagai sosok suami. Bagi Devan, Nina adalah sumber kekuatan, tapi juga seseorang yang terlalu penting untuk dihancurkan dengan cinta yang mungkin tak terbalas.

Sampai suatu hari, dalam situasi penuh tekanan dan rasa kehilangan, mereka dipaksa menikah demi menyelamatkan kehormatan keluarga. Nina baru saja ditinggal tunangannya yang berselingkuh, dan Devan, sebagai sahabat sejati, menawarkan sebuah solusi yaitu pernikahan.

Awalnya, pernikahan itu hanyalah formalitas. Tidak ada cinta, hanya kenyamanan dan kebersamaan lama yang mencoba dijahit kembali dalam bentuk ikatan suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27

Hujan tipis mengguyur kota sore itu. Di dalam rumah mungil yang hangat, Nina tengah duduk di sofa dengan bantal-bantal menyanggah punggungnya. Perutnya yang membuncit semakin terasa berat, membuatnya harus berhati-hati setiap kali bergerak. Devan berdiri di dapur, dengan celemek bergambar "Ayah Siaga" yang dia beli dari toko online beberapa hari lalu.

“Sayang, kamu mau wedang jahe atau teh madu?” tanya Devan sambil menengok dari balik meja dapur.

Nina tersenyum lemah, “Wedang jahe deh… tapi jangan terlalu pedas, ya.”

Devan mengacungkan jempol, lalu kembali fokus mengaduk-aduk panci kecil di atas kompor. Sejak usia kandungan Nina memasuki sembilan bulan, Devan seperti berubah jadi robot serba bisa. Segala kebutuhan Nina dihafalnya luar kepala — dari makanan yang boleh dan tidak boleh, jadwal senam hamil, sampai nama-nama bidan yang bisa dipanggil tengah malam.

Namun, di balik semua persiapan itu, ada satu hal yang masih membuat Raka deg-degan setiap malam: saat Nina melahirkan nanti.

Malamnya, saat mereka sudah rebahan, Nina tiba-tiba menggeliat pelan. Wajahnya meringis.

“Devan…”

Deg.

 “Kenapa, sayang? Perutnya sakit? Kontraksi? Udah sakit banget?”

Nina menggeleng pelan. “Enggak… cuma pegel aja. Tapi kayaknya mulai terasa tegang…”

Devan langsung duduk tegak, mengambil handuk kecil, mengelap kening Nina yang bahkan belum berkeringat. Lalu seperti refleks, dia meraih ponsel dan menekan nomor bidan yang sudah dia simpan dengan label: “Bidan SIAGA 24 Jam”.

Saking paniknya, dia tak sadar menekan video call.

“HALO, BU BIDAN!” serunya.

Bidan yang menjawab tampak baru bangun tidur. Dengan wajah kusut dan suara serak, dia menjawab, “Iya, Mas… ada apa?”

“Kayaknya istri saya mau lahiran! Tolong siap-siap ya Bu, saya antar sekarang!”

“Lho, lho… sabar, Mas… istri Mas udah bukaan berapa?”

“Bukaan?” Devan memandang Nina yang sedang menatapnya sambil menahan tawa. “Sayang… kamu bukaan berapa?”

Nina nyengir. “Aku belum tahu… lah, kita belum cek ke mana-mana, Van.”

Bidan yang di layar mulai tersenyum geli. “Mas, coba ditanya dulu baik-baik… Kalau belum terasa kontraksi teratur dan kuat, belum tentu waktunya. Tapi kalau ragu, silakan datang.”

“Ah iya Bu, maaf, saya panik… Saya tuh deg-degan, Bu.”

Setelah menutup telepon, Nina tak bisa menahan tawanya.

“Devaaaan… kamu lucu banget. Bahkan Bu Bidannya aja sampe heran, kayaknya kamu yang mau lahiran, bukan aku.”

Devan tersipu. “Ya gimana, kamu tau sendiri kan… aku tuh nggak siap kalau kamu kesakitan. Aku yang panik duluan.”

Nina menarik tangan suaminya dan mengecupnya lembut. “Tapi aku senang kamu begitu perhatian…”

Devan menatap istrinya dengan lembut. “Kamu tahu kan, kamu dan bayi kita adalah segalanya buatku.”

Keesokan paginya, rumah mereka didatangi kejutan. Ibu dan Ayah Devan datang membawa dua kardus besar.

“Ibu datang bawa perlengkapan bayi!” seru Ibu Devan dengan wajah sumringah.

“Astaga, Bun… ini banyak banget,” ujar Nina saat membuka kardus dan melihat baju-baju mungil, popok kain, minyak telon, bahkan satu set tempat tidur bayi.

“Kalian kan anak pertama Bunda, dan cucu ini cucu pertama. Harus spesial!” jawab Ibu Devan dengan bangga.

Tak lama, Ibu Nina juga datang. Rumah kecil itu jadi ramai dan penuh tawa. Mereka saling membantu menata perlengkapan bayi, mengisi lemari mungil di kamar samping, dan tak henti-hentinya memeluk Nina dengan doa-doa terbaik.

Di tengah keriuhan itu, Devan sempat menarik Nina ke dapur.

“Sayang…” katanya lirih.

“Hm?”

“Kalau aku terlalu berlebihan, panikan, dan kayak orang bingung… maafin ya. Aku cuma pengin semua ini berjalan lancar.”

Nina mengusap pipi suaminya. “Kamu nggak perlu minta maaf, Devan. Kamu ayah terbaik yang bisa aku minta.”

Dan mereka pun berpelukan di dapur kecil itu, ditemani wangi wedang jahe yang masih mengepul di atas kompor — hangat, manis, dan penuh cinta.

*

Hujan deras turun malam itu. Petir sesekali membelah langit, memantulkan cahaya di kaca jendela rumah mungil Devan dan Nina. Jam menunjukkan pukul 01.15 dini hari. Suasana rumah begitu hening… sampai terdengar suara:

“Devan…” lirih Nina sambil memegang perutnya. “Sakit… banget…”

Devan yang semula terlelap langsung terbangun, duduk kaget seperti tentara yang baru dapat aba-aba siaga.

“Kamu kontraksi lagi?! Sekarang intensitasnya berapa menit? Detik?!” ujarnya panik sambil meraih jam dinding.

Nina menggigit bibir bawahnya, menahan nyeri. “Baru… tiga menit lalu… Sekarang makin kenceng. Devan, aku… nggak tahan…”

Tanpa pikir panjang, Devan loncat dari kasur, langsung mengenakan jaket sambil mengambil tas perlengkapan melahirkan yang sudah dia siapkan sejak minggu lalu. Saking gugupnya, dia malah pakai helm duluan… padahal mereka akan naik mobil.

“Sayang, kamu tahan dulu ya! Aku hubungi Bu Bidan, kita ke klinik sekarang!”

Devan berlarian di dalam rumah, seperti ayam kehilangan induk. Ia sudah latihan ini selama sebulan — baca artikel, nonton YouTube tentang “cara menghadapi istri melahirkan”, bahkan latihan teknik pernapasan. Tapi sekarang, semua teori hilang dari otak.

“Devaaaan! Aku sakit…!”

Suara Nina memanggil, membuat Devan langsung kembali waras. Ia menghampiri istrinya, meraih tangan Nina yang dingin dan basah keringat.

“Oke, oke… Tarik napas, sayang. Pelan-pelan. Aku di sini,” katanya lembut sambil mengusap punggung Nina.

Di dalam mobil, Devan mengemudi seperti tokoh film action, tapi tetap hati-hati. Tangannya gemetar, tapi ia terus bicara pada Nina, meski istrinya hanya bisa menggertakkan gigi setiap kali kontraksi datang.

“Sebentar lagi kita sampai… tahan ya, sayang. Kamu hebat. Kamu kuat…”

“Hentikan ngomongnya, Devaaaan… aku pengin nendang kamu!” seru Nina kesal.

Devan melirik ke arah istrinya dengan kaget, lalu malah tertawa gugup.

“Oke, oke, aku diam… jangan nendang aku, nanti kita malah lahiran di mobil.”

Setibanya di klinik bidan, mereka langsung disambut. Nina langsung dibawa masuk, sedangkan Devan berusaha menenangkan diri di luar sambil menggigit ujung jaketnya sendiri.

“Mas, boleh masuk nanti ya setelah istri siap,” kata bidan ramah padanya.

Devan mengangguk. Ia menatap pintu ruang bersalin dengan napas tersengal. Dalam hati, ia berdoa. Tangannya bergetar. Ia mengirim pesan suara ke grup keluarga:

“Doain ya semua… Nina lagi berjuang di dalam. Aku nunggu di luar. Deg-degan banget, tapi aku yakin dia bisa… dia istri paling kuat sedunia.”

Beberapa menit kemudian, salah satu bidan memanggilnya masuk. Devan melangkah ke dalam ruangan itu — ruangan dengan bau khas rumah sakit, lampu terang, dan suara tangis kecil yang belum terdengar. Nina terbaring, wajahnya lelah, rambutnya basah, matanya menatap kosong — tapi ketika melihat Devan, bibirnya tersenyum.

“Devan…”

“Nina…” Devan mendekat, menggenggam tangannya. “Aku di sini, aku temani kamu sampai akhir.”

Lalu, tibalah momen paling menegangkan.

Nina mulai mengejan. Suara bidan terdengar tegas namun lembut, menyemangatinya. Devan berdiri di samping, terus memberi dukungan.

“Kamu bisa… ayo, sayang, tinggal sedikit lagi…”

Satu… dua… tiga… napas panjang…

Dan akhirnya— suara tangis bayi memenuhi ruangan.

Tangis pertama yang membuat seluruh tubuh Devan seketika lemas. Ia menatap bidan yang mengangkat bayi mungil berwarna kemerahan, masih dibalut lendir, dan menangis sekeras-kerasnya.

“It’s a girl,” ujar bidan. “Selamat, Ayah dan Ibu…”

Nina menangis pelan. Devan menatap bayinya dengan mata berkaca-kaca, lalu membungkuk, mencium dahi istrinya.

Cup

“Kamu luar biasa, Sayang… luar biasa…”

Beberapa jam kemudian, Nina sudah dipindahkan ke kamar pemulihan. Devan duduk di tepi tempat tidur, menggendong bayi mungil yang dibedong warna pink.

“Namanya siapa, Pak?” tanya suster sambil tersenyum.

Devan menoleh ke arah Nina, dan mereka saling mengangguk.

“Namanya… Amara Zahra Rakasya. Artinya cahaya yang bersinar dengan cinta.”

Suster mencatatnya sambil mengangguk kagum. “Nama yang cantik…”

Devan menatap bayi itu dengan wajah penuh haru. “Aku janji akan jadi ayah terbaik buat kamu, Amara. Aku janji.”

Nina memandangi Devan dan bayinya dari ranjang. Tubuhnya lemah, tapi hatinya penuh. Dia tidak pernah membayangkan bahwa kebahagiaan sebesar ini akan datang lewat seorang sahabat… yang kini menjadi cinta sejatinya.

Dan malam itu, meski tubuh mereka lelah, tapi hati mereka hangat.

Karena kini mereka sudah bertiga.

1
Eva Karmita
masyaallah bahagia selalu untuk kalian berdua, pacaran saat sudah sah itu mengasikan ❤️😍🥰
Julia and'Marian: sabar ya kak, aku kemarin liburan gak sempat up...🙏
total 1 replies
Eva Karmita
semangat semoga semu yg kau ucapkan bisa terkabul mempunyai anak" yg manis ganteng baik hati dan sopan ya Nina
Eva Karmita
semoga kebahagiaan menyertai kalian berdua 😍❤️🥰
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Herman Lim
selalu berjuang devan buat dptkan hati nana
Eva Karmita
percayalah Nina insyaallah Devan bisa membahagiakan kamu ❤️
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
Julia and'Marian: hihihi buku sebelumnya Hiatus ya kak, karena gak dapat reterensi, jadi males lanjut 🤣, makasih ya kak udah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!