NovelToon NovelToon
Pernikahan Palsu Dadakan

Pernikahan Palsu Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.

Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.

Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.

"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.

Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”


Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.

Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Kesepakatan

Hujan ringan turun sore itu. Langit kelabu seperti menggambarkan suasana hati Adriella yang semakin terpuruk. Dia berdiri di bawah atap kecil pos penjaga keamanan di pintu rumah sakit, menunggu kendaraan umum sambil memeluk tas selempangnya erat-erat.

Tangannya sedikit gemetar saat ia membuka ponsel dan menekan nomor seseorang. Setelah beberapa nada sambung, suara ceria seorang perempuan menjawab dari seberang.

“Halo, Adri?”

“Bianca…” Suara Adriella terdengar pelan. “Aku butuh bantuan.”

“Bantuan seperti apa?” Sahabatnya itu langsung serius.

Adriella menelan ludah, menatap air hujan yang membasahi trotoar. “Aku harus menikah untuk dapat warisan Mama. Papa tiriku mau menjualku ke pria tua hanya demi kerja sama perusahaan. Aku… aku nggak mau. Alessia butuh biaya pengobatan dan warisan itu satu-satunya cara.”

“Ya Tuhan… Adriella,” Bianca terdiam sesaat. “Lalu kau mau gimana?”

“Aku pikir… mungkin aku bisa pura-pura menikah. Kau kenal seseorang? Seseorang yang bisa kupercaya untuk akting selama beberapa bulan saja?”

Bianca tampak syok di seberang. “Kau yakin? Itu gila, Adri!”

“Semua ini demi Alessia. Aku nggak peduli, asal dia bisa sembuh.”

Tanpa Adriella sadari, tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang pria dengan jaket lusuh dan sepatu kotor berdiri di bawah pohon rindang, berteduh dari hujan. Ia mengenakan helm proyek yang kini disampirkan di bawah lengannya. Pria itu—Zehan—sedang menatap ke arahnya dengan wajah penuh ketertarikan.

Bukan karena suara atau paras Adriella yang mencuri perhatiannya, tapi karena isi pembicaraannya barusan. Pura-pura menikah demi menyelamatkan adiknya yang sakit? Zehan menarik napas. Dunia ini memang penuh kejutan. Dan dia, yang sedang melarikan diri dari tekanan keluarganya yang ingin menjodohkannya, tak sengaja mendengar tawaran yang entah kenapa menggugah hatinya.

Hujan telah berhenti. Adriella menutup telepon, menghela napas, lalu berjalan ke arah halte bus. Zehan memperhatikan langkahnya yang ragu. Matanya mengikuti setiap gerakan perempuan itu hingga akhirnya dia memutuskan melangkah mendekat.

Saat Adriella berhenti di halte, menunggu bus yang tak kunjung datang, Zehan menyusulnya dan berdiri beberapa langkah di samping.

“Permisi,” suaranya dalam namun lembut.

Adriella sedikit terkejut dan menoleh. Matanya bertemu dengan tatapan pria asing yang tampak kelelahan tapi ramah. Ia menyipitkan mata, mencoba mengenali wajahnya. “Ya?”

“Saya tidka mau terdengar lancang,” kata Zehan dengan tenang. “Tapi Saya dengar pembicaraanmu di telepon tadi.”

Wajah Adriella langsung memerah. “Kamu menguping?”

“Tidak sengaja,” jawab Zehan cepat. “Kamu bicara cukup keras. Dan saya berdiri tak jauh.”

Adriella memalingkan wajah, malu dan kesal. “Maaf, tapi itu urusan pribadi. Saya tidak butuh komentar dari orang asing.”

“Saya bukan mau mengomentari.” Zehan tersenyum kecil. “Saya hanya… tertarik dengan tawaranmu.”

Adriella mengernyit. “Tawaran?”

“Pura-pura jadi suamimu.”

Detik itu juga Adriella mundur selangkah. “Apa?”

“Saya tahu kedengarannya gila, tapi dengarkan saya dulu.” Zehan mengangkat tangan, menenangkan. “Saya juga sedang di desak untuk menikah. Saya tidak punya alasan kuat untuk menolak pernikahan palsu. Saya justru berpikir, ini bisa menguntungkan kita berdua.”

Adriella menatapnya penuh curiga. “Anda siapa sebenarnya?”

“Zehan. Hanya pekerja bangunan biasa,” jawabnya singkat. “Tapi saya cukup waras untuk tidak menyakiti perempuan, apalagi yang sedang berjuang untuk adiknya.”

Adriella menatap matanya, mencoba menilai apakah pria ini benar-benar bisa dipercaya. Entah mengapa, ada sesuatu dalam cara pria itu bicara yang membuatnya tak langsung ingin pergi. Ada ketulusan di sana.

“Saya butuh waktu,” ucap Adriella akhirnya.

“Tentu.” Zehan mengangguk. “Kamu bisa berpikir dulu. Tapi, kalau kau butuh seseorang yang bersedia berpura-pura jadi suamimu, saya ada di sini. Gratis. Dan saya bisa akting dengan baik.”

Adriella tertawa kecil, getir. “Gratis? Kamu yakin?”

“Yakin. Tapi… mungkin kau bisa bantu aku juga suatu hari nanti.” Senyumnya melebar, kali ini diselingi candaan. “Jadi kita impas.”

Bus datang dan Adriella segera naik, masih menoleh ke arah Zehan yang kini berjalan menjauh. Hatinya campur aduk. Pria itu muncul seperti bayangan tak terduga di tengah hujan, di tengah keterpurukannya membawa tawaran yang baru saja dia bicarakan dengan Bianca.

Takdir memang tak bisa ditebak. Tapi sore itu, di bawah langit kelabu dan aroma tanah basah, hidup Adriella baru saja berubah arah.

🍁🍁🍁

Tiga hari telah berlalu sejak pertemuan aneh itu di halte bus. Adriella masih belum memberi jawaban kepada Zehan. Ia telah mencoba menghubungi beberapa kenalan Bianca, namun semua jawaban sama: tak ada yang cukup gila untuk berpura-pura menikah dengan orang asing apalagi tanpa imbalan besar.

Di sisi lain, ayah tirinya semakin gencar mendesaknya. Surat perjanjian perjodohan telah disiapkan, dan lelaki tua bernama Darsa itu bahkan sempat mengirimkan hadiah mahal ke rumah sebagai "tanda cinta". Adriella mual setiap kali melihat wajah tua pria itu terlampir di undangan resepsi palsu yang dicetak sepihak oleh ayah tirinya.

Dan hari ini, adalah titik akhir dari segala kesabarannya.

“Kalau kau tidak menandatangani surat ini sampai besok, jangan harap bisa melihat adikmu di rumah sakit lagi!” bentak sang ayah tiri pagi itu, sebelum membanting pintu dan pergi ke kantor.

Adriella terdiam. Tangannya gemetar memegang surat yang mulai kusut. Napasnya tercekat, pikirannya kusut. Ia tidak bisa, ia tidak akan membiarkan Alessia jadi tumbal.

Sore itu, setelah memastikan Alessia tertidur di ruang rawat, Adriella keluar dari rumah sakit dan berjalan menuju halte yang sama. Entah kenapa, hatinya berharap pria itu, Zehan, masih sering lewat sana.

Dan tak lama, doa diam-diamnya terjawab.

Zehan datang. Dengan jaket sama, dan ransel penuh debu proyek. Dia baru saja pulang kerja, tampak lelah tapi tetap tegak.

“Kau datang lagi,” ucapnya sambil berdiri di samping Adriella.

“Saya tidak tahu harus menghubungimu di mana,” jawab Adriella tanpa menoleh.

Zehan tersenyum. “Saya juga berharap kamu datang lagi. Dan sekarang…?”

“Saya setuju,” kata Adriella cepat. “Kita menikah. Palsu. Hanya beberapa bulan. Setelah itu kamu bisa bebas.”

Zehan menatapnya lama, seolah memastikan perempuan itu tidak sedang bercanda. “Kamu yakin?”

“Lebih dari yakin.”

Dia mengangguk pelan. “Baik. Tapi kita butuh rencana. Bagaimana menjelaskan ini pada keluargamu? Kapan kita ‘menikah’? Dan....”

“Besok,” potong Adriella. “Besok pagi, saya akan ke kantor catatan sipil. Saya sudah siapkan berkasnya. Kita bisa menikah secara hukum, lalu buat perjanjian di atas kertas: hanya beberapa bulan, lalu cerai.”

Zehan mengangkat alis. “Cepat juga kamu bertindak.”

“Saya tidak punya banyak waktu, Zehan.”

Dia mengangguk mengerti. “Baiklah. Kalau begitu, saya akan datang. Tapi saya juga ingin kita membuat batasan. Kita mungkin akan tinggal bersama untuk meyakinkan mereka, tapi saya tidak akan pernah menyentuhmu tanpa izinmu.”

Adriella mengangguk. “Terima kasih.”

Sore itu, dua orang asing menyusun rencana gila. Satu demi adik yang sakit, satu demi kebebasan dari tekanan keluarga kaya. Mereka tidak tahu apa yang akan menanti ke depan. Tapi untuk sekarang, keduanya sama-sama butuh satu hal: pelarian.

Dan esok hari, dunia akan melihat sepasang suami istri baru. Bukan karena cinta, tapi karena kesepakatan.

1
Mar lina
coba orang tua Zehan
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
emak sama anak
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
ya ampun bara...
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
Mar lina
semoga Bastian
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!