Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Kebangkitan Darrel
...Happy Reading 🩷🫶...
Hentak suara kaki mengalun tegas menghantam lantai keramik di sebuah lorong rumah sakit. Sepasang suami istri saling berpegangan tangan dan saling menguatkan satu sama lain. Wajah cemas dan mencekam saat keduanya di giring para security ke arah sebuah lorong yang berada di area paling belakang rumah sakit tersebut.
"Ini di mana sih, kok jauh sekali." Protes Cleo yang wajahnya kian pias.
"Ibu sabar ya, mari ikuti kami ibu." security tidak bersedia menjelaskan.
Langkah dua orang security terhenti saat di depan pintu yang tertutup dengan tulisan "Ruang Pemulasaraan".
"I-ini... Apa-apaan! Pah!" Cleo histeris lalu menoleh ke arah Sutana.
"Ma, Da-darrel... Di sini." ucap Sutana dengan suara lemah.
"Tidak mungk... " Cleo tumbang tidak sadarkan diri.
Kedua security mengambil brankar pasien untuk membawa Cleo ke UGD. Pintu itu tetap tertutup belum ada lagi yang menyambangi.
Di balik pintu Kamar Jenazah
"Hei! Kau apakan tubuhku, menyingkir dari tubuhku. Kamu tuli?!" teriak Darrel saat Albert melakukan ritual penyatuan tubuh dan arwah.
Albert meminumkan tubuh pucat dan dingin Darrel dengan darah perjaka tulen yang baru saja ia hisap dan ia bawa.
Darrel terus berteriak agar tubuhnya tidak dirasuki roh jahat. Tangisan dan teriakan Darrel kini hanya sia-sia tidak ada yang bisa mendengarnya.
"Rel, kita bertujuh udah mampus. Siapa yang bisa dengar suara lu! Gue bilang juga apa, jangan lawan anak Banzhat 7. Padahal gue udah mau insyaf, lu maksa gue ikut. Kasian emak gue Rel, cuma gue harapan satu-satunya di keluarga gue!." Vino memaki dan berteriak menyadarkan sohibnya yang keras kepala.
"Gue juga udah males- malesan ikut, lu pake jemput gue Vin. Kasian Kimi kucing gue, gak ada yang kasih dia makan." Tian duduk di lantai, menekuk kakinya lalu menutup matanya.
"Kalian gak kasian gue apa, padahal gue udah ikut Bimbingan Fisik dan medical check up buat turnamen volly tingkat Nasional. Zhat banget dah! Semua hancur gegara ide gila Lo, Rel!" maki Tino
"Kok kalian malah nyalahin gue, Shit lah! Kalau kalian gak ngadu kelakuan anak Banzhat 7 dan bawa berita buruk tiap hari, gue gak bakal bikin gerakan itu. Fake emang Lo pada!" Darrel meremas rambut ikal di kepalanya.
Lalu ia berdiri berkacak pinggang di hadapan anak buahnya.
"Kalau kalian nyesal, gue lebih nyesal! Gue naksir Nilam udah dari SMP, giliran dia udah mulai dekat mau pinjem jas hujan gue, sekarang gue gak bisa liat dia lagi!" tangis Darrel pecah saat menyebut nama Nilam dengan bibir bergetar.
"Yeeee...!! Sok iye banget Lo naksir Nilam. Lu tuh preman mana mau Nilam sama lu, Rel!" maki Tino yang diam-diam juga menyukai Nilam.
"Gila ya, cewe lu udah lima, lima Rel! Masih kurang aja lu!" maki Vino.
"Bisa diem gak sih lu pada? Si Kimi gimana nih, siapa yang kasih dia makan!" bentak Tian.
Suasana langsung hening.
Brankar yang di huni tubuh Darrel bergetar, lantai dingin yang mereka duduki mulai gemetar. Angin kencang berhembus masuk ke dalam ruangan tak berjendela itu, plafon ruangan menjadi kaca tembus pandang menuju langit yang berwarna pekat lalu angin memutar membentuk sebuah rotasi seperti putaran angin puting beliung di satu tempat.
Angin itu tidak menerbangkan apapun yang ada di sekelilingnya, tapi ia menghisap semua energi langit lalu putarannya mengerucut seperti ujung tombak masuk ke dalam dada Darrel.
🦹Energi keemasan yang masuk ke jenazah Darrel, adalah Albert Ker Stuart.
Ketujuh Arwah yang sedang berkumpul di pojokan ruang jenazah tidak berkedip menyaksikan semua yang terjadi. Mata mereka membelalak dengan mulut terbuka.
Sebuah sinar terang hadir dari atas langit membentuk tabung yang berputar. Suara mantra tua bercampur dengan gemerincing lonceng riuh terdengar. Kejadian itu terus berlangsung hingga arwah Darrel ikut terhisap dan terbang menuju langit, tubuh Darrel berputar di sekitar tabung yang bersinar terang. Kejadian itu begitu cepat hingga enam arwah teman Darrel tidak sempat melindungi atau menarik arwah Darrel untuk kembali.
Arwah Darrel di kembalikan kepada sang Maha Pencipta.
Sinar berbentuk tabung itu perlahan menghilang, hanya debu yang berterbangan berputar di udara. Keadaan kembali tenang dan hening. Keenam arwah yang tersisa masih shock dengan semua yang terjadi.
Tubuh Darrel tiba-tiba terduduk di atas brankar. Kepalanya yang terkena sabetan Sajam kini mengeluarkan da rah lagi. Kali ini ia menghisap kembali cairan merah itu seperti sedang menghisap sirop dari sedotan.
Tengkoraknya yang sempat terbuka dan mengeluarkan isi kepalanya kini ia rapihkan seperti sedang membelit sorban di kepalanya. Luka itu tertutup rapat kembali.
Ia menoleh ke arah enam orang rekannya. "Hi, I'm Back!" senyumannya merekah.
Keenam Sahabat Darrel menggigil ketakutan. Mereka berjongkok dan makin merapat ke tembok. Darrel menurunkan kakinya lalu menginjak lantai keramik, senyuman terus mengembang di bibirnya. Ia lalu melangkah perlahan ke arah enam orang rekannya. Menatapnya satu persatu dengan tatapan mata menghipnotis.
"Vino, aku akan memberi santunan kepada ibumu. Tenang saja, aku kaya raya! Hahaha... " suara tawa Darrel menggema.
Lalu ia menoleh ke Tian yang menghadap tembok, "Tian, aku akan mengirim orang untuk mengadopsi kucingmu dan memberinya makanan terbaik, Aku kaya raya! Hahaha... "
"Tino! Hmm... I'm sorry I can't help you. Because you're my rival!" ucap Darrel dengan tatapan sinis.
Terakhir, Darrel mengayun dua langkah pelan lalu menatap ke tiga orang yang sejak tadi diam, "Dan kalian bertiga, ini semua karena ulah kalian yang selalu datang mengadu domba." ucap Darrel lagi
Tino berdiri menantang, "Siapa kamu?! Kami melihat sendiri Darrel dibawa ke atas langit." tegas dan lantang suara Tino.
"Kamu tidak dengar tadi, siapa aku?!" tanya Albert.
Ketiga arwah yang sejak tadi terdiam menjawab kompak, "Aku kaya raya! hahaha... " mereka menirukan suara dan ekspresi Darrel.
Albert mengulum senyuman seraya menundukkan wajahnya yang bersemu.
Suara pintu di buka. Beberapa orang tua menghambur mencari jenazah anak-anaknya yang menjadi korban tawuran. Suara tangisan pecah memenuhi udara, kesedihan bagai awan hitam yang memayungi mereka. Kenangan demi kenangan terhadap mendiang bagaikan adegan film yang di putar di dinding ruangan.
Beberapa orangtua menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi, raungan, tangisan yang memilukan tidak bisa membangunkan tubuh yang kini terbujur kaku di atas brankar mayit.
Para arwah berusaha menggapai orang tua, kerabat dan pacar mereka yang kini berkumpul di ruangan itu. Namun sentuhannya tidak lagi bisa menyentuh, membelai. Seperti bayangan yang tidak bisa menyentuh pemiliknya. Suara-suara mereka teredam, seakan berteriak di ruangan kedap suara yang di kelilingi sekat kaca.
Albert berdiri di pojok ruangan dengan melipat tangan di dada.
"Darrel!" Teriak Sutana lalu menghambur memeluk putra semata wayangnya.
Cleo yang terduduk di atas roda, tiba-tiba bisa berdiri dengan gagah dan menantang anaknya dengan tatapan nyalang. "Dasar anak nakal! Sering banget nge-prank orang tua! kualat kamu Darrel!!" maki Cleo seraya menghadiahi anaknya dengan pukulan dan cubitan mautnya.
"Kkrrrkkk... " seringai Albert yang ada di tubuh Darrel, ingin sekali ia menghisap da rah wanita paruh baya yang cerewet itu. Ia menyeringai marah, namun ia lupa kini wajahnya tidak lagi menyeramkan dan tidak memiiki taring.
aku yang polos ini... pengen ngintip dikit 🙈🤭