Kepercayaan Aleesya terhadap orang yang paling ia andalkan hancur begitu saja, membuatnya nyaris kehilangan arah.
Namun saat air matanya jatuh di tempat yang gelap, Victor datang diam-diam... menjadi pelindung, meskipun hal itu tak pernah ia rencanakan. Dalam pikiran Victor, ia tak tahu kapan hatinya mulai berpihak. Yang ia tahu, Aleesya tak seharusnya menangis sendirian.
Di saat masa lalu kelam mulai terbongkar, bersamaan dengan bahaya yang kembali mengintai, mampukah cinta mereka menjadi perisai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Farel dan Billy bermain bilyard di teras belakang samping kolam renang, sedangkan Mila dan Keisya tengah asyik menonton drama bersama. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Victor terbangun dari tidurnya dan terkejut karena ternyata sudah berada di atas ranjang. Bahkan kamarnya pun sudah rapi. Ada semangkuk sup pereda mabuk dan juga yogurt di balas. Ia tertuju pada secarik kertas di bawah mangkuk.
"Harus di habiskan! Jika tidak, aku tak ingin pulang." ♡ Aleesya
Kedua sudut bibirnya terangkat, Victor memilih untuk mandi dan memakannya nanti.
Lampu kolam yang memantul di kaca membuat suasana terasa hangat dan santai.
"Hey, boleh aku bergabung?" tanya Aleesya mengambil satu tongkat bilyard. "Tentu... ayo kemari. Billy hampir bermain curang, Sya." adu Farel menatap Aleesya dengan raut memelas, membuat wanita itu tertawa kecil. "Mana boleh begitu? Harus sportif dong." Aleesya mengusap ujung tongkat bilyard sebelum mengarahkan bola hitam masuk ke dalam lubang. Tangannya yang lihai membuat bola itu dengan mulus masuk tanpa gangguan. Aleesya tersenyum kemenangan.
"Kau memang jagonya, Sya." puji Billy menggelengkan kepala, kemudian ikut memasukkan bola. Sementara itu Noah datang membawa anggur dan duduk di sofa tunggal sebelah Mila. "Thank you, Noah. Kau menyempurnakan kegiatan menontonku," Mila tersenyum lebar namun matanya masih menatap layar laptop. "Astaga Javas... kau membuatku menangis." ekspresinya seperti wanita yang sedang kasmaran melihat akting pria muda bernama Javas yang kini tengah naik daun berkat film romantis dewasa yang ia perankan. Film itu sukses besar karena menggabungkan cinta segitiga dan juga adegan erotis.
"Kau sudah menonton itu puluhan kali, Mila. Kau tidak bosan?" Noah menggelengkan kepala sambil meminum sodanya. "Never. Javas adalah tipe ideal kriteria cintaku. Astaga lihatlah wajahnya yang nyaris sempurna, tampan tanpa cacat satupun." Mila terus memuji aktor favoritnya itu sambil tersenyum sendiri. Keisha juga tak habis pikir.
"Dia memang sudah bucin akut dengan Javas, pantas saja kau masih jomblo... seleramu bukan main." wanita itu mengambil satu anggur dan memakannya dengan anggun. "Tapi... jika di pikir kembali... Victor hampir sama dengan Javas bukan? Javas tampan, Victor juga. Javas anak pewaris tinggal, Victor juga anak satu-satunya. Harta, tahta, tidak diragukan lagi. Tidak akan habis tujuh turunan. Berbeda jauh dengan kita." Farel mendekat setelah permainan bilyardnya selesai. Aleesya dan Billy ikut bergabung dan menyimak.
"Hm.. kau benar juga, Rel. Namun Victor terlalu cuek pada wanita. Hanya dengan tatapan matanya saja membuatku merinding, mending cari yang lain. Lagipula kalian tahu sendiri kan, dia dulu bagaimana." jelas Mila menggelengkan kepala.
"Siapa yang kau bicarakan, Mil?" tanya Victor menatap Mila dan yang lainnya. Ia memakai setelah polo coklat, dengan celana selutut. Rambutnya setengah basah, bau parfumnya memenuhi udara. Victor duduk di sebelah Aleesya. "Oh ya Sya, terima kasih supnya. Perutku sudah tidak mual." ia menatap Aleesya dalam dengan nada yang sedikit keras seolah ingin mengusik ketenangan seseorang.
Ia bahkan tersenyum miring menatap Noah.
"Tidak ada! Kemana saja kau baru muncul?" Mila gelagapan, mengambil cocktail nya lalu meminumnya perlahan. "Benar. Hey man! Jika ada masalah, ceritakan pada kami. Mengapa kau malah minum sendiri tanpa mengajak kita semua? Parah!" Billy menepuk bahu Victor, Aleesya reflek menarik dirinya ke belakang.
"Ada lah. Kau tidak perlu tahu Billy." jawab Victor singkat. Ia menyender di bahu sofa. "Dasar kulkas!" celetuk Billy memakan ayam goreng yang sebelumnya ada di meja. "Bukan begitu. Ini menyangkut masa depan. Kalian tahu kan kita hidup memerlukan pasangan. Dan sepertinya aku menyukai seorang wanita." Victor berbicara dengan ekor matanya melirik Aleesya. Ia menegakkan tubuhnya, padahal dadanya terasa sesak. Tapi di lain sisi Noah menatap Victor tak suka.
"Wow! Benarkah? Wah seorang Victor Scott jatuh cinta? Wanita mana yang beruntung di cintai olehmu?" Noah tertawa untuk mencairkan suasana. "Ayo katakan siapa dia? Wah pasti seru mendapat teman baru. Berasal dari kota mana? Dan bekerja dimana?" cecar Keisha dengan semangat.
Pipi Victor bersemu, telinganya memerah namun ia tak mau teman-temannya melihatnya salah tingkah. Nafasnya memburu, angin yang baru saja datang justru membuatnya kepanasan.
"Akan aku beritahu clue nya. Yang lain tidak akan ku sebutkan. Dia satu sekolah dengan kita dulu. Anak dari petani anggur dan peternak domba. Sudah cukup bukan?" yang lain merasa terkejut. Aleesya bahkan hanya diam sejak tadi karena rasa gugupnya, tangannya gelisah memutar gelang sambil menahan napas tanpa sadar. Apa ini? Victor menyukainya? Ia tidak salah dengar kan?
"Satu sekolah dengan kita? Kau yakin?" Farel heboh sendiri. Setelah mendengar itu, Noah meremas kaleng di tangannya tanpa sadar. Mila juga diam, namun pandangannya menyapu ke arah teman-temannya. Sedari tadi wanita itu fokus pada gelagat ketiga temannya: Victor, Aleesya, dan Noah. Setelah Victor menyebutkan clue nya, Mila menyimpulkan bahwa wanita itu adalah Aleesya.
"Apa mungkin Victor menyukai Aleesya? Tapi Noah juga terlihat tak nyaman saat mendengar Victor menyebut ciri-ciri tadi. Wow ini akan menjadi malam yang panjang." Mila menyilangkan tangan, berpura-pura menyimak, namun senyum miring terlihat di bibirnya. Otaknya bekerja cepat. Ia melirik Aleesya yang sekarang menunduk. Wanita itu memegang gelas jusnya terlalu erat hingga buku jarinya memutih. Mila mengangkat alis, "Oho... ketahuan kau, Sya."
Sementara itu Noah yang duduk tak jauh dari Victor, meletakkan gelas sodanya perlahan. Tangannya sempat meremas kaleng itu tanpa sadar saat Victor menyebut soal "masa depan" dan "wanita yang ia suka." tatapannya menajam. Bukan marah, namun rasa tak suka. Muncul rasa canggung tipis yang memenuhi udara. Dan itu disadari semua orang kecuali Billy yang santai mengunyah ayam goreng.
Aleesya mencoba mengambil napas, tapi suaranya bergetar saat berkata, "Baguslah jika kau sudah memiliki seseorang yang kau suka, Vic." ia berusaha tersenyum, tapi malah kaku. Victor menangkap jelas. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Aleesya. "Menurutmu... apa dia tipe yang baik?" suaranya rendah, lembut, namun berbahaya. Sorot matanya jelas hanya menangkap satu orang.
Aleesya menelan salivanya. "Aku.. tidak tahu. Aku bahkan tidak mengenalnya." jawaban Aleesya membuat Victor tersenyum sinis kecil. "Oh ya? Padahal aku merasa dia mengenalku sangat baik."
Billy terbatuk, Farel menguatkan posisi duduknya, Keisha menutup mulut menahan teriakan. Mila... nyaris menjerit karena terlalu excited.
Noah akhirnya berbicara, suaranya pelan namun tegas. "Victor." semua orang reflek menoleh padanya, "Kalau kau suka seseorang, tidak perlu membuat orang lain tidak nyaman dengan cara menyampaikannya."
Victor mengalihkan pandangan, ia menatap Noah. "Siapa yang tidak nyaman? Aku hanya menjawab pertanyaan."
Noah menatap balik, tanpa tersenyum. "Kau tahu maksudku."
Hening sekejap memanjang, tajam. Atmosfer menjadi dingin membuat siapapun merinding. Aleesya buru-buru bangkit dari duduknya. "Aku ambilkan air hangat dulu ya, Mila. Tenggorokanku sedikit kering." padahal sebenarnya bukan itu. Ia butuh kabur, menarik napas untuk menenangkan jantungnya yang terasa mau loncat.
"Biar aku bantu." Victor ikut berdiri. "No!-" Aleesya cepat menolak, suaranya terlalu cepat... terlalu panik. Semua orang menatap heran. Ia meralat, lebih pelan. "Maksudku... aku bisa sendiri." Victor berhenti sepersekian detik. Tatapannya seperti membaca seluruh isi hati Aleesya. Ia kemudian mengangguk kecil, "Baiklah. Tapi jangan lama."
Noah menatap Aleesya yang melangkah cepat ke dapur, ia ikut berdiri. "Aku mau ambil napkin. Mejanya kotor." Alasan klise, namun jelas ia mengikuti. Begitu Aleesya menghilang, Mila bersandar ke depan, menahan tawa puas.
"Wow... ini bakal seru." gumamnya pelan, namun cukup keras hingga membuat Farel mendengarnya.
"Drama di mulai," Farel menjawab, satu alisnya terangkat. "Siapin popcorn."
Victor hanya menghela napas panjang sambil menutup matanya sejenak. Ia tahu ia baru memulai sesuatu yang takkan bisa ia tarik kembali.
Dan ia tidak menyesal sedikit pun.
***