NovelToon NovelToon
Paman CEO Itu Suamiku!

Paman CEO Itu Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Lee_ya

Nayra Kirana, gadis berusia 22 tahun yang baru lulus kuliah, dihadapkan pada kenyataan pahit, ayahnya sakit keras dan keluarganya berada di ambang kehancuran ekonomi. Ketika semua pintu tertutup, satu-satunya jalan keluar datang dalam bentuk penawaran tak terduga—menikah dengan Arka Pratama, pria terpandang, CEO sukses, sekaligus... paman dari senior sekaligus bos tempatnya magang.

Arka adalah duda berusia 35 tahun, dingin, tertutup, dan menyimpan banyak luka dari masa lalunya. Meski memiliki segalanya, ia hidup sendiri, jauh dari kehangatan keluarga. Sejak pertama kali melihat Nayra saat masih remaja, Arka sudah merasa tertarik—bukan secara fisik semata, melainkan pada keteguhan hati dan ketulusan gadis itu. Ketika Nayra tumbuh dewasa dan kesulitan menghimpit hidupnya, Arka melihat kesempatan untuk menjadikan gadis itu bagian dari hidupnya.

Tanpa cinta, tanpa keromantisan, mereka memulai hidup sebagai suami istri berdasarkan perjanjian: tidak ada kewajiban fisik, tidak ada tuntutan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lee_ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Kursi CEO dan Masa Lalu yang Tak Selesai

Sudah hampir satu minggu sejak Arka pulih dari operasi usus buntunya. Meski tubuhnya belum seratus persen pulih, pikirannya sudah terlempar kembali ke dunia kerja yang tak pernah benar-benar berhenti berputar.

Sebagai CEO, Arka tahu setiap detik ketidakhadirannya bisa menjadi celah dan benar saja saat ia membuka emailnya, puluhan laporan dengan subjek mencolok menunggu.

Sementara itu, Nayra masuk ke ruang kerja membawa sepiring camilan.

“Ka, aku bawa tahu goreng isi sayang,” katanya ceria. “Biar semangat kerja meski masih bau obat RS.”

Arka tersenyum kecil, tapi wajahnya tetap tegang.

“Kamu baik banget, tapi kayaknya aku butuh tahu isinya rapat dewan kemarin, bukan tahu isi.”

Nayra tertawa kecil. Tapi begitu melihat sorot mata Arka, ia tahu, itu bukan lelucon biasa. “Kenapa? Ada masalah besar?”

Arka mengangguk pelan.

“Dewan komisaris mulai mendesak. Mereka bilang performa perusahaan goyah karena CEO-nya terlalu banyak urusan pribadi dan karena pernikahan baruku dianggap tidak memperhitungkan citra perusahaan.”

Nayra terdiam.

Arka menggenggam tangan Nayra.

“Dan itu bukan cuma soal kamu. Tapi juga karena aku duda yang menikah lagi dan bukan dengan seseorang dari ‘lingkaran bisnis elite’.”

Nayra menghela napas.

“Aku ngerti. Maksudmu mereka lebih suka kamu balikan sama mantan istrimu?”

Arka mengangguk pelan.

“Dan yang paling vokal, ya tante Anindya. Adiknya almarhum ayahku. Dia dewan komisaris senior sekarang.”

***

Hari itu juga, Arka menghadiri rapat daring dengan dewan. Wajah-wajah lawas memenuhi layar, beberapa dari mereka dulu pernah memuji Arka sebagai pemimpin muda yang visioner. Kini tatapan mereka dingin.

“Kami tak bisa menafikan pencapaianmu, Arka,” ucap Bu Anindya tenang.

“Tapi sebagai pemimpin, keputusan personalmu mencerminkan perusahaan.”

“Maksud Anda pernikahan saya?” tanya Arka, tajam.

“Perceraianmu, pernikahanmu dan sekarang kehidupan rumah tanggamu yang terlalu mencolok. Investor mempertanyakan stabilitas kepemimpinanmu. Apalagi istrimu sekarang bukan dari kalangan yang bisa memperkuat branding.” Ucap Anindya tajam.

Arka menatap layar.

“Saya menikah bukan untuk branding. Tapi untuk hidup saya.”

“Sayangnya, Arka kami bicara soal kepentingan perusahaan, bukan kehidupan pribadi,” timpal Pak Leo, pemegang saham mayoritas.

Arka menutup laptopnya perlahan usai rapat. Ia diam. Tapi dadanya terbakar.

***

Di rumah, Nayra berusaha tetap ceria. Tapi hatinya terusik. Apalagi siangnya, saat ia menemani Arka ke restoran yang biasa mereka kunjungi, tanpa sengaja mereka bertemu mantan mertua Arka ayah dan ibu dari mantan istrinya, Rania.

Sapaannya dingin. Komentarnya menusuk.

“Arka, kamu tampak sehat. Tapi kurasa dulu kamu lebih bersinar,” kata sang ibu dengan senyum tipis.

Arka hanya menjawab sopan.

Tapi Nayra, yang mendengarnya, hanya bisa tersenyum menahan. Hingga akhirnya, wanita itu menoleh padanya.

“Kamu Nayra, kan? Jaga Arka baik-baik ya. Dia orang baik. Sayang, terlalu cepat lupa.”

Nayra menunduk sopan, menelan kata-kata yang ingin ia semburkan. Tapi dalam hatinya,

“Dia bukan lupa. Dia memilih dan saya bukan pelampiasan, saya adalah rumah yang ia pilih setelah semua badai.”

 ***

Malamnya, Nayra duduk di balkon, sendirian. Arka menghampiri, duduk di sampingnya. Lama mereka hanya diam, hingga Arka berkata,

“Maaf, hari ini melelahkan. Harusnya aku bisa lebih tahan sama omongan mereka.”

Nayra menoleh.

“Ka, kamu nggak salah. Aku tahu, status kamu sebagai duda masih jadi bahan gosip dan pernikahan kita dianggap tidak setara dengan penilaian mereka. Tapi aku nggak peduli. Aku bukan takut omongan mereka, aku cuma takut kamu menyesal memilih aku.” Nada bicara Nayra penuh dengan kekhawatiran.

Arka menatap mata istrinya.

“Kamu tahu? Rania dan aku sudah mati rasa bahkan sebelum resmi cerai. Pernikahan kami cuma proyek keluarga yang gagal. Tapi kamu, Nayra, kamu bikin aku hidup. Bikin aku ketawa. Bikin aku marah, kesel dan waras.”

Ia menggenggam tangan Nayra.

“Kalau harus milih antara perusahaan atau kamu aku tetap pilih kamu. Tapi kali ini aku nggak akan kehilangan keduanya.”

Nayra tersenyum.

“Aku di belakang kamu. Tapi please jangan lupa cuci botol susu Alma. Kamu mulai lengah.”

Arka terkekeh. Dunia mereka boleh tak sempurna. Tapi mereka selalu tahu bagaimana menertawakan luka dan memperjuangkan cinta.

***

Arka tidak pernah menyangka bahwa keputusan pribadi yang menurutnya paling benar dalam hidup, justru jadi senjata yang diarahkan ke kepalanya sendiri oleh keluarga dan dewan komisaris perusahaan yang selama ini ia bangun.

Satu per satu mulai mempertanyakan hal-hal yang seharusnya tak perlu disentuh.

Tentang perceraiannya dengan Rania,

Tentang pernikahan kilatnya dengan Nayra,

Tentang Nayra yang “tidak berasal dari lingkungan bisnis”

Tentang Nayra yang dianggap “terlalu polos”, “tidak cocok berdiri di samping CEO perusahaan besar.”

Padahal Nayra lah satu-satunya alasan ia tetap waras.

***

Di ruang kerjanya, Arka membuka laptop dengan tatapan berat. Berkas laporan keuangan, grafik investasi, dan sejumlah memo internal dari komisaris mengingatkannya pada satu kenyataan ia sedang diincar. Tapi bukan karena gagal menjalankan perusahaan melainkan karena ia terlalu manusia.

Tiba-tiba Reza, asistennya, masuk membawa amplop.

“Ini, Pak. Surat rapat lanjutan minggu depan. Fokusnya evaluasi kinerja dan kemungkinan pengalihan jabatan CEO sementara.”

Arka menyandarkan punggung ke kursi.

“Mereka serius?”

Reza mengangguk pelan.

"Dan satu hal lagi. Bu Anindya mulai menekan para investor untuk meragukan kredibilitas Pak Arka, terutama sejak publik tahu Pak Arka cerai lalu menikah cepat.”

“Dengan Nayra,” gumam Arka.

Reza mengangguk lagi, ragu.

“Termasuk isu yang disebar bahwa Ibu Nayra pernah punya kasus keuangan.”

Mata Arka langsung tajam.

***

Di rumah, Nayra baru saja selesai menidurkan Alma ketika ponselnya bergetar. Pesan anonim masuk, nomor tak dikenal.

“Ibu muda yang manis, jangan terlalu percaya diri. Dunia Arka bukan tempatmu.”

Nayra membaca pelan-pelan. Tidak langsung panik, tapi jantungnya menegang. Ia sudah pernah menghadapi tatapan sinis dari mertua, sindiran dari kerabat Arka, tapi ancaman langsung? Ini baru pertama.

Tak lama, masuk pesan kedua,

“Bahkan Rania pun tidak bisa bertahan di sana. Kamu pikir kamu bisa?”

Nayra duduk di lantai kamar, memeluk lututnya. Napasnya tak beraturan. Sejenak, ia ingin menghapus semua pesan, lalu pura-pura tak terjadi apa-apa. Tapi ia memilih men-screen capture dan mengirimkannya ke Arka.

***

Sore harinya, Arka pulang lebih cepat dari kantor. Wajahnya dingin. Tangannya langsung meraih pinggang Nayra, memeluknya erat.

“Aku minta maaf,” bisik Arka.

Nayra, yang sudah bisa menenangkan diri, hanya memeluk balik.

“Aku nggak papa. Aku lebih kaget sama kenyataan kalau ternyata dunia kamu itu sekejam ini.”

Arka mendesah panjang.

“Mereka salah. Rania mundur karena pernikahan kami kosong, bukan karena tekanan sosial. Tapi sekarang mereka menjadikan Rania sebagai alasan untuk menjatuhkan kamu dan aku nggak akan biarkan itu terjadi.”

Nayra menatap suaminya.

“Ka, kamu tahu? Aku siap disalahkan, dituduh, dikucilkan. Tapi aku nggak sanggup kalau kamu mulai ragu sama kita.”

Arka mengusap pipinya.

“Aku tidak pernah ragu. Justru kamu yang membuat aku sadar bahwa perusahaan itu penting, tapi keluarga adalah prioritas yang tak bisa ditawar.”

***

Malam itu, Arka mengumpulkan tim hukumnya. Ia menyiapkan langkah untuk menghadapi rapat evaluasi, membawa data performa, bukti strategi yang membuahkan hasil, dan catatan transparansi keuangan yang membuktikan bahwa masalah pribadi tidak pernah mengganggu jalannya perusahaan.

Sementara Nayra diam-diam mulai mencari tahu latar belakang Bu Anindya dan hubungan keluarga Arka yang mulai menusuk balik. Ia mencatat siapa-siapa yang menjadi boneka dalam permainan kuasa ini.

Dan yang tidak diketahui Arka adalah Nayra juga diam-diam membuat langkah kecil, membuka blog pribadinya kembali, bukan untuk bergosip, tapi untuk menuliskan pengalamannya sebagai istri dari CEO yang sedang berjuang menghadapi dunia.

“Kalau mereka menjatuhkan kita lewat citra, maka aku akan bicara lewat kenyataan,” bisik Nayra pada dirinya sendiri saat mengetik tengah malam.

***

Di ujung minggu, muncul satu kejutan lain.

Rania, mantan istri Arka, tiba-tiba muncul di gedung perusahaan. Ia dipanggil oleh salah satu komisaris untuk memberi pernyataan mengenai “kondisi mental Arka pascacerai.”

“Rania tidak pernah terlibat dalam kebijakan internal, dia hanya ingin bicara soal latar pribadi Arka,” begitu kata surat pemanggilan.

Dan bagi Nayra, itu lebih dari cukup untuk menyadari bahwa mereka bukan hanya ingin Arka turun mereka ingin membuatnya hancur dari dalam.

1
Dini Aryani
mohon maaf, karakter istri egois. dia menuntut suami yg diinginkan semua istri, sedangkan dia tidak melakukan kewajiban sebagai istri apalagi sedang hamil, ketaatan pd suami yg baik. sudah jadi istri lho. tolonglah ada unsur edukasi buat istri, agar tdk ada yg meniru sesuatu yg buruk. saya sbg istri malu
Lee_Ya: terimakasih kak buat komentarnya, stay tune terus ya buat tau cerita selanjutnya....lope sekebon 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!