NovelToon NovelToon
Bayangan Terakhir

Bayangan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Roh Supernatural
Popularitas:945
Nilai: 5
Nama Author: Azka Maftuhah

Genre : Misteri, Thriller, Psikologis, Supranatural
Sinopsis :
Setelah suaminya meninggal didalam kecelakaan yang tragis. Elysia berusaha menjalani kehidupan nya kembali. Namun, semuanya berubah ketika ia mulai melihat bayangannya bertingkah aneh dan bergerak sendiri, berbisik saat ia sendiri, bahkan menulis pesan di cermin kamar mandinya.
Awalnya Elysia hanya mengira bahwa itu halusinasi nya saja akibat trauma yang mendalam. Tapi ketika bayangan itu mulai mengungkapkan rahasia yang hanya diketahui oleh suaminya, dia mulai mempertanyakan semuanya. Apakah dia kehilangan akal sehatnya ataukah ada sesuatu yang jauh lebih gelap yang sedang berusaha kuat untuk berkomunikasi dengannya.
Saat Elysia menggali hal tersebut lebih dalam dia menunjukkan catatan rahasia yang ditinghalkan oleh mendiang suaminya. Sebuah pesan samar yang mengarah pada sebuah rumah tua dipinggiran kota. Disanalah ia menemukan bahwa suaminya tidak mati dalam kecelakaan biasa. Akan kah Alena mendekati jawabnya???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azka Maftuhah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 – BAYANGAN DI DALAM KEPALA

Elysia yang tengah terduduk di tepi ranjang, memegang kepalanya yang berdenyut. Apa yang baru saja ia lihat di cermin bukan ilusi. Itu nyata. Sesuatu di luar logika sedang terjadi.

Satrio menatapnya dengan cemas. “ Elysia, kau yakin apa yang kau lihat tadi?”

Elysia mengangguk pelan. “Dia… pantulanku… tersenyum lebih dulu.”

Satrio terdiam, lalu menarik napas dalam. “Kita harus cari tahu siapa atau apa yang sedang mencoba menggantikanmu.”

Elysia menutup matanya, mencoba mengatur napas. Tapi begitu kelopak matanya tertutup, suara itu terdengar lagi—samar, berbisik di dalam kepalanya.

"Aku akan menjadi kamu…"

Elysia tersentak dan membuka matanya. Dada terasa sesak.

Satrio memegang bahunya. “Kita harus kembali ke rumah lamamu.”

Elysia ragu. "Aku takut, Sat."

"Tapi hanya di sana kita bisa menemukan jawaban."

Elysia tahu, Satrio benar. Tidak ada pilihan lain.

Rumah tua itu masih sama—sunyi, dingin, dan penuh dengan kenangan yang sudah ingin ia lupakan.

Saat mereka masuk, udara terasa lebih berat.

Elysia berjalan perlahan ke kamarnya yang dulu. Tempat tidur kecilnya masih ada, dindingnya masih penuh coretan masa kecilnya. Tapi sesuatu terasa… salah.

Di meja rias, cermin besar yang dulu pecah kini kembali utuh.

Dan di atasnya, tertulis dengan lipstik merah:

“Aku sudah ada di sini sejak lama.”

Elysia mundur selangkah. Tangannya mencengkeram erat lengan Satrio.

"Elysia, kau pernah lihat tulisan ini sebelumnya?"

Elysia omenggeleng. "Tidak… tapi ini seperti pesan untukku."

Satrio mengamati ruangan. “Apa kau ingat sesuatu dari masa kecilmu? Mungkin sesuatu yang aneh?”

Elysia memejamkan mata, mencoba menggali ingatannya.

Lalu, samar-samar…

Seorang gadis kecil berdiri di depan cermin, menatap pantulannya.

Gadis itu… dirinya di masa lalu.

Dan pantulan di cermin… mulai berbicara sendiri, meski bibir Elysia kecil tidak bergerak.

"Aku ingin keluar. Aku ingin hidup sepertimu."

Elysia terbangun dari lamunannya dengan napas memburu.

"Aku… aku ingat," katanya dengan suara gemetar. "Dulu… aku sering berbicara dengan pantulanku sendiri. Tapi… kadang dia bicara lebih dulu."

Satrio menegang. "Apa maksudmu dia bicara lebih dulu?"

"Aku tidak tahu… Aku pikir itu hanya imajinasi anak kecil."

Satrio menatap cermin besar di depannya. "Mungkin itu bukan hanya imajinasi."

Lalu, sebelum mereka sempat berpikir lebih jauh—

BRAAK!

Cermin besar itu pecah tiba-tiba. Pecahan kaca beterbangan, membuat mereka mundur dengan panik.

Dan di antara serpihan kaca itu, ada sesuatu yang mulai merangkak keluar.

Tangan… wajah… bayangan Alana…

Tapi kali ini, ia tidak sekadar meniru.

Ia tersenyum… dengan air mata mengalir di pipinya.

“Akhirnya… aku bebas."

Elysia berdiri terpaku. Sosok di depannya keluar dari dalam cermin, menyeret tubuhnya perlahan seolah sedang merangkak keluar dari dunia lain.

Wajah itu… adalah wajahnya sendiri. Tapi matanya hitam pekat tanpa bola mata, dan bibirnya melengkung dalam senyuman yang tidak wajar.

Satrio menarik Elysia ke belakang. “ Elysia… menjauh!”

Tapi tubuh Elysia kaku. Napasnya tercekat. Seakan sesuatu di dalam dirinya menyuruhnya untuk tetap diam.

Bayangan itu berdiri tegak, mengenakan pakaian yang sama dengan Elysia, tapi lebih gelap—lebih kelam.

Lalu, dia berbicara.

"Kau sudah terlalu lama mengabaikanku."

Suara itu… bergema di dalam kepala Elysia. Seakan berasal dari dirinya sendiri.

“Apa… apa kau?” suara Elysia bergetar.

Bayangan itu tersenyum. “Aku adalah kamu. Aku adalah bagian yang kau lupakan.”

Satrio melangkah maju, berdiri melindungi Elysia. “Tidak ada yang boleh menggantikan Elysia,” katanya tajam.

Bayangan itu tertawa pelan. “Aku tidak menggantikannya. Aku hanya mengambil yang seharusnya milikku.”

Cermin-cermin di dalam ruangan mulai bergetar.

Satu per satu, pantulan Elysia di setiap cermin berubah. Wajah mereka menatapnya dengan ekspresi yang berbeda—ada yang menangis, ada yang tertawa, ada yang menjerit tanpa suara.

Elysia menggenggam kepalanya. “Hentikan!”

Tapi suara di dalam kepalanya semakin kuat.

"Lepaskan aku… Biarkan aku hidup… Sudah waktunya kita bertukar tempat."

Tiba-tiba, ingatan lain kembali menghantam Elysia.

Ia melihat dirinya saat kecil, berdiri di depan cermin yang sama. Ia sedang berbicara… atau lebih tepatnya, mendengarkan sesuatu dari dalam cermin.

"Aku ingin keluar."

"Aku ingin menjadi kamu."

Tapi Elysia kecil tidak mengerti. Ia hanya tertawa, menganggapnya sebagai permainan.

Lalu suatu hari… bayangan itu menghilang.

Atau lebih tepatnya, ia menguncinya.

"Aku sudah menunggu bertahun-tahun."

Suara itu kembali terdengar, kali ini semakin kuat.

Elysia tersentak kembali ke realitas. Bayangan itu kini berdiri tepat di hadapannya, tangannya terulur ke arahnya.

Elysia mundur. "Aku tidak bisa… aku tidak akan membiarkanmu mengambil hidupku!"

Bayangan itu tersenyum lebar. "Oh, Elysia… Kau tidak punya pilihan."

Tiba-tiba, semua cermin di ruangan itu meledak.

Serpihan kaca melayang di udara, membentuk lingkaran di sekitar mereka.

Satrio mencoba menarik Elysia pergi, tapi tubuh Elysia terasa ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat.

Cermin-cermin yang pecah mulai menampilkan bayangan yang berbeda—bukan lagi Elysia, tetapi sosok yang selama ini bersembunyi di dalamnya.

Dan sosok itu… mulai merayap keluar dari setiap pecahan kaca.

Tubuh Elysia mendadak terasa berat. Napasnya memburu.

Ia bisa merasakan kesadarannya mulai terkoyak, seolah sedang ditarik ke dalam kehampaan.

Tapi sebelum bayangan itu sempat mengambil alih…

Satrio menarik sesuatu dari sakunya—sebuah potongan kaca kecil dari cermin di rumah Raka yang pecah beberapa hari lalu.

Dan saat ia melemparnya ke lantai—

Semua bayangan menghilang.

Elysia terjatuh ke lantai, terengah-engah.

Satrio menggenggam tangannya erat. "Kau baik-baik saja?"

Elysia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku… aku masih di sini."

Satrio mengangguk. "Kita harus pergi sebelum dia kembali."

Elysia menoleh ke cermin besar yang kini hanya menyisakan bingkainya.

Bayangan itu tidak ada. Tapi ia tahu, ini belum berakhir.

Karena di dalam kepalanya, suara itu masih berbisik:

"Aku akan kembali, Elysia. Kau tidak akan bisa lari selamanya."

---BERSAMBUNG---

1
Isa Mardika Makanoneng
baru awal udah tegang aja kk
Lalula09
Gokil!
Koichi Zenigata
Seru abiss
Graziela Lima
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!