NovelToon NovelToon
Dijodohin Dengan Kepala Desa

Dijodohin Dengan Kepala Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: komurolaa

Ketika Olivia, gadis kota yang glamor dan jauh dari agama, dipaksa menikah dengan Maalik—kepala desa yang taat, dunia mereka berbenturan. Tapi di balik tradisi, ladang, dan perbedaan, cinta mulai tumbuh… pelan-pelan, namun tak terbendung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon komurolaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[ BAB 13 ] Awal yang Asing

Mobil Maalik perlahan berhenti di depan sebuah rumah sederhana namun tampak hangat dan asri—rumah tembok bercat cokelat dengan halaman yang luas dan rapi. Nuansa pedesaan terasa begitu kental: suara ayam berkokok di kejauhan, bau tanah yang masih basah sisa hujan subuh, dan udara segar yang tak bisa ditemukan di kota.

Di depan rumah itu, sudah berkumpul sejumlah warga desa. Mereka tampak antusias, penuh rasa ingin tahu. Beberapa ibu-ibu berdandan rapi, anak-anak kecil berlarian di antara kaki orang dewasa, dan para bapak berdiri sambil menyilangkan tangan di dada. Semua berkumpul demi satu hal: melihat perempuan yang berhasil menikahi kepala desa mereka yang selama ini begitu disegani dan dikagumi.

Sudah lima menit sejak mobil berhenti, namun Olivia belum juga bangun. Tubuhnya terlelap di kursi penumpang, wajahnya masih pucat. Sejak perjalanan tadi, ia terus-menerus muntah hingga tubuhnya benar-benar kehabisan tenaga. Maalik hanya menatapnya. Ia tak tega membangunkan istrinya yang tampak begitu lelah.

Namun tak lama kemudian, kelopak mata Olivia perlahan terbuka. Ia menegakkan tubuhnya dengan malas, lalu mengerjapkan mata, mencoba memahami tempat asing yang kini ada di sekelilingnya.

“Kita sudah sampai,” ucap Maalik lembut, tersenyum menatap wajah istrinya yang masih kusut karena tidur.

Olivia mengerutkan dahi, menoleh ke arah kerumunan di depan rumah. “Mereka ngapain? Mau antri bansos?” tanyanya, memicingkan mata. Nada suaranya masih mengantuk, tapi kecantikannya tak luntur sedikit pun.

Maalik tersenyum pelan. “Mereka nunggu kamu.”

“Nunggu gue? Ngapain? Gue nggak bagiin bansos.”

“Mereka cuma pengin ketemu sama istrinya kepala desa mereka,” jelas Maalik sabar.

Olivia kembali menoleh ke jendela. Ia menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang itu menatap penuh harap ke arah mobil. Wajah-wajah ramah, meski asing.

“Gue nggak mau ketemu mereka,” gumamnya.

“Nggak apa-apa,” sahut Maalik lembut. “Nanti saya jelaskan ke mereka kalau kamu masih capek.”

Olivia sempat tertegun. Ia kira Maalik akan memaksanya atau setidaknya kesal dengan sikapnya. Tapi tidak. Pria itu tetap tenang dan penuh pengertian. Saat Maalik hendak membuka pintu, Olivia tiba-tiba menarik bagian belakang bajunya.

“Em… gue mau turun. Tapi gue nggak mau ngobrol sama mereka,” ucapnya pelan, seperti anak kecil yang bingung harus bagaimana.

Maalik menoleh, mengangguk pelan dan tersenyum. Ia keluar lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Olivia.

Begitu Maalik keluar dari mobil, suasana di halaman langsung riuh. Senyum, sapa, dan tepukan pelan di pundak menyambutnya. Dan ketika Olivia keluar, suasana itu mendadak berubah hening. Semua mata tertuju padanya.

Wajah-wajah yang tadi antusias kini tampak melongo. Olivia memang sangat menawan. Tubuhnya semampai, kulit putih bersih, rambut berwarna cokelat yang ditata rapi, wajah kecil dengan hidung mancung dan mata tajam—ia seperti tokoh sinetron yang keluar dari layar kaca dan tiba-tiba berdiri di hadapan mereka.

“Masya Allah, Pak Desa… istrinya cantik sekali…” gumam seorang ibu-ibu, terkagum-kagum.

Maalik tersenyum sopan. “Terima kasih, Bu Anjar,” balasnya hangat.

“Namanya siapa, Mbak Cantik?” tanya ibu lain, penuh rasa penasaran.

“Namanya Olivia, Bu,” jawab Maalik sambil menoleh ke arah istrinya. Ia tahu Olivia tak akan menjawab sendiri. “Maaf ya, Bu, Olivia-nya sedang nggak enak badan. Tadi mabuk perjalanan.”

“Oalah, iya nggak apa-apa, Pak Desa. Kita tadi cuma pengin lihat aja, istrinya Pak Desa seperti apa,” ujar Bu Anjar, masih dengan senyum ramah.

Setelah berbasa-basi beberapa saat dengan Maalik, para warga pun mulai berpamitan. Sebagian melambaikan tangan ke arah Olivia, berharap balasan, namun Olivia hanya menatap mereka dengan ekspresi lelah dan dingin. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Ia mengikuti Maalik masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi. Tapi sebelum langkahnya benar-benar jauh dari halaman, ia mendengar sayup-sayup suara ibu-ibu di belakang.

“Istrinya Pak Desa kayaknya sombong, ya… nggak mau berbaur.”

Olivia mendengarnya. Tapi ia tak peduli. Sama sekali tidak peduli.

Begitu masuk ke dalam rumah, matanya menyapu ruangan. Rumah itu sederhana, namun tertata rapi dan bersih. Aroma kayu bercampur wangi sabun lantai menyambutnya. Rumah itu tak semewah tempat tinggalnya di Jakarta, tapi tetap terasa nyaman.

“Nyokap bokap lo di mana?” tanya Olivia, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa empuk berwarna abu-abu.

“Di rumah mereka,” jawab Maalik, sibuk membereskan koper Olivia.

“Lo nggak tinggal bareng mereka?”

“Tidak.”

“Bagus… setidaknya gue nggak perlu basa-basi sama mertua,” ujarnya ringan, tanpa beban.

Maalik hanya menoleh sejenak, lalu tersenyum tipis. Ia tak membalas komentar itu. Setelah meletakkan koper, ia menatap Olivia.

“Kamu bersih-bersih dulu ya, istirahat juga. Saya mau ke masjid, shalat Maghrib berjamaah.”

Olivia tak menjawab, hanya mengangguk pelan. Maalik pun mengambil baju koko dan peci, lalu bergegas keluar.

Biasanya, Maalik akan tinggal cukup lama di masjid. Ia terbiasa menunggu sampai Isya, mengobrol dengan warga atau sekadar menikmati kesunyian malam. Tapi kali ini berbeda. Ia merasa tak enak meninggalkan istrinya terlalu lama.

Setelah shalat, ia langsung pulang.

Ketika masuk ke rumah, ia melihat Olivia sudah berganti pakaian santai dan duduk di ruang tengah sambil menonton televisi. Wajahnya masih tampak lesu.

“Assalamualaikum…” sapa Maalik dari ambang pintu.

Olivia hanya menoleh singkat, lalu kembali memandang layar.

“Assalamualaikum, Olivia…” ulangnya, lebih dekat.

Olivia menghela napas. “Iya…”

“Assalamualaikum itu jawabannya bukan ‘iya’, Olivia. Tapi ‘Waalaikumsalam’,” tegur Maalik lembut.

“Iya, gue tahu…”

“Tau apa?”

Hening sejenak. Olivia memalingkan wajah. Lalu dengan cepat dan malas, ia mengucap, “Wa… Waalaikumsalam…”

Maalik tersenyum kecil. Ia berjalan menuju dapur dan mengecek apakah Olivia sudah makan. Melihat tak ada sisa makanan, ia menduga Olivia belum menyentuh apapun. Ia tahu Olivia tidak bisa masak. Bahkan menggoreng telur pun mungkin belum tentu berhasil.

Maalik mengganti baju koko-nya, lalu langsung menyiapkan makanan simpel. Ia menggoreng telur dadar dan sosis, lalu menata dua piring. Setelah selesai, ia menghampiri Olivia.

“Maaf, cuma telur dadar sama sosis, ya. Soalnya jam tujuh nanti saya ada rapat. Nggak apa-apa?” tanyanya pelan.

Olivia menggeleng. “Gue diet. Nggak mau makan.”

Maalik heran. Menurutnya, tubuh Olivia sudah sangat ideal. Tapi sepertinya istrinya ini punya standar dan tekanan lain yang belum bisa ia pahami.

“Sedikit saja ya? Kamu dari tadi muntah terus, belum makan apapun yang masuk ke lambung.”

“Ada… gue makan buah.”

“Itu beda, Olivia. Ayo, makan sedikit saja.”

Olivia mendengus kecil, lalu berdiri malas dan berjalan menuju meja makan. Mereka duduk berhadapan.

Tak ada percakapan selama makan. Hanya suara sendok beradu dengan piring, dan sesekali desahan napas lelah dari Olivia. Tapi di tengah sunyi itu, Maalik tak berhenti berharap: semoga ini awal dari sesuatu yang perlahan bisa berubah.

Karena cinta yang sabar… kadang tak tumbuh dari benih suka, tapi dari keikhlasan menunggu.

1
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor /Good/
komurolaa: terimakasih kak💗
total 1 replies
Gái đảm
Endingnya puas. 🎉
Hoa xương rồng
Teruslah menulis dan mempersembahkan cerita yang menakjubkan ini, thor!
komurolaa: terimalasih kak
total 1 replies
Dani M04 <3
Menggugah emosiku.
komurolaa: terimakasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!