Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
Suasana menjadi hening. Arsenio tidak langsung memberitahu apa alasan dirinya, membuat surat perjanjian itu.
Raina menatap arsenio penuh harap. dia ingin tahu jawaban apa, yang akan di berikan arsenio kepadanya.
"Aku yang berkuasa di sini. Jadi apa yang aku perintahkan, harus di lakukan." ucap arsenio, menatap tajam Raina.
"Aku tahu, kamu pemilik rumah ini. Tapi setidaknya, beri aku alasan kenapa kamu membuat surat perjanjian ini?"
Arsenio menghela nafas. dia mengira jika, Raina akan langsung menyetujui rencananya ini. namun ternyata, dirinya telah salah menilai Raina yang tak sepolos dia kira.
"Baca dulu, isi perjanjian itu. Nanti juga kamu akan tahu, apa alasan ku membuat surat perjanjian itu." jawab arsenio dingin.
Raina pun memperhatikan kertas, yang sedang di pegangnya. dia pun membaca dengan seksama, apa yang tertulis di sana.
Di saat Raina, sedang membaca surat perjanjian itu. Arsenio diam-diam memperhatikannya. ada sedikit rasa bersalah pada hatinya, saat mengingat kembali janjinya pada almarhum fikri.
"Kenapa kamu, tidak menyewa rahim seorang wanita saja? Apa kamu pikir, melakukan semua itu semudah membalikkan telapak tangan?" Raina yang sudah paham, akan isi perjanjian itu menatap tajam arsenio. dia benar-benar tidak menyangka, dengan pemikiran suaminya itu.
BRAAAK...
"Aku bukan tipe laki-laki seperti itu! Jika aku mau, dari dulu saja aku menikmati semua wanita yang sengaja menghampiri, ku!"
Arsenio seketika marah, ketika Raina melontarkan perkataan yang sedikit menyinggung perasaannya. bahkan dengan kasar, arsenio menggebrak meja di hadapannya.
Raina tersentak, melihat arsenio marah kepadanya. namun tidak bisa dipungkiri juga, jika saat hatinya juga kesal pada arsenio.
"Begitulah, yang aku rasakan saat ini. Jika kamu melakukan semua ini, karena tujuan tertentu, maka aku dengan tegas menolak perjanjian ini." papar Raina, memberanikan diri.
Arsenio beranjak dari tempatnya. dia pun menghampiri Raina, dan mencengkram erat tangannya.
"Jika kamu berani menolaknya, maka aku akan menghancurkan rumah mu, di desa. Bahkan, aku akan meratakan makam fikri dan kedua orang tua mu!"
Raina membulatkan mata. dia benar-benar tidak menyangka, jika arsenio akan mengancamnya. kini Raina pun harus memikirkan kembali keputusannya, demi melindungi rumah dan makam keluarganya.
"Jangan pernah lakukan itu!" seru Raina cepat.
Arsenio menyeringai. dia sangat tahu, kelemahan Raina dan itu pun membuatnya semakin yakin, jika kali ini Raina tidak akan menolaknya.
"Beri aku waktu, untuk memikirkan hal ini. Dan aku mohon jangan lakukan apa pun pada rumah, ku." ucap Raina, dengan nada lemah.
Arsenio melepaskan cengkramannya, dan menjauhkan dirinya. "Baiklah, aku akan memberimu waktu sampai besok. Aku harap kamu memberikan jawaban sesuai, yang aku inginkan." ujarnya, dengan nada angkuh.
Raina mengangguk pelan. setelah itu dia pun pamit pergi dari ruangan arsenio, dengan perasaan yang bercampur aduk.
Arsenio menatap punggung Raina, sampai pintu tertutup. seketika dia menghela nafas. "Maafkan aku fikri. Aku terpaksa melakukan semua ini. Namun aku janji, akan selalu menjaga kakak mu." gumamnya pelan.
*
*
*
Di kamar, Raina terlihat merenung di dekat jendela. tatapannya fokus ke atas menatap langit, yang begitu indah berhiaskan bintang-bintang.
"Apa kamu yakin, jika dia orang yang baik untuk kakak, fikri? Kakak merasa, kalian sama-sama jahat, karena selalu memaksakan apa yang kalian mau." ucap Raina pelan.
Tak berselang lama, Raina pun meneteskan air mata. dia sungguh bingung , harus memberikan jawaban apa pada arsenio.
Raina pun berjalan menghampiri ranjang dan mengambil kertas, yang di berikan arsenio tadi.
"Apa kamu yakin bisa melakukannya, manusia es? Bertatap muka saja seakan enggan, apalagi bersentuhan!" gumam Raina, pelan.
Dia pun memutuskan untuk tidur. berharap besok bisa mendapatkan jawaban, yang akan dia berikan pada arsenio.
Pagi ini, setelah selesai sarapan Raina pun menemui arsenio di ruangannya. seakan sudah tahu kedatangannya, arsenio dengan tatapan tajamnya menyambut kedatangan Raina.
"Apa jawaban mu? Cepat katakan! Aku harus segera pergi." ucap arsenio dingin.
Raina mengepalkan tangan. dia benar-benar kesal dengan arsenio, yang selalu saja membatasi waktunya jika sedang berdua seperti itu.
"Aku setuju, dengan perjanjian ini." ucap Raina tegas.
Arsenio tersenyum tipis. dia yakin, jika Raina akan menyetujui keinginannya.
"Tapi ada syaratnya." sambung Raina cepat.
Senyuman arsenio seketika menghilang. dia pun, memasang wajah datarnya kembali. "Apa syaratnya?"
Raina menghela nafas pelan. "Kamu harus menerima ku, sebagai istri mu. Dan Aku mau, sebelum kita melakukannya, di antara kita harus sama-sama saling menerima, mencintai dan menyayangi." jawabnya tegas.
Arsenio mempertajam tatapannya, pada Raina. dia merasa terjebak, dengan rencananya sendiri demi harta warisan, kakeknya. namun dia juga, tidak ada cara lain selain menyetujui syarat yang di ajukan oleh, Raina.
"Baiklah, terserah kamu! Sekarang juga, tandatangani surat perjanjian itu. Setelah itu, kamu bisa secepatnya pergi dari ruangan, ku!" papar arsenio, dingin.
Raina mengangguk pelan. dia pun segera menandatangani perjanjian itu. Entah keputusannya ini benar atau tidak, namun dia berharap kedepannya sikap arsenio perlahan-lahan akan berubah.
Setelah menandatangani surat perjanjian itu, Raina pun pergi dari ruangan arsenio.
Kini tinggal arsenio yang terdiam menatap surat perjanjian itu, dengan tatapan sulit di artikan.
*
*
Hari ini seperti biasa arsenio bekerja di kantornya. dia terlihat serius, mengerjakan pekerjaannya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukkan dari luar. Arsenio menghentikan pekerjaannya, dan menatap ke arah pintu. "Masuk." serunya dingin.
Pintu pun terbuka dan Morgan pun masuk, ke dalam ruangan arsenio.
"Selamat siang arsen. Ada hal yang ingin aku sampaikan pada, mu." ucap Morgan tegas.
Arsenio menatap tajam Morgan. "Ada masalah apa?" tanya dingin.
"Anak buah kita, mendapat serangan dari fero. Di sana mereka mencari keberadaan Raina. Mereka marah dan mengira, jika kita sudah menculik Raina." jawab Morgan memberitahu.
Arsenio seketika terdiam. dia berusaha mencerna perkataan Morgan.
"Ada hubungan apa, fero dengan perempuan itu?" tanya arsenio dingin.
"Selama ini, Raina bekerja sebagai art di rumah fero. Dan ternyata, selama ini fero menyimpan perasaan pada Raina. Bahkan menurut hasil penyelidikan, fero sangat terobsesi pada Raina dan bahkan hampir saja dia melakukan pelecehan, padanya." jawab Morgan, menjelaskan semuanya.
Arsenio mengeraskan rahangnya. dia sama sekali baru tahu, kebenaran tentang Raina dan fero. dia tidak menyangka, sudah menikahi perempuan yang di sukai oleh musuh bebuyutannya itu.
"Awasi terus pergerakan mereka. Jangan sampai mereka tahu, jika Raina bersama dengan kita. Aku tidak akan membiarkan fero mengambil Raina, karena dia sudah membunuh fikri!"
Morgan mengangguk paham. dia pun sangat setuju dengan ucapan arsenio, yang akan menjaga keselamatan Raina dari fero.
Setelah menyampaikan berita tentang fero, Morgan pun pamit pergi.
Kini di ruangan arsenio, tinggal dia seorang diri. arsenio seketika teringat pada cerita fikri dulu, tentang Raina yang beberapa kali hampir dilecehkan oleh majikannya.
Dada arsenio seketika bergemuruh, setelah tahu sebenarnya siapa orang yang hendak melecehkan Raina.
"Aku tidak akan membiarkan mu, menyentuh milik ku! Aku bersumpah, akan membuat mu menyesal, fero!" gumam arsenio, penuh penekanan.