NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Ratusan siswa berkumpul di lapangan yang luas, mereka berbaris mendengarkan para pemandu di depan barisan memberikan instruksi. Perburuan dilakukan selama dua hari, sore sampai jam 6, besoknya dimulai dari jam 7 sampai jam 2. Misinya adalah siapa yang mendapatkan bendera dengan nilai terbanyak akan memenangkan perlombaan.

Bendera-bendera tersebut telah ditempatkan oleh beberapa orang penduduk asli di sekitar lokasi, mereka dibayar untuk melakukan itu, lalu untuk siswa menentukan area perburuan, mereka diberikan sebuah peta per kelompok.

Nero, Nadia dan Susan mengamati peta tersebut, memperkirakan jalan yang akan mereka tempuh.

Pepohonan tinggi menjulang, tanah di bawahnya bersih tanpa banyak semak atau belukar, sehingga para siswa bebas berjalan tanpa harus bergantung pada jalan setapak.

Mereka bertiga berjalan beriringan, di bawah naungan pohon-pohon tinggi tersebut lebih membuat mereka leluasa tanpa kepanasan. Nadia dan Susan membawa ransel kecil di punggung mereka. Dengan jarak beberapa meter, tim lain juga terlihat dalam beberapa kelompok.

Tidak butuh waktu beberapa lama ketika mereka melihat sebuah bendera warna putih di bawah sebuah pohon, Nadia bergegas mengambil bendera itu, lalu memamerkannya dengan senang, Nero tersenyum, Nadia memberikan bendera itu kepada Susan untuk menyimpannya.

"Kita harus menargetkan bendera hijau untuk mendapatkan banyak nilai," kata Nero.

"Benar, tapi mereka pasti akan menempatkan bendera hijau di tempat tempat yang tersembunyi atau sulit dijangkau, lagi pula bendera hijau hanya ada dua puluh buah," ucap Nadia, ia menoleh ketika Susan berlari dan berteriak histeris dengan suara mungilnya, di tangan Susan satu lagi bendera putih. Ia tampak dangat kegirangan, Nero dan Nadia yang melihatnya tak mamou menahan tawa.

Mereka bertiga terus berjalan, sepertinya mendapatkan bendera putih tidaklah terlalu sulit, sejauh ini mereka mendapatkan 7 dan 2 bendera merah, mereka belum menemukan satu pun bendera hijau.

Area perburuan itu mencakup wilayah yang cukup luas, untuk menghindarkan para siswa tersesat di dalam hutan, di setiap beberapa jarak pohon, ditempelkan plang dengan tanda panah, menunjukan arah lokasi perkemahan, dan dititik tertentu ditempatkan beberapa pemandu untuk pengumpul bendera. Para siswa yang mendapatkan bendera dapat menyerahkan bendera mereka di pos ini untuk pendataan dan penghitungan.

Tiba-tiba Susan menunjuk ke satu arah, Nadia dan Nero mengikuti arah telunjuknya, dan mereka melihat diatas dahan kayu yang cukup tinggi, tergantung sebuah bendera berwarna hijau.

"Ahh! Kenapa diletakan di tempat setinggi itu?"

gerutu Nadia, "Bagaimana mengambilnya?"

Nero yang mendengar gerutuan Nadia jadi tersenyum, meskipun tempat itu agak tinggi, sama sekali bukan halangan baginya untuk mengambil bendera tersebut, sebenarnya Nero berpikir akan lebih leluasa jika ia pergi sendirian, dengan begitu ia tidak perlu menyembunyikan kemampuannya untuk berlari sepenuh area, namun ia merasa sangat tidak enak jika harus meninggalkan Nadia dan Susan berdua.

Nero memeluk pohon itu yang sebesar tubuhnya, dengan gerakan biasa ia memanjat, lalu berpegangan di dahan yang menjulur kearah bendera itu diletakkan. Andai saja tidak ada yang melihat, ia akan dengan mudah melompat dan mengambil bendera tersebut, Nero hanya tidak ingin menunjukannya.

"Hati-hati, Nero!" seru Nadia dari bawah, ia agak merasa ngeri ketika melihat Nero memanjat pohon tinggi, sementara Susan bersembunyi di belakangnya. Gadis kecil itu tidak sanggup melihat hal-hal seperti itu.

Dengan gerakan biasa, Nero sampai di bendera itu, lalu meraihnya, dengan gerakan normal orang biasa memanjat pohon, ia kembali turun.

"Hebat sekali kamu, Nero," teriak Nadia senang, ia mengulurkan tangannya hendak mengambil bendera itu,

"Hei! Apa yang kalian lakukan?" tiba-tiba suara teriakan terdengar dari belakang mereka, tiga orang laki-laki muda berambut cepak mendekati. "Kami melihat bendera itu terlebih dahulu, kenapa kalian ambil?" ucap salah satu dari mereka.

Nero, Nadia dan Susan tercengang. "Itu anak Armada," bisik Susan lirih, rambut cepak adalah ciri khas anak SMK Armada, dengan mudah mereka dapat mengenalinya.

"Aku tidak mengerti maksudmu," Nero menjawab, Kami mendapatkan bendera ini terlebih dahulu, jadi ini milik kami."

"Kami katakan kalau kami melihatnya terlebih dahulu, jadi itu milik kami," kata salah seorang dari mereka yang berbaju kuning, sepertinya itu adalah ketua kelompok itu.

"Kalau kalian yang melihatnya terlebih dahulu, kenapa baru sekarang kalian baru datang?" Nero sangat tidak ingin meladeni mereka. Ia tahu anak-anak itu mencoba untuk berbuat curang.

"Tidak penting kapan kami datang, jika kami bilang itu milik kami, maka kalian hanya perlu menyerahkannya," kata pria itu lagi dengan nada suara arogan, ia seperti merasa bahwa perkataannya harus dituruti.

"Omong kosong," bantah Nero, "Ayo kita pergi," ajaknya kepada Nadia dan Susan.

Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, anak laki-laki berbaju kuning itu mengejarnya, melihat anak itu datang kearah mereka, Nero segera berbalik lalu berdiri di depan Nadia dan Susan.

"Apa maumu?" tanya Nero mengernyit.

"Kami tadi telah memberi kalian kesempatan, sekarang karena kalian menentang, kalian harus memberikan semua bendera yang kalian dapat," anak itu berbicara dengan nada mengancam, kedua temannya bergerak dan mengurung Nero dari dua sisi, sisi depan berhadapan dengan anak laki-laki berbaju kuning.

Nero mengerti sekarang, ketiga anak itu sesungguhnya ingin merampok bendera miliknya. " Bagaimana kalau kami tidak mau menyerahkan?" kata Nero tenang.

"Maka kami akan mengambilnya sendiri," ucap anak itu dengan pandangan jahat.

"Karena kalian berpikir akan merampok kami, kami juga berpikir untuk merampok kalian," kata-kata Nero bagai guntur ditelinga Nadia dan Susan, itu sama saja dengan menentang mereka bertiga.

Ketiga anak itu tercengang, lalu tertawa terbahak bahak. "Merampok kami?, Hahahaha, bahkan jika kau mampu mengalahkan aku, aku akan dengan sukarela menyerahkan bendera yang kami miliki," ucap pemimpin kelompok itu dengan ekspresi geli, mereka bertiga terus tertawa terbahak bahak.

"Jadi, maksudmu jika aku bisa mengalahkan mu, maka bendera kalian akan jadi milikku?" tanya Nero ingin mengetahui lebih jelas.

"Ada apa dengan telingamu? Apakah kau tuli?" teriak anak itu.

"Baik, aku terima tantanganmu," tanpa diduga Nero berkata. Ucapan itu membuat ketiga anak laki-laki tersebut terdiam sesaat, namun kemudian segera kembali tertawa terpingkal-pingkal.

"Nero!" sergah Nadia, ia terlihat khawatir. Ia tidak percaya Nero akan dapat menghadapi ketiga orang itu.

"Nadia, kapan kamu akan mempercayaiku?" balas Nero setengah berbisik.

"Ahh... " ia jadi teringat, kekhawatirannya hanyalah reaksi refleks ketika Nero dalam bahaya.

"Hahaha ... boleh juga, aku suka gayamu Bro, tapi jika kau kalah, serahkan semua bendera kalian," kata anak berbaju kuning.

"Setuju!" jawab Nero tegas.

Tanpa menunggu aba-aba, anak laki-laki berbaju kuning tersebut langsung mengejar ke arah Nero dan melayangkan pukulan cepat ke kepalanya.

Ciaaaaattt!!

Pukulan itu tepat mengarah menuju hidung Nero,

Bughhhh!!

Hah!"

Namun reaksinya berubah drastis ketika sasarannya bergerak beberapa inci kesamping, dan ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya, sesaat ia seperti kehilangan nafas, melihat kebawah dan lutut Nero telah menghantam lambungnya dengan ganas, perutnya serasa dihantam palu raksasa.

Nero menarik kakinya dan anak itu jatuh terduduk memegang perutnya, ia muntah seketika.

Kedua anak lainnya yang melihat ketuanya tersungkur menjadi pucat pasi. Mereka hampir tidak melihat apa yang terjadi, tiba tiba saja teman mereka telah dihajar lutut Nero di perutnya. Keduanya berlari mendekati dan membantu temannya itu berdiri.

"Masih mau melanjutkan?" tantang Nero.

"Pu ... Pukul... dia..!" dengan masih kesakitan ia memerintahkan kedua temannya

Kedua temannya saling pandang dengan keraguan, ketuanya saja yang lebih kuat dihajar oleh anak itu, apalagi mereka?

"Apa yang kalian tunggu?!" bentak ketua mereka.

Salah satunya maju dan berlari ke arah Nero, dengan satu injakkan di tanah ia menyerang dengan tendangan terbang. Namun anak itu terkejut ketika Nero lagi-lagi hanya menggeser tubuhnya dan tendangannya meleset, ia mendarat di tanah. Sebelum anak itu sempat berbalik, sebuah hantaman keras terasa di punggungnya,

Buggghhh!!!

ia pun jatuh tersungkur!

Nero berjalan kearah anak lainnya yang masih memegang temannya yang kesakitan, ia menjadi gugup dan keringat dingin bercucuran di wajahnya. Ketika Nero makin mendekat dengan muka ganas, ia melemparkan sebuah kantong berisi bendera kearah Nero, "Kami mengaku kalah, ini ambil!" teriaknya ketakutan. Anak itu segera menolong kawannya berdiri dan berjalan pergi.

Nero mengambil kantong itu dan memandang punggung mereka.

Ada 20 bendera putih, 7 bendera merah dan 2 warna hijau di dalam kantong tersebut. Melihat banyaknya bendera yang ada di dalam kantong itu pastilah mereka merampok anak-anak lain sebelumnya.

Nadia dan Susan mendekati, Susan terlihat pucat pasi, bagaimanapun ia tidak terbiasa dengan ini.

"Banyak sekali!" teriak Nadia senang, Nero hanya tersenyum, dan membiarkan Nadia mengambilnya, namun ada kekhawatiran di wajah Nadia. "Mereka pasti akan melaporkan kepada teman-temannya," ucapnya cemas.

"Kita urus itu belakangan," jawab Nero santai.

...

1
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!