Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.
Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.
Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sebuah rumah mewah berdiri megah di pusat kota, dengan desain arsitektur yang elegan dan pencahayaan yang hangat. Setiap sudut ruangan menunjukkan kemewahan dengan perabotan mahal, lukisan klasik, dan lampu kristal yang berkilauan.
Di ruang tamu yang luas, Flower berdiri terpaku, matanya berkeliling mengagumi keindahan tempat itu. Sofa berbahan beludru, karpet tebal nan lembut, serta jendela besar yang menampilkan pemandangan kota membuatnya merasa seolah berada di dunia yang berbeda.
Sementara itu, Kim duduk dengan santai di sofa, menatap gadis itu dengan senyum lembut di wajahnya.
"Kamu menyukai tempat ini?" tanyanya dengan suara tenang.
Flower menoleh dengan mata berbinar. "Kakak, ini sangat mewah, bahkan lebih mewah dari rumahku. Apakah ini rumahmu?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.
Kim mengangguk. "Iya, aku tinggal di sini, dan mulai hari ini kamu juga akan tinggal di sini," ucapnya sambil bangkit dari sofa dan melangkah mendekati gadis itu.
Flower mengernyitkan dahi, menatap Kim dengan kebingungan. "Aku tinggal di sini? Kenapa? Aku sudah punya tempat tinggal," ujarnya dengan nada ragu.
Kim mendengus pelan, matanya menatap gadis itu penuh arti. "Di kamar sempit itu? Dan juga ada penghuni lain?" Ia menghela napas. "Tempat itu tidak nyaman untukmu. Kau butuh tempat yang tenang untuk belajar. Setelah pulang dari kampus, aku akan mengajarimu di sini. Jadi, kau tidak perlu pergi jauh-jauh," jelasnya dengan nada meyakinkan.
Flower terdiam sejenak, berpikir. "Berapa sewanya per bulan? Tidak mungkin aku tinggal gratis di sini," katanya dengan nada serius.
Kim menunduk sedikit, menatapnya dalam. Senyumnya masih bertahan di wajahnya. "Berapa yang ingin kamu bayar?" tanyanya, seolah ingin menguji gadis itu.
Flower menggigit bibirnya sebelum menjawab, "Kalau terlalu mahal, aku tidak akan sanggup. Aku bukan orang kaya seperti kakakku." Senyum kecil terbentuk di bibirnya, mencoba bercanda meski hatinya masih dipenuhi kebingungan.
Kim tertawa pelan lalu mengulurkan tangan, mengelus kepala gadis itu dengan lembut. "Sebagai gantinya, belajarlah dengan baik. Setelah tamat, bekerja denganku, dan aku akan melatihmu," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Flower menatapnya dengan ragu. "Hanya itu? Tidak perlu membayar dengan uang?" tanyanya memastikan.
Kim tersenyum tipis, matanya penuh ketegasan. "Aku tidak kekurangan uang, Flower. Yang aku inginkan adalah kau menjadi muridku. Dan aku akan melatihmu hingga sukses," ujarnya mantap.
Flower menatapnya lama, lalu mengangguk pelan. Perasaannya bercampur aduk—antara terharu, bingung, dan sedikit tak percaya. Namun, ada sesuatu dalam tatapan Kim yang membuatnya yakin bahwa pria itu benar-benar tulus ingin membantunya.
“Bukankah aku sangat beruntung? Mendapat ilmu darimu dan juga tinggal gratis di sini,” ucapnya dengan nada bercanda, tetapi ada ketulusan dalam matanya.
Kim tersenyum tipis, matanya menatap Flower dengan penuh keyakinan. “Iya, ini adalah keberuntunganmu,” katanya sambil melangkah mendekat. “Aku ingin kau berada di atas. Biar semua orang yang pernah merendahkanmu merasa menyesal. Tinggallah di sini sampai kapan pun. Karena di sini adalah tempatmu,” lanjutnya dengan nada penuh tekad.
Flower menatapnya dengan mata membulat, hatinya bergetar mendengar ucapan pria itu. Tempatku? Ia menggigit bibirnya pelan, merasa bingung dengan perasaan yang mulai tumbuh di hatinya.
Malam hari
Di dalam kamar yang luas dan nyaman, Flower tengah merapikan pakaiannya ke dalam lemari besar. Tangannya bergerak dengan telaten, tetapi pikirannya melayang ke arah sosok Kim.
“Hm… Kakak Kim sangat baik, dia juga melatihku tanpa meminta biaya sepeser pun. Kenapa dia baik padaku?” gumamnya lirih, jari-jarinya tanpa sadar menyentuh dadanya.
Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Perasaan aneh menyusup ke dalam dirinya, membuatnya merasa gelisah tanpa alasan yang jelas.
“Aneh sekali, kenapa tatapan Kakak Kim membuatku berdebar-debar?” ucapnya sambil menghela napas. Ia kemudian menampar pipinya sendiri pelan. “Aku tidak bisa jatuh cinta pada guruku. Itu aneh sekali,” batinnya mencoba menenangkan diri.
Namun, semakin ia menyangkal, semakin jelas perasaan itu menghantuinya.
Satu bulan kemudian
Di depan sebuah rumah sakit, seorang wanita muda melangkah keluar dengan ekspresi serius. Cici menggenggam laporan medis di tangannya, wajahnya dipenuhi kecemasan.
“Aku harus menemui Mike,” gumamnya sambil menggigit bibirnya. Tanpa membuang waktu, ia segera menuju ke apartemen tempat tinggal Mike, dosennya yang juga merupakan kekasihnya.
Setibanya di sana, ia berdiri di depan pintu apartemen dan menekan bel berulang kali. Namun, tidak ada jawaban. Cici mengerutkan kening, perasaan tidak enak mulai menyelimutinya.
Tiba-tiba, seorang wanita tua yang tinggal di lantai yang sama muncul dari balik pintu tetangga.
“Nona, apakah kamu mencari orang yang tinggal di sini?” tanya wanita tua itu dengan suara bergetar.
“Iya, benar. Ada apa?” tanya Cici, semakin curiga.
“Pemuda itu sudah pindah tiba-tiba,” jawab wanita tua itu dengan raut wajah penuh tanda tanya.
Cici tertegun. “Pindah? Kenapa dia tidak memberitahuku?” gumamnya dengan suara lirih. Ia segera merogoh ponselnya dan menekan nomor Mike, tetapi panggilannya tidak masuk. Berkali-kali ia mencoba, tetapi tetap gagal.
"Ke mana dia pergi?" desisnya, kini perasaan panik mulai menyelimuti hatinya.
Tanpa pikir panjang, ia segera menuju ke kampus dan berlari ke perpustakaan—tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama secara diam-diam.
Namun, sesampainya di sana, suasana terasa sunyi. Tak ada jejak Mike di mana pun. Ruangan yang biasanya menjadi saksi bisu hubungan terlarang mereka kini terasa dingin dan kosong.
“Ke mana kau pergi? Kenapa tidak bisa dihubungi sama sekali?” gumamnya, matanya mulai memanas karena frustrasi.
Tangannya tanpa sadar menyentuh perutnya yang masih rata. “Kalau dia hilang… bagaimana dengan anak ini?” desisnya, kini ketakutan benar-benar menyelimutinya. Ia mengelus perutnya yang masih rata.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar dari belakangnya.
“Cici! Kau ada di sini rupanya!” seru suara seorang gadis yang ternyata adalah teman dekatnya. Nafas gadis itu tersengal, tampak jelas ada sesuatu yang mendesak. “Cepat keluar dan lihat berita hari ini!” teriaknya dengan wajah cemas.
Cici mengernyit. “Apa yang menghebohkan? Untuk apa kau begitu cemas?” tanyanya dengan nada tak sabar.
Temannya menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. “Semua orang di kampus sedang berkumpul… mereka menonton rekaman percintaanmu dengan seorang pria,” ucapnya dengan suara tertahan.
Dunia Cici terasa runtuh dalam sekejap. Matanya melebar, tubuhnya menegang.
"Apa?" bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar.
Tanpa pikir panjang, ia berlari keluar dan mendapati banyak mahasiswa berkumpul di sekitar layar besar di aula kampus. Pandangan mereka tertuju pada satu hal—rekaman yang memperlihatkan dirinya dan Mike, dalam momen yang seharusnya tetap tersembunyi.
Jantungnya berdegup kencang. Napasnya terasa sesak.
Tidak… ini tidak mungkin terjadi…
Tubuhnya gemetar hebat. Ia ingin lari, tetapi kakinya terasa kaku. Semua mata kini tertuju padanya. Bisikan-bisikan terdengar, tatapan penuh penilaian menghujaninya dari segala arah.
Cici merasa seperti tenggelam dalam kehancuran yang tak berujung. Bagaimana bisa di saat ia melakukan hubungan intim bisa tersebar begitu saja?
terimakasih untuk kejujuran muu 😍😍😍 ..
sally mending mundur saja.. percuma kan memaksakan kehendak...
kim gak mau jadi jangan di paksa
ka Lin bikin penasaran aja ihhh 😒😒😒
penasaran satu hall apakah Flower akan pergi dari Kim atau bertahan sama kim 🤨