Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.
Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.
Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.
Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
Keesokan harinya, Dante langsung menuju ruang kerja Nyonya Lauren. Ia memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu, membuat neneknya yang sedang membaca dokumen terkejut.
"Dante? Apa kau tidak belajar sopan santun? Kenapa kau menerobos seperti itu?" tegur Nyonya Laurent kepada Dante.
"Aku tidak peduli soal sopan santun sekarang, Nenek. Aku ingin jawaban. Apa yang Nenek lakukan pada Amara?"
Nyonya Lauren meletakkan dokumen di mejanya dan melipat tangannya dengan tenang. Nyonya Lauren berkata, "Aku tidak tahu apa yang kau maksud. Aku hanya melindungi keluarga kita dari seseorang yang jelas-jelas tidak punya niat baik."
Dante berteriak, "Cukup! Aku tahu Nenek yang memaksanya menjauh dariku. Aku tahu Nenek yang menanamkan ketakutan padanya. Kenapa Nenek melakukan ini? Apa Nenek tidak peduli pada kebahagiaanku?"
Nyonya Lauren menjawab dengan nada dingin, "Aku peduli pada kebahagiaanmu, Dante. Aku juga sangat peduli pada keluarga kita. Amara bukan wanita yang tepat untukmu."
"Dan itu hakku untuk menentukan, bukan hak Nenek!"
Nyonya Lauren mendekati Dante, "Kau tidak tahu apa-apa tentang wanita itu. Dia bukan seseorang yang tulus. Amara adalah mata-mata, Dante. Dia bekerja untuk saingan bisnis kita."
Dante tertegun, mencoba mencerna tuduhan itu. "Mata-mata? Nenek jangan mengada-ada. Atas dasar apa nenek menuduhnya begitu?"
Nyonya Lauren mengambil sebuah amplop dari mejanya dan menyerahkannya kepada Dante. Di dalamnya terdapat foto-foto Amara bertemu dengan seorang pria di sebuah kafe, tampak seperti pertemuan rahasia.
"Pria ini adalah Nathan Silvano, direktur dari perusahaan yang menjadi saingan kita. Amara bertemu dengannya beberapa kali, Dante. Kau pikir itu kebetulan?"
Dante melihat foto itu, tetapi ia tidak sepenuhnya percaya. "Mungkin ada alasan lain. Mungkin dia punya alasan pribadi."
Nyonya Lauren mengangkat alis, "Dan alasan itu adalah kehancuran keluarga kita. Dia memfitnah bisnis kita yang menyebabkan Ayahnya kehilangan segalanya, Dante. Dia juga menyalahkan kita atas kematian ayahnya. Apa kau pikir dia tidak punya niat untuk membalas dendam?"
Dante menatap Nyonya Laurent dengan campuran kemarahan dan ketidakpercayaan. "Tunggu, ayah Amara? Aku benar-benar tidak mengerti, ayah Amara Ada hubungannya dengan nenek? Aku yakin ini tidak sesederhana itu, dan nenek benar-benar akan menggunakan tragedi keluarganya untuk membenarkan tuduhan ini? Dan nenek menuduh Amara datang untuk membalas dendam?!"
Nyonya Lauren menahan emosi, "Aku hanya memastikan dia tidak menghancurkan kita dari dalam, Dante. Aku melakukan ini untuk melindungimu."
"Melindungiku? Dengan menghancurkan wanita yang kucintai? Apa Nenek tidak tahu dia bisa saja pergi dari hidupku kalau dia mau, tapi dia tetap tinggal untuk Nico, untuk Alessia, untuk semua orang di rumah ini. Dia tidak punya niat jahat!" kata Dante sembari berlalu meninggalkan neneknya yang semakin kesal.
"Kau buta, Dante! Wanita itu hanya memanfaatkan kebaikanmu. Kau akan menyadarinya pada akhirnya." Nyonya Lauren berkata dengan keras.
Dante meninggalkan ruang kerja neneknya dengan pikiran berkecamuk. Foto-foto itu menghantuinya, tetapi ia merasa ada sesuatu yang tidak benar. Ia harus tahu alasan sebenarnya Amara bertemu dengan pria itu.
Pada malam harinya, Dante menunggu hingga rumah tenang sebelum mengetuk pintu kamar Amara.
"Amara, buka pintunya. Kita perlu bicara,” katanya.
Amara terkejut mendengar suara Dante. Ia ragu-ragu, tetapi akhirnya membuka pintu.
"Ada apa, Dante? Bukankah sudah cukup jelas antara kita?"
Dante menatap langsung ke matanya. "Tidak, Amara. Tidak ada yang jelas. Aku ingin tahu kebenaran. Tentang semuanya. Tentang kenapa kau bertemu dengan Nathan Silvano."
Amara terkejut mendengar nama itu. Ia berusaha menjaga ketenangannya, tetapi Dante melihat ketakutan di matanya. Dia berpikir apakah Dante menyelidikinya, sementara taka da yang tahu tentang pertemuannya dengan orang tersebut kecuali Luca.
"Nathan? Aku... aku tidak tahu apa yang kau maksud."
Dante menunjukkan foto-foto dari neneknya. "Ini, Amara. Jangan berbohong padaku lagi. Apa kau bekerja untuknya? Apa kau benar-benar mata-mata seperti yang Nenek katakan? Atau… dia pria yang ada di hatimu?"
Amara terdiam lama. Akhirnya, ia menarik napas panjang dan berkata dengan suara pelan. "Aku tidak bekerja untuk Nathan. Aku bertemu dengannya karena dia mengenal ayahku. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku, Dante. Aku ingin tahu kenapa hidup kami hancur karena keluargamu."
Dante merasakan dadanya sesak. Ia ingin marah, tetapi tidak bisa. "Jadi benar? Itu sebabnya kau datang ke sini? Untuk mencari kebenaran tentang ayahmu?"
"Iya. Tapi aku tidak pernah berniat menghancurkan keluargamu. Aku hanya ingin jawaban. Aku ingin tahu kenapa keluargaku harus kehilangan segalanya." kata Amara sedikit berbohong dengan tujuan awalnya.
Dante berbisik, "Dan kau tidak pernah mencintaiku? Semua ini hanya bagian dari rencana untuk mencari kebenaran?"
Amara menatapnya dengan mata yang berkunang. "Iya, aku tidak pernah berniat jatuh cinta padamu, Dante. Tapi karena kebodohanku, aku tidak bisa mengendalikannya. Aku terperangkap oleh seseorang yang awalnya ku benci, dan keadaan ini seperti mencekik ku setiap aku melihatmu, semakin baik padaku, semakin itu menyiksaku," kata Amara.
Dante merasa dunia di sekitarnya berhenti. Ia mendekati Amara, memegang tangannya. "Kita akan mencari tahu kebenarannya bersama. Tapi janji padaku, Amara. Jangan pernah tinggalkan aku lagi."
"Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa, Dante. aku mohon kau mengerti,semua ini terlalu sulit bagiku," jawab Amara dan menarik pelan tangannya dari lelaki di hadapannya. Nampak semburat kekecewaan menyelimuti wajah Dante atas jawaban Amara. Di satu sisi, dia tidak bisa memaksa Amara atas perasaannya, itu terlalu egois, sementara di sisi lain, dia juga tidak mampu membiarkan orang yang dicintainya pergi dari dirinya begitu saja.
Malam itu, setelah berbicara dengan Amara, di ruang makan keluarga Laurent, suasana hening yang tidak biasa menyelimuti. Dante duduk di ujung meja dengan ekspresi dingin, matanya tajam menatap neneknya yang sedang menikmati makan malamnya dengan anggun. mereka makan tanpa Nico dan Alessia, pun tentu saja Amara.
"Aku sudah bicara dengan Amara, Nenek."
Nyonya Lauren berhenti sejenak, lalu meneguk minumnya perlahan.
"Bagus kalau begitu. Aku harap kau sudah sadar bahwa wanita itu bukan untukmu."
Dante menahan napas, menahan amarah yang sudah di ujung tanduk. "Aku ingin tahu, Nenek. Apa yang sebenarnya Nenek katakan pada Amara sampai dia memutuskan untuk meninggalkanku?"
Nyonya Lauren tersenyum tipis, "Aku hanya memberitahunya kebenaran. Bahwa jangan terlalu tinggi bermimpi, dia tidak pantas untuk keluarga kita. Dan aku tidak akan meminta maaf karena melindungi nama baik Laurent."
Dante menghantam meja dengan tinjunya, membuat semua pelayan yang sedang menyiapkan meja terlonjak kaget. "Melindungi nama baik? Dengan cara memfitnah orang yang tidak bersalah? Amara tidak pernah berniat menghancurkan keluarga ini! Nenek tahu itu!"
Nyonya Lauren menatap cucunya dengan ketenangan yang menusuk. "Dante, dia bertemu Nathan Silvano. Apa kau lupa siapa Nathan? Dia saingan kita, pria yang ingin menghancurkan perusahaan kita. Apa kau benar-benar percaya Amara tidak punya agenda tersembunyi?"
"Aku percaya padanya. Amara tidak seperti Nenek yang selalu melihat keburukan pada orang lain!"
Nyonya Lauren membalas dengan tegas, "Kau terlalu naif, Dante. Dia datang ke rumah ini bukan tanpa alasan. Dia memfitnah kita, dia bilang ayahnya kehilangan segalanya karena keputusan perusahaan kita, dan dia menyalahkan kita atas semua itu. Kalau bukan untuk membalas dendam, lalu untuk apa dia di sini?"
Dante terdiam sejenak, tetapi kemudian ia berkata dengan suara rendah namun penuh tekad. "Dia ada di sini untuk mencari kebenaran, bukan untuk balas dendam. Nenek tahu itu, tapi Nenek memilih untuk memutarbalikkan fakta karena takut kehilangan kendali atas hidupku seperti yang nenek lakukan pada ibuku!"
Nyonya Lauren tersentak mendengar tuduhan itu. "Aku melakukan ini untukmu, Dante. Untuk melindungimu dari wanita yang hanya membawa kehancuran."
"Amara tidak membawa kehancuran. Justru Nenek yang menghancurkan semuanya. Nenek tidak hanya membohongiku, tapi juga membuat hidup Amara menjadi neraka. Dan aku tidak akan membiarkan itu terus terjadi!" kata Dante dengan nada yang tak biasa ia berikan pada neneknya. Semua pelayan membisu menyaksikan semua itu, dan Dante memohon maaf atas pemandangan itu, sebelum akhirnya berlalu dari hadapan neneknya.
---
Setelah pertengkaran itu, Dante memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh tentang pertemuan Amara dengan Nathan. Ia memanggil detektif pribadinya untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya.
Seminggu kemudian, detektif itu datang membawa hasil investigasi. "Tuan Dante, saya sudah memeriksa semuanya.
bersambung...