cerita ini hanya fiktif belaka...mohon ma'af apabila ada kesamaan nama,tempat dan latar belakang.
cerita sederhana tentang dua insan yang disatukan oleh takdir...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAMIFA_88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28.pertemuan pertama
pertemuan pertama?
ya,acara selanjutnya setelah ijab qabul selesai,mempertemukan kedua mempelai,sesuai kebiasaan di tempat tinggal mereka,pengantin wanita tidak di hadirkan ketika proses akad di langsungkan,dia di sembunyikan di sebuah kamar,dimana di dalamnya hanya ada para perempuan saja dan hanya bisa mendengar dari sana,ketika acara tersebut selesai,barulah pengantin pria di antar ke tempat pengantin wanita menunggunya.
itulah yang terjadi antara ustadz Azzam dan Senja,jadi pertemuan pertama yang di maksud adalah pertemuan pertama sebagai pasangan suami istri.
"assalamualaikum..."
"waalaikumsalam..."jawab orang -orang yang berada di dalam kamar,serentak,tanpa terkecuali Senja yang ikut menjawab dengan suara pelan,malu -malu.
para wanita yang tadi menemani Senja,serentak keluar,mereka membiarkan pasangan baru suami istri,ustadz Azzam dan Senja,berduaan,menghabiskan waktu bersama untuk pertama kalinya sebagai pasangan suami istri.
Senja merasa dadanya berdebar kencang dan detak jantungnya lebih cepat dari biasanya,perasaan yang tadi sempat dia rasakan,kini kembali dia rasakan untuk kedua kalinya hari ini.
"astagfirullah hal azim..."batinnya
saking gugupnya,dia sampai tidak berani untuk mengangkat pandangannya,kepalanya terus tertunduk,pandangannya tertuju pada lantai,dan kedua tangannya yang terasa dingin saling meremas satu sama lain.
dia bukan tidak menyadari derap langkah ramai mengarah ke arah luar,berarti orang -orang itu meninggalkan dirinya bersama seorang pria yang sekarang sudah berstatus suaminya,dapat dia ketahui dari derap langkah pelan mendekat ke arahnya.
"boleh aku duduk?"ustadz Azzam bertanya sekedar basa -basi,begitu sudah berada di dekat Senja yang sedang duduk di pinggir ranjang.
"silahkan ustadz..."
kemudian dia duduk di dekat Senja,sengaja sedikit berjarak,karena ini pertama kali mereka sedekat ini,dan jujur saja dia juga gugup,baru pertama kali sedekat ini dengan wanita.
suasana menjadi canggung,keheningan menyelimuti keduanya,setelah itu tidak ada lagi yang buka suara.namun keheningan itu hanya sesaat.
"Senja..."
"iya ustadz..."cicit Senja,bukan sengaja,tapi semakin dia pelan berbicara,semakin tersamarkan getar dalam suaranya.
"boleh aku memegang ubun -ubun kamu?"
"boleh..."
perlahan ustadz Azzam mengulurkan tangan kanannya dan Senja yang sudah paham,menyambut uluran tangan tersebut,menciumnya khidmat,kemudian ustadz Azzam meletakkan tangan kirinya di atas ubun -ubun Senja,sambil mulutnya komat -kamit melafalkan doa,"Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khaira ma jabaltaha 'alaih, wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha 'alaih"
selesai,dia mencium pucuk kepala wanita itu sebentar,di situlah air mata Senja menetes haru untuk kedua kalinya,selain setelah ustadz Azzam selesai melafazkan kalimat akad.
ustadz Azzam kembali duduk seperti semula,mulutnya kembali melontarkan pertanyaan pada sang istri,ciee...udah manggil sebut istri aja si Azzam,"kenapa masih memanggilku ustadz?"
"jadi saya harus memanggil ustadz apa?"Senja balik bertanya.
dia sendiri bingung harus memanggil pria yang sudah menjadi suaminya itu dengan panggilan apa,nama langsung?tapi rasanya tidak sopan,kakak?tapi mereka suami istri,apa pantas memanggil kakak.
perkara panggilan saja membuatnya pusing,apalagi yang lain nantinya.
"apa kamu tidak mau melihat suamimu ini?"ustadz Azzam tidak mengindahkan pertanyaan Senja,dan juga balik menanyakan hal lain.
di tanya seperti itu,Senja lekas menggeleng,bohong dia tidak mau melihat pria impiannya dalam jarak dekat,tapi dia benar -benar tidak berani,hatinya belum siap,tapi penasaran.
"angkat kepala kamu,liat aku"tukas ustadz Azzam,barulah Senja berani perlahan mengangkat pandangannya dengan tangan masih saling bertaut.
pandangan mereka bertemu,terjadi kontak mata sesaat,sebelum Senja mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"kita sudah sah menjadi suami istri kan?"Senja mengangguk,faktanya memang seperti itu.
"kamu maunya manggil aku apa?"
"belum kepikiran,gimana kalau untuk sementara,saya panggil ustadz mas"tiba -tiba dia keingat,dulu pernah mendengar seorang wanita memanggil suaminya dengan kata 'mas'
"terserah kamu,dan mulai sekarang pakai aku -kamu,jangan yang lain"
"baik mas"
suasana canggung yang tadi tercipta,kini mulai perlahan mencair,ustadz Azzam selalu dan selalu mengajak Senja bicara,berharap wanita itu mulai terbiasa dengan kehadirannya,dan ternyata itu berhasil.
kenapa bisa?dalam waktu singkat dan percakapan beberapa patah kata sudah bisa membuat suasana canggung perlahan mencair.
ya...simple saja,Senja itu bukan wanita yang tersembunyi,dalam artian pergaulannya hanya kalangan sesama perempuan,pergaulannya dulu di negara asalnya,cukup luas,terbiasa berbaur antara laki -laki dan perempuan,namun dia bisa menjaga diri dan tidak pernah terlihat suatu hubungan dengan para lelaki itu,kecuali hubungan pertemanan biasa,sekedar mengobrol atau sharing.
jadi bukan sesuatu hal yang sulit dan membutuhkan waktu lama untuk akrab dengan seseorang,hanya saja,sejak memutuskan untuk hijrah,kedua orang tuanya,terlebih papa Brian mewanti -wanti dirinya agar sebisa mungkin tidak bergaul dengan laki -laki,kecuali benar -benar perlu,itupun tidak boleh sendirian.
...****************...
kalau di kamar,pasangan penganten baru mulai akrab,maka di luar seakan tidak mau kalah,kyai Abdullah,abi Ahmad dan papa Brian asik mengobrol sambil menikmati secangkir kopi yang baru saja di seduhkan,dan asapnya nampak masih mengepul di atasnya.sedangkan para ibu,nyai Aminah,umi Sarah dan mama Amelia juga sibuk mengobrol dengan obrolan khas para ibu.
kalau ada timbul pertanyaan,mengapa mereka bisa sesantai itu berada di rumah orang lain,dan kyai Abdullah sesantai itu mengizinkan pernikahan ustadz Azzam dan Senja di langsungkan di rumahnya?
hal itu,karena keluarga kyai Abdullah dan abi Ahmad memiliki hubungan kekerabatan,meski agak jauh,namun di lingkungan tempat tinggal mereka,hubungan keluarga sangat lekat,walau sudah sangat jauh,selagi masih di ketahui rentetannya.
dan tidak banyak orang yang tau,bahwa nenek nyai Aminah dan kakek umi Sarah adalah saudara,dan mereka adalah sepupu dua kali,kemudian nenek nyai Aminah memiliki seorang putri dan menikah dengan salah satu pemilik pondok pesantren di kota sebelah,lahirlah nyai Aminah,di beri gelar ning sesuai adat setempat,lalu nyai Aminah di nikahkan oleh ayahnya dengan kyai Abdullah,sedang kakek umi Sarah menikah dengan orang biasa,melahirkan seorang putri,yaitu putra dan putranya juga menikah dengan orang biasa,lahirlah umi Sarah,lalu umi Sarah menikah dengan abi Ahmad,karena umi Sarah yang jatuh cinta pada abi Ahmad,kemudian melamarnya,meski mereka sepupu dua kali,hubungan mereka erat layaknya saudara kandung,mungkin karena sesama anak tunggal.
dan dari sana,bisa di ketahui,kisah cinta ustadz Azzam dan Senja,mirip dengan kisah cinta orang tua ustadz Azzam,semoga hubungan mereka juga seerat dam sekuat hubungan pasangan senior itu,tidak goyah di terpa angin dan badai kehidupan,ataupun goncangan ujian yang datang.
bantu like dan comment...