Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 18. Curiga
Dengan nafas yang masih terengah-engah, Brian malah menolak panggilan tersebut, ia mematung tiba-tiba mengubah ponselnya ke mode silent.
"Siapa yang nelpon mas?"
Brian berbalik dan menatap Laura yang kini duduk sambil memasang kimononya, "Nggak tau sayang... Dari nomor yang nggak di kenal!"
"Nggak dikenal? Tapi nelponnya sampai 3 kali loh mas?! Nggak ada salahnya kan diangkat dulu... Tapi kamu malah langsung di tolak!"
"Takutnya itu penipu, kan sekarang lagi banyak banget penipu lewat telpon!"
"Iya sih mas! Ohh ya, coba sini aku mau lihat nomornya, siapa tau aku kenal nomornya!" Kata Laura sambil mengulurkan telapak tangannya.
Terlihat Brian sedikit panik, "hm? Nggak usah sayang... Aku mau cas lagi soalnya baru 7 persen! Kita tidur ajalah... Kan kamu capek, kayaknya aku juga capek plus ngantuk!"
Laura hanya menghela nafasnya, "tapi siapa tau aku kenal nomornya loh mas!"
"Nggak mungkin sayang.... Udahlah, kita tidur aja! Katanya besok kamu ada meeting pagi kan?!"
"Ohhiya, hampir lupa!"
Mereka lalu berbaring diatas kasur sambil berpelukan, mood Laura juga sepertinya sudah bagus lagi, mungkin karena habis di cas sama Brian.
Namun dalam hati rasa penasaran menyelimuti dirinya. Meskipun lampu sudah padam, tetapi dirinya masih gelisah soal orang yang menelpon Brian tadi.
Fikirannya selalu tertuju pada wanita yang ada dirumah sakit.
Alhasil, saat tengah malam Laura terbangun ia berjalan mengendap-endap mendekati meja nakas, mengambil ponsel Brian dan menekan dua kali layarnya hingga membuat pantulan cahaya dari ponsel Brian memenuhi ruangan.
Laura langsung panik dan melirik kearah Brian, takutnya Brian terbangun karena cahaya itu.
Untung saja ia tidak membuka mata, bahkan tidak ada pergerakan sedikitpun.
Laura memegang dadanya sambil menghela nafas, ia kemudian melanjutkan aksinya akan tetapi tak sesuai ekspektasi, ternyata ponsel Brian terkunci menggunakan pola angka.
Dan yang lebih nihilnya adalah Brian tak memakai faceId ataupun sidik jari jadi Laura susah untuk menebak angka sandinya.
"Apa ya kira-kira? Aduh... Apa ya? Atau tanggal pernikahan kita?"
Ia mencoba memasukkan angkanya tapi nyatanya salah, "bukan? Ohh apa jangan-jangan tanggal ulangtahunnya?!"
Sekali lagi Laura mencoba tapi tetap tidak bisa, "apa mungkin angka random?"
Beberapa kali gagal hingga notif 'coba lagi dalam 30 menit' muncul di layar ponsel Brian.
Laura akhirnya menyerah, siapa juga yang mau menunggu 30 menit?
Ia kembali ke kasur, berbaring disamping Brian. Tiba-tiba ia di peluk bak guling, begitu erat bahkan sampai Laura sulit bergerak dan bernafas.
"Ahk... Mas!"
"Hmm?"
"Kamu mau bunuh aku ya?"
"Ahh maaf sayang.... " Katanya dengan mata yang masih tertutup.
Barulah Brian melonggarkan pelukannya lalu kembali tertidur, namun beberapa menit kemudian terdengar Brian bergumam, "Ra... Lain kali jangan gitu ya?! Mas nggak suka!"
Laura yang belum sepenuhnya tertidur pun langsung melotot mendengarnya, ia menatap mata Brian.
"Loh mas Brian lihat kelakuan ku tadi ya? Tapi bukannya dia sudah tidur? Apa jangan-jangan dia mimpi?!" Gumam Laura dalam hati.
Ia Mengibas-ibaskan tangannya di wajah Brian, tapi tak ada respon.
"Masih tidur!? Ahh berarti mas Brian mimpi!" Lanjutnya bergumam.
***
Pagi harinya mereka berdua berjalan menuju garasi, Laura sudah rapi dengan outfit kantornya begitupun dengan Brian.
"Ahh hampir lupa, mas! Semalam kamu mimpiin aku ya?" Tanya Laura sebelum masuk kedalam mobil.
"Ehm... Kayaknya sih enggak sayang! Semalam aku ngigo ya?"
Laura mengangguk, "iya! Sampai sebut nama aku!"
"Mungkin efek capek!"
"Iyasih mas! Ohh iya, aku pulangnya agak telat ya! Kebetulan mau makan malam sama temen-temen kantor aku!"
"Ada cowok?" Tanya Brian.
"Ada sih Mas!"
"Ya udah! Nanti kalau kamu mau kesana sharelock yah... aku mau nyusul!"
"Tapi aku makan malamnya hampir sepuluh orang loh mas! Kamu tetap mau ikut?"
"Kalau perlu, kemanapun kamu pergi aku harus ikut!"
"Oke.... Kalau itu maunya mas ya aku nggak bisa nolak!"
Pada akhirnya merek berdua pergi dengan mobil masing-masing menuju kantor.