George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 IGTG
Langit begitu cerah, matahari mulai memancarkan cahayanya, semua orang mulai melakukan aktivitas seperti biasanya.
Tidak terkecuali dengan Tuan Muda yang hobby membaca itu mendatangi sebuah perpustakaan terbesar di New York.
Beberapa pengawal berbadan kekar berdiri di belakangnya. Mereka adalah anggota pilihan yang siap membunuh kapan saja.
Di antara para pengawal itu, ada seorang pria dengan tatapan tajam dan memiliki sikap tegas. Dia..
Max.
Max menjadi seorang Asisten pribadi sekaligus sahabat baik sang Tuan Muda.
“Awasi tempat ini sampai Tuan selesai dengan aktivitasnya, habisi siapapun itu jika nekat menerobos masuk." Perintahnya.
“Siap Tuan!!" Para pengawal itu menjawab serempak. Lalu segera bergerak pada posisi masing-masing.
setelah mengatakan itu, Max mengantar Tuannya masuk ke dalam, perpustakaan di tutup untuk sementara sampai sang Tuan Muda puas membaca.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, punggung pria itu tampak tegak, aura dinginnya begitu kuat, meskipun banyak orang mengatakan jika dirinya tidaklah berguna, hanya seorang CEO lumpuh.
Tetapi ada yang berbeda, luka di wajahnya X, tanda itu nampak jelas, meskipun tidak mengurangi kadar ketampanannya, tetapi banyak gadis yang mempermasalahkan hal itu.
Sepasang mata yang memancarkan kegelapan, tidak ada senyum, tidak ada ekpresi kehangatan, dia terlihat seperti patung hidup yang hanya memiliki satu tujuan, menguasi apapun yang di inginkan.
George Zionathan.
Seorang pria tampan 27 tahun, yang kehidupannya mulai berubah drastis semenjak Orion sang Ayah angkatnya meninggal beberapa tahun lalu.
Sejak saat itu orang mengenalnya sebagai pria yang tidak berguna, karena hanya diam dan menghabiskan waktunya dengan membaca. meskipun memiliki jabatan sebagai CEO muda, tidak membuat kesan yang bagus untuk dirinya.
Selain tidak berguna, George juga dikenal sebagai pria arogan dan dingin. Namun siapa sangat jika dirinya adalah salah satu ketua terbesar organisasi di New York.
Black wolf, adalah organisasi di bawah kepemimpinannya, tidak ada yang mengetahui hal itu, termasuk saudara kembarnya. Felix Zionathan.
“Tuan, saya sudah memastikan, di dalam tidak ada siapapun." Ucap Max sedikit membungkukkan tubuhnya.
“Hmm" Hanya itu.
Max sudah terbiasa akan hal itu, Tuannya banyak berubah, tidak seperti dulu yang banyak bicara.
“Kalau begitu saya tunggu Anda di luar." Lagi, George hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah Max ke luar, suasana benar-benar tenang dan sepi, tidak ada siapapun hanya buku-buku tua yang tersusun rapi di rak-rak tinggi.
Kesunyian yang membuat George tenang, dia memajukan kursi rodanya mendekat kearah jendela kaca, udara pagi yang segar benar-benar menyejukan.
George menutup matanya. Merasakan sinar matahari menghangatkan tubuhnya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan.
Tetapi siapa sangka tempat yang sudah dipastikan tidak ada siapapun itu ternyata ada sosok gadis muncul dari balik rak buku.
Pendengaran yang sangat tajam meskipun tidak mengeluarkan suara, George menyadari akan kehadiran seseorang, namun dia tetap diam dan memejamkan matanya.
Gadis itu mendekat dengan langkah pelan, sembari mengerakan kepalanya kekanan dan kiri secara perlahan, sembari tangannya melilit pita di dress lusuhnya.
Sesekali tersenyum tidak jelas, sampai dia berdiri tempat di depan pria yang duduk di kursi roda itu. Sementara George tetap menutup matanya.
Perlahan gadis itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan George yang berada di bahu kursi roda. Mendapatkan sentuhan tentu saja membuat matanya terbuka secara perlahan.
George sedikit tersentak kala melihat gadis itu, mata bulat yang sangat indah, wajahnya terdapat beberapa coretan tinta dengan pakaian yang lurus. sedang gadis itu tersenyum padanya.
George melirik tangannya yang masih memegang tangannya.
“Apa yang kau lakukan di sini?"
Gadis itu tidak menjawab, hanya memiringkan kepalanya ke kanan sembari menatap wajah tampan George.
Helaan nafas berat George ke luarkan, bagaimana bisa Max bilang tidak ada siapapun, sementara di depannya berdiri gadis yang di yakini memiliki gangguan jiwa.
Gadis itu menyentuh kening George dengan jari telunjuknya, menyelusuri kehidungnya hingga sampai pada bibir tebalnya. tetapi anehnya hal itu tidak membuat George jijik.
Cup
Mata George membulat, kala mendapatkan ciuman singkat di bibirnya, sialnya dia tidak bisa marah hanya kedua tangannya yang mengepal erat.
Lagi, gadis gila duduk di pangkuannya dan melingkarkan tangannya di leher George.
George hendak mendorongnya tetapi gadis itu malah memberikan ciuman di lehernya, menyelusuri sampai melumat jakun yang tengah naik turun itu.
Sialnya George malah memberikan ruang untuk gadis itu bergerak bebas. Menikmati kecupan hangat yang di berikan gadis itu. Sampai beberapa menit kemudian dia tersadar.
Mendorong pelan gadis gila itu. “Gadis Gila. apa yang kau lakukan?"
Gadis itu malah cengengesan sembari merentangkan kedua tangannya, “Peluk aku.. Ini panas!" Ucapnya sembari memegang leher jenjangnya.
George tidak menjawab dan tetap memperhatikan gadis yang masih merentangkan kedua tangannya.
“Peluk aku.. Hehe.. "
Tangan George reflek menangkup kedua pipi gadis itu, entah iblis apa yang merasukinya, sehingga dia memberikan ciuman brutal di bibir mungil itu.
Keduanya saling melumat, mengimbangi permainan satu sama lain.
George sendiri ingin mengutuk dirinya, tetapi bagaikan menemukan sesuatu sangat pas dan cocok dengan bibirnya, George semakin melumat dan memperdalam ciumannya, sehingga membuat gadis gila itu menggeram dengan apa yang dilakukan oleh George.
Entah apa yang terjadi dengan George, saat ini dia bagaikan binatang buas yang sangat lama mengintai mangsanya.
Tangan yang lebar mengusap dengan posesif di leher jenjang yang sensitif dan sebelah tangannya turun kepinggang. Menarik pinggang ramping itu sehingga posisi mereka semakin dekat tanpa cela.
Alunan suara lembut dan merdu dengan nafas yang memburu menyapa gendang telinga keduanya. Membuat George semakin semangat melumat bibir gadis itu.
Tangannya semakin bergeliar dengan posesif, seakan mengklaim apa yang dia sentuh itu miliknya. Tangannya benar-benar aktif bergerak tanpa melewati seinci pun pada tubuh itu.
“Nghh.. Ahh.. " Gadis itu kembali memberikan alunan yang membuat gairah George semakin terbakar.
Tangan lebar George merambat kesungguhannya, membelai punggung itu dengan lembut, sebelum akhirnya tangan itu membuka pengait bra yang menutup gunung kembar.
“Siapa namamu?" Tanya George di sela-sela ciumannya.
Gadis itu memejamkan matanya sembari memjawab dengan terpenggal-penggal. “Nafla.. Enghh.."
Nafla? George menghentikan gerakannya dan menatap wajah sayu gadis itu, nama yang sangat familiar? sampai detik kemudian dia menggeleng kepalanya dan melanjutkan aktifitasnya.
“Panggil namaku, George. Sebut namaku dalam setiap kenikmatan yang aku ciptakan, kau paham Nafla?" George berucap sebelum dia memulai hal yang akan sama-sama merasakan kenikmatan.
Nafla menganggukkan kepalanya. “George.. Ahh.."
George tidak tau siapa yang gila, mungkin dirinya, karena menggauli gadis yang tidak memiliki akal sehat dan baru pertama kali dia temui.
Perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat membaca, pagi ini menjadi saksi gairah sepasang manusia yang tidak saling mengenal itu, kedua sama-sama baru melakukan untuk yang bertama kalinya.
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara