Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : LOFY
Ketika mata mereka bertemu, waktu seolah berhenti. Tatapan saling membaur, dan yang mereka rasakan hanyalah detak jantung yang semakin cepat.
Raka melangkahkan kakinya mendekat, meletakkan bunga ditangannya diatas meja, mengulurkan kedua tangannya kedepan saat sudah berdiri di depan kursi dimana Viola berdiri.
"Ayo, turun." ucapnya lembut, tatapannya penuh keteduhan.
Untuk beberapa saat Viola masih diam ditempat, seakan tidak percaya jika yang dia lihat adalah nyata. Dibalik rasa bahagianya melihat sang kekasih yang sudah kembali, berbagai pertanyaan muncul di isi kepalanya.
''Kenapa dia kembali lebih cepat, apa Raka sudah tahu semuanya tentang kasus yang menjerat papa? Atau... Dia pulang untuk perjodohan yang sudah disiapkan oleh papanya?''
Kedua tangannya kini menyentuh bahu Raka, merasakan tangan pria itu mulai menyentuh pinggangnya dan mengangkat tubuhnya. Membawanya turun hingga kakinya kembali menginjak lantai.
"Raka..." lirihnya. "Ini beneran kamu, atau hantu?"
Suara tawa Dafa kembali terdengar saat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh gadis itu. "Kan aku bilang juga apa, pacar kakak ini memang paling unik. Makanya cocok buat diusilin. Ha-ha-ha..."
Raka tersenyum, mencubit gemas pipi Viola. "Ya, ini aku. Aku pulang buat kamu, dan selalu untuk kamu Vio."
Kedua tangannya yang masih di bahu kini melingkar dileher, kepalanya menempel dan menyender di bahu Raka. Suara napas yang kian berat, hingga membentuk suara isak tangis. Kerinduan, ketakutan dan perasaan bahagia, semua perasaan itu berbaur jadi satu.
"Aku pulang. Jangan nangis lagi ya," pelukannya dia eratkan, merasakan gadisnya kini benar-benar terlihat rapuh. "Aku disini buat kamu, sekarang jangan nangis sendirian lagi."
Dian dan Amel saling menoleh. Mereka ikut merasa bahagia karena Raka sudah kembali. Beberapa pengunjung yang sedang mengabadikan momen mulai ada yang berbisik saat mengenali wajah yang sedang mereka abadikan dalam handphone mereka masing-masing.
"Eh, itu putrinya Hendra Baskara bukan sih? Orang yang ditangkap gara-gara kasus penggelapan uang perusahaan itu?"
"Masa sih? Gue nggak begitu kenal. Tapi cowoknya manis juga, mereka pasangan yang serasi."
"Kalau gue jadi cowoknya sih udah gue putusin. Malu lah punya cewek anak koruptor. Mana beritanya lagi santer banget,"
Satu tangannya menutup telinga Viola saat merasakan pelukan gadis itu mengerat. Raka menoleh ke arah Dian dan Amel yang masih duduk di tempat. "Mel, Di, gue ajak Vio keluar bentar. Kalian nggak apa-apa kan temenin Dafa makan?"
"I'ts oke." angguk Amel.
"Yuhu, gue juga nggak masalah." sahut Dian. "Tapi makanannya Lo yang traktir kan? He-he-he..."
Raka mengangguk, "Ya, nanti gue yang bayar."
Pelukannya dia lepaskan, Raka mengusap air mata diwajah Viola sebelum membawanya keluar meninggalkan cafe. Para pengunjung kembali duduk tenang di bangku mereka masing-masing. Ada yang mendengus kecewa setelah kepergian mereka, tapi ada juga yang tidak begitu memperdulikan dan kembali fokus dengan kegiatan awal mereka.
..._____...
Sebuah ruangan VVIP disalah satu restaurant mewah sengaja dipesan oleh Arman untuk memperkenalkan Lisa pada gadis yang akan dia jodohkan dengan putra mereka.
"Perkenalkan Om, Tante, namaku Tiara Anindya."
Gadis itu tersenyum ramah, mengangguk kecil pada dua orang asing yang kini sedang duduk satu meja dengan dirinya dan kedua orang tuanya.
"Lihat Ma, cantik kan," puji Arman, menoleh ke arah Lisa. "Papa yakin, Raka pasti akan langsung jatuh cinta kalau bertemu dengan Tiara."
Lisa hanya tersenyum samar, enggan untuk menanggapi ucapan suaminya yang terlalu memuji. Saat ini dia lebih takut bagaimana dengan tanggapan Raka. Putranya pasti tidak akan setuju begitu saja jika tahu suaminya ini sudah mengatur perjodohan seperti ini.
"Oya, kapan Raka akan kembali dari London?" pria itu menatap sekilas, lalu kembali fokus pada steak yang sedang dia potong. "Putriku ini sudah tidak sabar untuk bertemu dengan yang namanya Raka."
Arman tertawa, menutup mulutnya dengan punggung tangan. "Tidak lama lagi juga Raka akan pulang. Sabar ya Tiara, nanti juga kamu akan ketemu sama Raka. Om yakin, kalian pasti akan sangat cocok."
Tiara tersenyum dan mengangguk pelan. Dia memang belum pernah bertemu langsung dengan Raka dan hanya melihat fotonya saja. Tapi dia sudah memiliki ketertarikan saat melihat fotonya, hingga dia tidak menolak saat papanya berniat ingin menjodohkan mereka berdua.
"Memangnya Raka belum ada pacar, Om?" tanya Tiara. "Di London kan banyak cewek-cewek cantik, nggak mungkin dong nggak ada yang membuat Raka tertarik."
Arman kembali tertawa mendengar pertanyaan gadis berlesung pipi itu. "Raka nggak ada pacar, selama ini dia fokus dengan kuliahnya. Belajar, belajar dan belajar."
Lisa menjatuhkan sendok dan garpu yang sedang dia pegang ke atas piring hingga menimbulkan suara nyaring, membuat mereka yang ada disana langsung menoleh ke arahnya.
"Permisi, Saya mau ke toilet sebentar." Lisa beranjak bangun dari duduknya, pergi dengan wajah masam.
Arman menghela napas panjang. Menoleh kembali pada tiga orang tamunya dan tersenyum ramah, "Sudah-sudah, ayo lanjutkan lagi makannya," ajak Arman.
Mereka kembali fokus dengan makanan mereka masing-masing. Sesekali mengobrol tentang rencana perjodohan anak-anak mereka dan tentang pekerjaan.
Tiara termenung, berbeda dengan Arman yang begitu welcome, dia justru merasa tidak ada sambutan hangat dari Lisa untuknya. Mungkinkah Tante Lisa tidak menyukainya?
..._____...
Raka mengehentikan langkahnya saat mereka sudah berjalan jauh dari cafe. Tangan mereka masih saling menggenggam erat.
"Tadi kamu beneran kerumah, atau... memang mbak Asih yang salah lihat?" tanya Viola setelah keheningan yang terjadi sejak mereka keluar dari dalam cafe.
"Iya, tadi aku kerumah bareng sama Dafa." jawab Raka. "Sempat ketemu mama dan kakak kamu juga."
"Hehh... Terus? Kok cuma ada Dafa doang tadi didepan?" tanya Viola heran.
"Tadi aku sengaja pergi untuk beli bunga dulu buat kamu. Tapi sekarang bunganya malah ketinggalan di cafe," ucapnya sedikit menyesal. "Nggak apa-apa kan?"
Tiga jam yang lalu Raka memang baru saja sampai di Jakarta dan langsung menelfon adiknya untuk datang menjemput di bandara. Dia juga tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi ke alamat yang dikirimkan oleh Amel, yaitu rumah baru yang ditempati Viola sekarang.
Viola tersenyum, mengangguk kecil. "Nggak apa-apa, ada kamu aja udah cukup. Aku nggak mau bunga, maunya kamu aja."
Senyumnya tiba-tiba memudar, rautnya terlihat sedih saat teringat akan sesuatu, yaitu ucapan om Arman beberapa waktu lalu. "Tapi..."
"Tapi kenapa?" tanya Raka, alisnya saling bertaut.
"Kali ini kamu pulang buat aku, atau buat..."
.covernya kelar juga akhirnya👏👏
aaah bapak nya Raka pasti ini...
pengen sleding si papa 😠😠😠😠😠
so sweet 😍😍😍😍
sosor terus Raka, tunjukan klo di hati kamu hanya Viola satu satu nya...
kalian udah sama sama dewasa bukan anak SMA lagi yang marahan atau ada masalah malah lari...
hadapi bersama sama... apalagi masalah si Arman itu,selagi Raka gak berpindah hati pasti kamu tetap satu satu nya Vio