NovelToon NovelToon
Takdirku Di Usia 19

Takdirku Di Usia 19

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Pena

Mentari, seorang gadis pemalu dan pendiam dari Kampung Karet, tumbuh dalam keluarga sederhana yang bekerja di perkebunan. Meskipun terkenal jutek dan tak banyak bicara, Mentari adalah siswa berprestasi di sekolah. Namun, mimpinya untuk melanjutkan pendidikan pupus setelah lulus SMA karena keterbatasan biaya. Dengan tekad yang besar untuk membantu keluarga dan mengubah nasib, Mentari merantau ke Ubud untuk bekerja. Di usia yang masih belia, kehidupan mempertemukannya dengan cinta, kenyataan pahit, dan keputusan besar—menikah di usia 19 karena sebuah kehamilan yang tidak direncanakan. Namun perjalanan Mentari tidak berakhir di sana. Dari titik terendah dalam hidupnya, ia bangkit perlahan. Berbekal hobi menulis diary yang setia menemaninya sejak kecil, Mentari menuliskan setiap luka, pelajaran, dan harapan yang ia alami—hingga akhirnya semua catatan itu menjadi saksi perjalanannya menuju kesuksesan. Takdirku di Usia 19 adalah kisah nyata tentang keberanian, cinta, perjuangan, dan harapan. Sebuah memoar penuh emosi dari seorang gadis muda yang menolak menyerah pada keadaan dan berjuang menjemput takdirnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Semangkuk Mie dan Seribu Detak Jantung

*📝** Diary Mentari – Bab 18**

“Kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar. Kadang, cukup dari semangkuk mie, tawa sahabat, dan tatapan yang membuat dada sesak oleh rindu yang belum sempat bernama.”***

Pagi itu, hatiku masih menari-nari seperti daun kering yang diterbangkan angin sore. Perasaan dari malam api unggun bersama Adit belum juga reda. Suaranya, senyumnya, kata-katanya yang sederhana namun membekas… semuanya berputar seperti film di kepalaku. Aku tersenyum sendiri sepanjang jalan menuju angkot. Kadang aku merasa bodoh, kadang aku merasa hidupku mulai indah.

Hari ini aku tidak peduli dengan debu jalan atau suara klakson yang bising. Semuanya seakan mendukung suasana hatiku. Aku merasa seperti pemeran utama dalam kisah remaja yang lucu dan menyenangkan. Aku ingin hari ini jadi sempurna.

Dan aku tahu caranya: semangkuk mie instan rebus dan teh botol.

Kedengarannya sepele, tapi bagiku ini kemewahan. Mie instan yang beruap dengan telur setengah matang, dan teh dingin dalam botol kaca… adalah mimpi kecil yang jarang bisa aku sentuh. Biasanya uang sakuku hanya cukup untuk angkot dan sekantong kecil kacang goreng yang kumakan sedikit-sedikit selama istirahat.

Tapi hari ini beda. Aku dapat tambahan uang dari Nenek karena bantu menganyam janur semalam. Uang itu tidak seberapa—dua ribu rupiah tambahan, tapi cukup untuk membuat rencana kecilku terwujud.

Saat bel istirahat berbunyi, aku langsung menggandeng tangan Eka.

“Ka, aku pengen banget beli mie,” kataku dengan mata berbinar.

Eka menoleh cepat. “Ya elah, kesambet setan apa kamu, Tan? Biasanya cuma beli kacang seribu aja buat seharian.”

Aku tertawa. “Hari ini aku ada rejeki. Dari Nenek.”

“Wah, luar biasa. Mie instan dan teh botol di kantin? Fix kamu lagi jatuh cinta.”

Aku hanya tersenyum malu. Tapi memang, entah kenapa hari ini aku ingin merayakan hatiku yang sedang mekar.

Kami berjalan menuju kantin yang selalu penuh sesak saat jam istirahat. Bau wangi bumbu mie menyeruak ke mana-mana. Aku menelan ludah. Satu langkah lagi.

Namun tiba-tiba langkahku terhenti.

Adit.

Dia duduk di salah satu bangku kantin. Tangannya memegang sendok dan garpu, mulutnya bergerak mengunyah sambil bercanda dengan teman-temannya. Seperti biasa, dia duduk di tengah, menjadi pusat perhatian.

Aku panik. “Ka, balik yuk. Gak jadi deh makan mie,” bisikku.

“Lho, kenapa?”

Aku geleng. Tapi Eka menatapku dengan tatapan penuh pengertian. “Karena Adit, kan?” katanya sambil tersenyum menyebalkan.

Aku tak menjawab.

“Tapi kamu nggak bisa terus lari gitu, Tan. Ayok, aku temenin. Sekali-kali nikmatin juga rasanya makan mie bareng gebetan.”

Sebelum aku bisa menolak, Eka sudah menarikku masuk ke kantin. Kami menuju penjual mie yang sudah sibuk mencatat pesanan. Aku pesan mie rebus pakai telur dan teh botol. Ini bukan hanya makanan, ini selebrasi hati.

Saat kami masih menunggu pesanan datang, sebuah suara menyapa dari belakang.

“Hai, Tan. Tumben jajan?” suara itu begitu familiar, dan menohok jantungku tanpa peringatan.

Aku menoleh. Adit.

Dia tersenyum, matanya ramah seperti biasa. Tapi kali ini, dia menunjuk bangku kosong di sebelahnya.

“Mau duduk di sini?” tawarnya.

Aku hampir lupa cara bicara.

Eka mencolek lenganku dari belakang, seolah berkata ‘ini kesempatan, jangan kabur lagi!’

Aku tersenyum kecil dan mengangguk. Lalu perlahan duduk di samping Adit.

Beberapa siswa memperhatikan kami. Beberapa gadis mulai berbisik-bisik. Beberapa malah berseru pelan, “Cieeee…”

Aku ingin menghilang. Tapi kemudian, mie rebusku datang. Uapnya naik ke udara, harum menggoda. Teh botol diletakkan di sampingnya. Aku menatap semangkuk mie itu—ini lebih dari sekedar makanan, ini adalah mimpi kecil yang akhirnya bisa kunikmati.

Dan di sebelahku duduk Adit.

“Enak ya, makan mie kalau pas laper banget,” kata Adit, mencoba mencairkan suasana.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

“Kamu biasanya nggak pernah jajan ya?” tanyanya pelan.

Aku mengangguk lagi. “Uangnya lebih dibutuhin buat yang lain,” jawabku jujur.

Adit tampak memahami. “Tapi hari ini spesial?”

Aku menatapnya dan mengangguk. “Iya. Hari ini spesial.”

Dia tertawa kecil. “Karena mie?”

Aku ikut tertawa. “Karena semuanya. Karena hidupku lagi cerah.”

Untuk pertama kalinya, aku bisa makan mie instan rebus dan teh botol sambil duduk santai, tertawa bersama teman, dan membiarkan diriku menikmati hal kecil yang mungkin biasa bagi orang lain, tapi luar biasa bagiku.

Aku merasa seperti anak remaja biasa—bukan lagi Mentari si anak kampung, bukan si murid miskin yang pakai seragam bekas, bukan si jutek yang sering dianggap cuek. Tapi Mentari yang sedang jatuh cinta, Mentari yang sedang belajar menikmati rasa.

“Kadang kebahagiaan tak perlu dicari jauh. Ia bisa hadir dalam semangkuk mie hangat dan satu tatapan yang membuatmu merasa cukup.”

Malam itu, sebelum tidur, aku menuliskan semuanya di buku diaryku. Tentang mie, tentang Eka yang selalu setia di sampingku, dan tentang Adit yang hari ini duduk di sebelahku dan membuat mie itu terasa lebih nikmat.

Aku menutup diaryku dengan senyuman.

Mungkin, ini memang bukan kisah cinta. Tapi ini adalah kisah remaja yang sedang belajar merasa layak dicintai.

1
Komang Arianti
kapan tarii bahagiaa nya?
Komang Arianti
ngeenesss bangettt ini si mentarii😢😢
Putu Suciptawati
jadi inget wkt adikku potong rambut pendek, kakekku juga marah, katanya gadis bali ga boleh berambut pendek/Facepalm/
K.M
Ditunggu lanjutannya ya kk makasi udah ngikutin ☺️
Putu Suciptawati
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
K.M: Auto mewek ya kk
total 1 replies
Putu Suciptawati
yah kukiora tari akan menerima bintang, ternyata oh ternyata ga sesuai ekspektasiku
Arbai
Karya yang keren dan setiap bab di lengkapi kalimat menyentuh.
Terimakasih untuk Author nya sudah berbagi kisah, semoga karya ini terbit
K.M: Terima kasih dukungannya kk ☺️
total 1 replies
Putu Suciptawati
ayolah tari buka hatimu unt bintang lupakan cinta monyetmu...kamu berhak bahagia
Putu Suciptawati
senengnya mentari punya hp walaupun hp jdul
Putu Suciptawati
semangat tari kamu pasti bisa
Putu Suciptawati
puisinya keren/Good//Good//Good//Good/
Putu Suciptawati
karya yg sangat bagus, bahasanya mudah diterima.....pokoknya keren/Good//Good//Good//Good/
K.M: Terima kasih banyak sudah menyukai mentari kk ❤️❤️
total 1 replies
Putu Suciptawati
betul mentari tdk semua perpisahan melukai tdk semua cinta hrs memiliki
rarariri
aq suka karyamu thor,mewek trus aq bacanya
rarariri
/Sob//Sob//Sob/
Wanita Aries
Kok bs gk seperhatian itu
Wanita Aries
Paling gk enak kl gk ada tmpt utk mengadu atau skedar bertukar cerita berkeluh kesah.
Aku selalu bilang ke ankq utk terbuka hal apapun dan jgn memendam.
Wanita Aries
Kok ba ngumpul smua dsitu dan org tua mentari menanggung beban
Wanita Aries
Mampir thor cerita menarik
Putu Suciptawati
betul mentari, rumah atau kamar tidak harus besar dan luas yang terpenting bs membuat kita nyaman
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!