NovelToon NovelToon
Ravendra Untuk Keisya

Ravendra Untuk Keisya

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:882
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.

Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.

Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.

Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh Ke Jurang

"Inget kata-kata gue! Lo gak perlu jaga gue, Van!" tegas Aurel sambil menunjuk wajah tenang Devan.

Devan hanya menarik nafas sabar, merasa dirinya memiliki firasat buruk, ia pun berusaha menggenggam tangan Aurel.

"Aku tahu, aku salah. Tapi Ayah kamu suruh Ayah aku buat jagain kamu. Karena bagaimanapun, musuh aku itu mengincar kamu. Dan pasti mereka gak akan kasih kesempatan untuk kamu hidup dengan bebas juga tenang. Jadi, kalau kamu memang mau nya aku menjauh? Aku harus ambil keputusan yang tadinya aku pikir akan jadi sebuah resiko besar. Karena firasat aku udah gak enak banget, aku bakal ikuti keinginan kamu. Tapi, aku minta sama kamu kalau seandainya ini hari terakhir kita ketemu—kamu jangan sedih apalagi nangis ya? Aku gak mau liat kamu nangis, Rel."

Suasana pagi yang sejuk, Aurel sudah berada di perjalanan sejak subuh. Perempuan itu menatap jendela mobilnya dengan mata yang sembab.

Aurel mendapati kabar dari Dion yang baru diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada pukul 4 pagi, bahwa lelaki sang suami dari Keisya didatangi warga setempat atas laporan pada malam hari sekumpulan geng motor melintas di jalan depan rumah Dion sambil berteriak  ricuh. Mengatakan jika mereka tidak akan mengganggu keluarga Ravendra maupun Ragalaxy terutama untuk seorang Aurel lagi.

Seketika ada satu warga seorang ibu-ibu yang katanya diberi informasi tentang alasan mengapa sekumpulan geng motor tersebut tidak akan mengganggu kenyamanan warga setempat terutama soal masalah mereka dengan keluarga Ravendra juga Ragalaxy.

"Jadi si ibu-ibu itu bilang ke gue sama Keisya, Rel. Mereka gak akan ganggu kita semua lagi karena mereka udah berhasil bunuh satu orang dari kita. Jujur, pada saat itu gue langsung mikir. Gue mikir siapa yang berani nekat buka pintu ke mereka. Secara logika, lo pasti tahu kalo gue udah suruh semua anggota Ragalaxy dari generasi kita sampai junior kita buat sembunyi, jangan sampai ketemu sama salah satu dari geng motor itu. Lo pasti percaya kan, kalo mereka gak akan berani ngelanggar perintah gue."

Mengingat ucapan Dion melalui sambungan telepon kala masih pagi buta tadi, Aurel masih menangis terisak-isak.

"Semua warga setempat semalem ke rumah gue. Mereka semua takut diganggu sama musuh Ragalaxy itu. Disaat kepala gue pusing mikirin siapa yang berani nekat, secara spontan gue langsung telpon si Gibran. Sepuluh detik gue ngobrol sama dia, di detik terakhir itu dia bilang lah ke gue yang dimana itu yang gue pikirin dari tadi. Lo tahu apa laporan dari Gibran di markas semalem? Devan gak ada di markas, Rel! Disitu gue langsung bingung, gue matiin telpon sama Gibran, terus gue tarik nafas berusaha sabar dan ngomong baik-baik ke warga yang masih nunggu."

"Gue bilang ke mereka bahwa kemungkinan yang tewas di jurang itu adalah Devan. Dia adalah sepupu gue sekaligus sahabat terbaik gue. Bahkan untuk lebih dari itu, dia saudara gue paling dewasa."

Ucapan Dion masih terus melintasi pikirannya. Bayang-bayang sosok Devan yang selama ini menemaninya tak kenal rasa lelah.

••••••

"Devan mana?! Devan, kamu di mana, Van!" teriak Aurel begitu sampai di lokasi terjatuhnya Devan ke sebuah jurang.

Tim penyelamat yang baru saja menyelesaikan tugas dengan menemukan Devan, menjaga Aurel supaya perempuan itu tenang.

Karena semakin sulit untuk dicegah, akhirnya salah satu anggota tim Penyelamat memberitahu bahwa motor yang dikendarai oleh Devan ditemukan dalam jurang tersebut.

Aurel menutup mulutnya tak menyangka, air matanya kini mengalir deras. "Satu orang dinyatakan meninggal seusai jatuh dari jurang kurang lebih 10 meter. Korban sedang dievakuasi oleh tim kami, Mbak." tutur salah satu anggota tim penyelamat mendapat informasi dari tim nya yang tengah mengevakuasi.

Aurel tak mampu membendung air matanya, punggungnya bergetar hebat. Pikirannya selalu mengingat momen indah bersama Devan. Hatinya begitu takut kehilangan seorang Devan.

"Jangan tinggalin aku, Van ... Aku gak mau kehilangan kamu ... Kamu harus bisa bertahan, Van." Tangis pecah Aurel menatap jurang sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Saking larutnya dalam kesedihan, Aurel tak menyadari seseorang yang datang dari jurang dan berdiri di sampingnya.

"Em, motor korban masih ada di jurang, Pak. Kalau jarak dari motor saya tidak terlalu jauh, oh iya untuk korbannya saya minta supaya diurus dengan layak ya." ucap seseorang hanya memakai kaos pendek berwarna hitam dan celana jeans hitam. Seseorang itu juga membawa sebuah jaket yang diletakkan pada lengan tangan kirinya.

Perlahan Aurel tersadar, ia menghapus air matanya begitu mendengar suara seseorang yang tak asing baginya. Seketika menoleh, Aurel terkejut dan langsung memeluk seseorang tersebut dengan sangat erat.

"Eh? Kenapa ini? Aduh, meluknya erat banget jadi susah nafas nih. Em, udah ya nangisnya? Soalnya aku harus ikut bantu cariin motor orang yang kejar aku. Tim gak bisa temuin motornya kalau aku gak nunjukin jalannya, lagian di bawah itu jalannya susah banget, Rel." balas seseorang itu adalah Devan.

Entah ada daya tarik apa, Aurel begitu memeluk dengan sangat erat. Sepertinya ada rasa takut kehilangan sosok Devan.

"Enggak mau! Gak boleh ke bawah lagi! Nanti kamu dicelakain lagi, terus aku gak tahu!" Masih sesenggukan Aurel tidak melepas pelukannya.

Jujur saja, Devan kelimpungan sendiri jika begini terus. Ingin rasanya ia menyelesaikan semua masalahnya selama ini. "Aku gak kenapa-napa, Aurel. Aku aman, udah ya ... Aku harus bantu tim buat cepat selesaikan masalah ini." Dengan penuh suara lembut, Devan berusaha membujuk Aurel agar melepas pelukannya.

"Aku bilang enggak ya enggak, Van! Emangnya kamu mau kayak orang yang kejar kamu itu?! Kalo kamu tetap nekat ke bawah sana, aku gak akan bercanda untuk benci sama kamu selamanya!" pekik Aurel melepas pelukan lalu menunjuk wajah Devan dengan sengit.

Devan sempat diam sejenak, satu detik laki-laki itu mengambil keputusan bulat. "Maafin aku, Rel. Aku tetap harus ke bawah. Ayo, Pak." katanya kemudian berlari masuk ke jurang bersama beberapa tim penyelamat.

Aurel menghapus air matanya kasar, lalu ia tersenyum miring menatap punggung Devan yang kian menghilang. "Oke, kalo itu keputusan lo. Gue akan benci sama lo, dan itu selamanya." Selepas bergumam lirih penuh perasaan benci, Aurel pergi meninggalkan tempat yang berada di tengah-tengah hutan tersebut.

••••••

Malam ini Aurel pergi ke markas Ragalaxy, bersama Dion dan Keisya serta anggota junior Ragalaxy lainnya.

"Eh, Ragalaxy yang pernah ngalamin kecelakaan paling serem siapa sih?" tanya Keisya membuka topik pembicaraan di ruang tengah markas.

Dion duduk di samping Keisya bersama Arsha. "Setau gue sih ... Kayaknya Devan, ya gak? Soalnya rata-rata kayak Dion gitu kan masih aman lah, minimal paling serem waktu jatuh ke jurang kan." jawab Dafa bersama istrinya.

Mendengar jawaban Dafa membuat Aurel jadi memperhatikan laki-laki tersebut. Karena awalnya Aurel sibuk memainkan ponselnya. "Bener kata Dafa, paling serem dan diujung maut banget. Tapi alhamdulillah dia bisa selamatkan diri walaupun berbulan-bulan harus kontrol ke rumah sakit." sahut Gibran menambahkan.

Aurel semakin tidak percaya, ia mengerutkan keningnya heran. Pasalnya perempuan itu sudah sangat lama tidak bertemu dengan Devan setelah lulus SMA.

"Iya gitu lah, part momen yang paling serius selama gue bangun Ragalaxy. Suasana kejadian cukup tegang, keadaan udah larut malem ditambah jalanan yang lagi rame banget." ujar Dion sembari mengingat kejadian kecelakaan miris yang menimpa Devan.

Jean duduk bersandar di sofa panjang, bersampingan dengan istrinya. "Sumpah, coba deh lo semua rasain. Momen disaat peresmian Ragalaxy bakal bubar di generasi kita, terus tiba-tiba dapet kabar dari polisi kalo satu anggota geng motor dengan jaket beratasnama Devan mengalami kecelakaan. Gue sebagai seorang sahabat dia dari SMA, lo semua masih inget kan? Kita sekeluarga Ragalangit semuanya nangis!! Gak bisa ngebayangin gue saat itu, ya kita emang anak motor tapi kita gak kayak yang suka tawuran atau suka hidup di jalanan gitu kan. Kita punya markas dan kita gak suka naik motor ugal-ugalan, orang knalpot motor kita juga alus adem tentram, gak berisik." balas Jean membuat perasaan Aurel menjadi khawatir.

"Lah, gue malah masih nyimpen video kronologi nya bang. Suer dah, abis itu gue seminggu kemana-mana jalan kaki! Gak berani gue buat naik motor atau naik mobil, cuma gara-gara keinget kejadian yang dialami sama bang Devan." Sambil tertawa heran, seorang lelaki berumur 20 tahun yang merupakan anggota Ragalaxy junior.

Alan Syahputra, ketua Ragalaxy di generasi terbaru saat ini. Ia menggantikan posisi Dion sebagai ketua dari para anggotanya. Kejadian satu tahun yang lalu tepatnya di awal tahun, kejadian menegangkan seorang Devan memang sudah ada Alan yang diklaim oleh Dion sebagai pengganti posisinya. Walaupun pada saat itu, Ragalaxy Junior belum diresmikan.

"Ini gimana kejadiannya? Kok bisa kayak gini, astaghfirullah ... Kronologinya gimana ini, Pak?" Suara Dion di tengah-tengah keramaian jalan raya larut malam sekitar pukul 12 malam.

"Dari arah yang sama tapi di kiri jalan ada orang pake motor ninja warna merah, itu main kayak nyeruduk si korban. Nah, si korban juga diseruduk dari belakang sama si temannya pelaku tersebut. Bersamaan dengan itu, korban seperti langsung terjungkal ke aspal. Motor nya jatuh dan terlempar sejauh kurang lebih 2 meter dari posisi korban." Penjelasan dari pihak berwajib yang menangani dan langsung mencari identitas dua pelaku yang berhasil kabur.

Di tempat kejadian terdapat sekeluarga Ragalaxy  ikut turun ke jalanan untuk mengetahui kondisi Devan yang sedang dievakuasi oleh pihak berwajib serta beberapa warga yang turut membantu.

"Terus posisi teman saya gimana, Pak?" tanya Dion kepada satu warga seorang saksi mata di tepi jalan.

Seorang penjual balon dan es krim yang tengah mendorong sepeda nya untuk segera sampai ke rumah menjadi saksi mata kejadian.

"Korban masih sadar, Mas. Saya lihat jelas ketika terjatuh itu masih sadar, cuma pas korban mau bangkit dari jatuhnya itu tiba-tiba ada truk yang melaju cukup kencang, Mas. Disini saya merinding, tapi alhamdulillah korbannya bisa menyelamatkan diri dengan menggeser posisi nya supaya tidak terseret truk tersebut. Begitu jalan lumayan sepi langsung saya tolong dan bawa ke pinggir jalan, setelah itu ada beberapa warga lain yang menelpon pihak berwajib beserta ambulans." jelas sang saksi mata itu dalam video yang direkam oleh Alan.

Tit.

Berakhirnya melihat video rekaman dari ponsel Alan, tanpa sadar Aurel meneteskan air matanya ketakutan. Bercampur dengan rasa khawatir pada Devan yang sampai saat ini belum diketahui kabarnya.

"Assalamualaikum,"

Semuanya menjawab salam seseorang yang masuk ke markas secara tiba-tiba. "Waalaikumsalam ...,"

"Devan!" Aurel sontak berdiri dan berhambur memeluk Devan sangat erat, membuat laki-laki itu terkejut bingung.

Dalam pelukan Aurel menangis sesenggukan sampai membuat jaket yang dipakai oleh Devan menjadi basah akibat air matanya.

"Aduh, ini erat banget, gue susah nafas ... Rel, maaf tapi ini terlalu erat banget." ucap Devan merasa kewalahan dipeluk oleh Aurel.

Semua tampak tercengang melihat perlakuan Aurel, disisi lain Arsha angkat bicara. "Tante Aurel, lepasin Om Devan dong. Kasian Om nya gak bisa nafas tuh, nanti kalau Om Devan sesak nafas gimana?" tutur Arsha.

Aurel melepas pelukannya, memundurkan langkahnya untuk sedikit jauh dari Devan.

"Kok lo baru balik sekarang?" Jean berdiri mengambil satu kursi untuk Devan duduk.

"Enggak, gue udah balik dari abis maghrib, cuma gue pulang ke rumah dulu karena mama gue nangis denger gue abis jatuh ke jurang." jawab Devan sembari duduk di kanan Aurel.

Melihat jam dinding di markas sudah cukup larut malam, Dion dan Keisya mengajak anaknya untuk segera tidur di kamar yang sudah ada bagiannya masing-masing. Ya, layaknya disebut sebuah rumah yang amat mewah, bak sebuah hotel yang memiliki banyak kamar tidur bersatu dengan kamar mandinya.

"Udah, urusin tuh mantan lo, Van. Dan jangan pada berisik apalagi pada begadang, anak gue mau tidur." kata Dion dengan nada datarnya sambil menggendong Arsha.

Arsha tertawa kecil. "Ayah jangan galak-galak dong sama anak buahnya, kasian tau kalau ternyata mental mereka mental tahu, emang ayah mau tanggung jawab kalau mereka mewek?" Celotehan seorang gadis kecil bernama Arsha itu mampu membuat seisi markas tertawa.

"Nah, dengerin tuh, diceramahin sama anaknya sendiri." ceplos Dafa menambah suasana menjadi penuh tawa.

1
Protocetus
Kalau berkenan thor mampir ya ke novelku Mercenary of Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!