Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal pemeriksaan kesehatan
Setelah mendapatkan kabar tentang sudah ada yang tertarik dengannya. Hati Yuliana semakin nyeri, merasa berat untuk meninggalkan putranya. Namun, ia sudah mulai melangkah, dan demi putranya ia tidak akan mundur.
"Hanum, tolong jaga Garen ya," ucap Yuliana untuk kesekian kalinya.
"Iya Mbak, semoga mbak cocok dengan keluarga itu," ucap Hanum dengan suara bergetar menatap kakaknya.
Rosa mengulurkan tangan mengusap wajah Hanum dengan lembut. "Num, jika memang kakakmu cocok dengan mereka. Kamu sama Garen akan tinggal sama Mbak ya," ucapnya yang membuat Hanum hanya bisa mengangguk dengan bibir mencebik dan bergetar.
Yuliana memalingkan wajah, berulang kali menghela nafas kasar untuk menenangkan hatinya. Jika ia batal pergi, bagaimana dengan pengobatan putranya, dan jika ia pergi putranya akan segera operasi namun ia berada di tempat jauh.
Air mata Yuliana tidak berhenti mengalir, hanya pada Hanum adiknya ia berharap putranya akan baik-baik saja.
"Garen, tunggu mama sayang. Setelah ini selesai, Mama akan segera kembali," batin Yuliana kekeh atas pendirian untuk pergi, meski batinnya harus terluka.
*
Amerika Serikat ....
Negara nomor 1, menjadi negara tujuannya. Tepatnya di kota New York, yang akan menjadi tempatnya untuk hidup beberapa bulan ke depannya. Itu jika ia benar-benar diambil sebagai ibu pengganti.
Setelah melewati perjalanan panjang, kini Rosa dan Yuli sudah menginjak kota tersebut. Dengan dipimpin oleh Rosa, mereka bergerak keluar bandara.
"Ada yang datang menjemput kita?" tanya Yuli.
"Hm, sepertinya sudah menunggu di luar. Mereka sudah menghubungiku, dan katanya kesehatanmu akan langsung diperiksa. Jadi, kita langsung ke rumah sakit," jelas Rosa, membuat Yuliana diam, karena kembali merasa tidak siap untuk menjalani itu.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan mereka, seseorang langsung keluar dari sana dan menyapa.
Dengan menggunakan bahasa Inggris pria itu menyahut. "Dengan nona Rosa dan nona Yuliana?"
"Ya, itu kami," jawab Rosa dalam bahasa Inggris pula.
"Baiklah, silahkan ikut kami," sahut Rosa membuka pintu untuk keduanya.
Yuliana menghela nafas kasar. "Semangat Yuli, kamu pasti bisa, demi Garen," batinnya menyemangati diri, sebelum ia ikut ke dalam mobil.
"Yuli, kamu masih fasih dan paham bahasa Inggris kan?" tanya Rosa.
"Iya kamu tenang saja," jawab Yuliana dengan anggukan ringan.
"Ingatlah, ini di negara orang," tambah Rosa memperingati.
Sementara mobil terus bergerak, membawa mereka melewati setiap bangunan tinggi dan mewah di kota itu. Namun, itu tidak membuat Yuliana tertarik, karena dalam pikirannya terus tertuju pada putranya.
Hingga mobil yang membawa mereka, berbelok arah memasuki kawasan rumah sakit. Saat mobil itu berhenti, itu tepat pada gerbang rumah sakit.
Yuliana dan Rosa segera turun dari mobil. "Ayo ikut saya, nyonya besar sudah menunggu dari dalam."
Rosa menanggapi dengan anggukan, dengan saling bergandengan tangan, keduanya berjalan beriringan mengikuti pria yang menjemputnya itu.
Beberapa saat langkah yang dipenuhi keheningan, Yuliana menyahut. "Tuan, kalau boleh tau, siapa yang memilihku?" tanyanya sosok berjas itu.
Pria berjas hitam, yang memiliki senyum manis karena lesung pipi di bagian kirinya itu, menanggapi. "Kamu dipilih langsung oleh nyonya besar, Ibu dari pasangan yang membutuhkanmu," jawabnya.
"Ou." Tanggap Yuliana mengangguk ringan. "Kita belum kenalan, boleh aku tau namamu? Dan apa siapanya keluarga ini?" tanya Yuliana ramah.
Dengan senyum ramah dan manis, pria itu menjawab. "Saya Alexander, asisten Sean Sawyer. Sean Sawyer adalah ayah dari anak yang akan kamu kandung."
Yuliana mengerjapkan matanya cepat. Beberapa saat terdiam, namun hanya beberapa detik, ia kembali meluncurkan pertanyaan.
"Maaf jika ini terlalu kelewatan. Tapi, saya memiliki trauma kekerasan pada masa kehamilan saya sebelumnya, yang diberikan mantan suami saya. Saya ingin tanya, bagaimana tempramen tuanmu?" tanya Yuliana dengan tangan yang sedikit berkeringat ingin tau.
Alex terdiam beberapa saat memandang Yuliana, namun sesaat ia tersenyum. "Tempramen Tuan Sean cukup buruk, dia hanya bisa bersikap lembut pada ibu dan istrinya. Tapi, kamu tenang saja, kamu dipilih ibunya, nyonya besar, jadi posisi kamu akan aman," ucap Alex tersenyum menyakinkan.
Yuliana pun akhirnya diam, dengan tangan yang meremas kain dress-nya, perasaan gugup hadir menyerangnya.
"Tenang saja," Rosa mengusap lembut lengan Yuliana.
Yuliana menghela nafas, sembari langkahnya tetap mengikuti arah jalan Alex pergi.
Setelah menaiki lift, berjalan melewati beberapa ruangan. Akhirnya Alex berhenti pada satu ruangan.
Alex mengetuk pintu ruangan itu lebih dulu. "Nyonya besar ini saya," sahutnya dengan sedikit berteriak.
"Ya, silahkan masuk!" jawab dari dalam.
Setelah mendapat izin, barulah Alex membuka pintu dengan lebar. "Silahkan masuk nyonya," sahut Alex dengan tangan berayun ke depan mempersilahkan keduanya masuk lebih dulu.
Dengan langkah yang masih dipenuhi kegugupan Yuliana masuk dengan tangan yang masih bergandengan dengan Rosa. Kedatangan mereka di sambut, oleh seorang wanita paruh baya yang masih tampak segar dan cantik, serta dengan pakaiannya yang membuatnya terlihat elegan dan berwibawa, dan seorang dokter pria di sana.
Yuliana meneguk ludahnya sendiri merasa gugup, membuat Rosa lebih dulu menyapa.
"Halo Nyonya besar Sawyer, perkenalkan saya Rosa dan ini calon ibu penggantinya, Yuliana." Dengan sedikit gugup Rosa mengulurkan tangan sebagai bentuk perkenalan.
"Ya, saya Jessy Sawyer, senang bertemu kalian," balas wanita itu menyambut uluran tangan Rosa, lalu beralih mengulurkan tangan untuk Yuliana.
Jessy Sawyer fokus menatap wajah Yuliana yang tersenyum kecil untuknya.
"Kamu lebih cantik dari yang difoto," puji Jessy membuat Yuliana tersenyum, mau tidak mau menanggapinya.
"Terima kasih nyonya. Saya dengar anda adalah ibunya, tapi anda terlihat sangat muda untuk menimang cucu," balas Yuliana memuji dengan jujur, diikuti dengan senyuman ramahnya.
"Kamu bisa saja," sahut Jessy mengulum senyum lembut.
"Ayo silahkan duduk."
Jessy menunjuk ke arah sofa, mempersilahkan keduanya untuk duduk.
Berulang kali perasaan tegang hadir dalam diri Yuliana, namun ia terus berusaha untuk tenang. Juga menjawab setiap pertanyaan pribadi dari Jessy.
"Anak kamu perempuan atau laki-laki?" tanya Jessy.
"Laki-laki nyonya."
"Oh. Kamu sudah tidak memiliki suami. Kapan terakhir kali berhubungan badan?" tanya Jessy begitu serius menanyakan hal pribadi itu.
Dengan perasaan tegang, namun tanpa berbohong ia menjawab. "Anak saya sudah 7 tahun, selama itu juga saya tidak berhubungan badan lagi, karena perceraian."
Jessy kemudian mengangguk-angguk, memandang Yuliana dengan kagum, karena terlihat begitu menjaga dirinya. Ia kembali menanyakan beberapa hal pribadi. Hingga Jessy benar-benar puas akan jawaban Yuliana.
Setelah hampir satu jam waktu diisi dengan obrolan, yang terkesan wawancara itu. Kini Jessy meminta sang dokter untuk mengambil sampel darah dan memeriksa fisik Yuliana.
Jika ia sehat jasmani, maka tahap penanaman akan segera dilakukan.
"Saya sangat suka denganmu. Semoga kamu benar-benar bisa menjadi ibu pengganti dan mengandung cucu saya," tutur Jessy dengan senyum ramah.
"Tentu Nyonya." Angguk Yuliana mengulum senyum paksa.
"Dan aku harap semoga Garen segera bisa operasi," batin Yuliana penuh harap.
"Nyonya, kira-kira berapa lama tes kesehatannya akan keluar?" tanya Rosa menimpali pembicaraan mereka.
"Saya mengambil langkah cepat, hasilnya akan keluar dua hari lagi," jawab Jessy.
Meski riwayat kesehatan Yuliana sangat baik, tetap saja Jessy ingin melakukan pemeriksaan sendiri. Sikapnya ini sangat menunjukkan bagaimana tegas dan telitinya wanita itu.
up yg bnyk y Thor