NovelToon NovelToon
Suamiku Seorang Berondong

Suamiku Seorang Berondong

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Elis Hasibuan

'Apa - apaan ini?'

Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.

Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!

Brian Santoso.

Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.

Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!

Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?

Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

"Kenapa wajahmu terlihat cemberut seperti itu?" Riana yang berjalan di sebelah Aira berbisik.

Mereka berdua saat ini sedang melangkah menuju ruang rapat, dengan beberapa orang yang juga telah mendahului keduanya. Meskipun Aira telah berusaha menenangkan diri di ruangannya sejak tadi, tapi kekesalannya masih sedikit bersarang. Hingga membuat wajahnya cemberut dan tidak seceria biasanya.

"Tidak ada. Pak Arsen mendapati aku turun dari lift bagian direksi." Aira melirik sekilas Riana yang melotot.

"Kenapa bisa begitu?" Sontak Riana semakin penasaran.

Mendapati Arsen melihat Aira yang keluar dari lift khusus untuk direksi, tentu saja akan menimbulkan kecurigaan bagi siapapun.

"Terus Pak Arsen tidak bertanya yang macam-macam bukan?" Sekali lagi ia bersuara dan terlihat wajah Aira yang semakin cemberut.

Sepertinya situasi tidak menguntungkan bagi Aira saat itu. Ia meraih lengan Aira dan mengelusnya secara perlahan.

"Jangan terlalu dipikirkan seperti itu. Toh, jika memang pada saatnya hubunganmu dengan Pak Brian ketahuan di perusahaan ini. Tidak akan ada yang mempermasalahkannya. Karena kalian secara sah dan resmi sudah menyandang status suami istri." Ucapan Riana membuat Aira menyentak lengannya sedikit kuat.

"Ria! Tadi saja kamu tidak tahu bagaimana kata-kata Pak Arsen membuatku begitu sangat kesal. Dan sekarang kamu berkata seperti ini? Bukannya menenangkan hatiku, makin menambah pening di kepalaku." Gerutuan Aira membuat Riana tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya.

"Ya Maaf." Ia bergumam dengan lirih.

Aira melangkah meninggalkan Riana di lorong, karena tidak ingin membicarakan masalah ini dengan Riana lagi. Membicarakan masalah ini berhasil membuat mood Aira semakin memburuk.

"Emangnya apa yang dikatakan oleh pak Arsen?"

Namun sepertinya Riana tidak akan melepaskan Aira dengan begitu mudah. Ia bahkan langsung mengejar Aira dan mensejajarkan langkah mereka. Bertanya kepada Aira soal masalah ini lebih jauh lagi.

"Pak Arsen mengatakan kepadaku agar profesional bekerja di perusahaan ini, dan tidak menimbulkan gosip. Jika ada gosip antara aku dan Pak Brian, maka orang-orang akan meragukan sikap profesionalku di sini." Sedikit geram Aira menjelaskan kepada Riana.

"Wow!" Riana seketika speechless karena perkataan yang disampaikan oleh Aira.

"Bagaimana aku tidak kesal jika Pak Arsen berkata seperti itu? Memperingatkan aku agar bersikap profesional. Padahal selama ini aku sudah bersikap profesional!" Aira berseru dengan perasaan kesal yang berkecamuk.

Ucapan Aira yang sedikit berseru membuat beberapa lirikan mata menoleh pada mereka berdua. Riana hanya bisa tersenyum dan mengangguk kecil pada beberapa orang yang melihat mereka. Ia meraih pergelangan tangan Aira dan menjauh sebentar dari pintu ruang rapat, yang berada di hadapan mereka.

"Terus kamu mengatakan apa?" Sekali lagi Riana bersuara.

"Ya, tentu saja aku menjawab jika aku profesional! Dan tidak memandang lebih pada karyawan yang ada di perusahaan ini. Semua orang yang ada di perusahaan ini sama nilainya di depanku. Hanya sebagai rekan kerja yang aku anggap untuk profesional." Dengan menggebu-gebu Aira menjawab pertanyaan Riana.

"Bagus!" Penuh semangat, Riana mengangguk mendengar jawaban yang disampaikan oleh Aira.

"Aku jadi semakin yakin jika iaa sebenarnya tidak suka kamu terlalu dekat dengan Pak Brian. Bukankah aku sudah mengatakan jika Pak Arsen menyukaimu?" Dengan mata menyipit Riana menatap Aira.

"Yah, sepertinya kamu benar." Tidak membantah ucapan Riana, Aira kali ini setuju dengan kesimpulan itu.

"Terus apa yang akan kamu lakukan ke depannya?" Semakin penasaran, Riana kembali bertanya.

"Apalagi? Tentu saja aku harus menjauh dari Pak Arsen. Aku tidak suka jika ada seseorang yang tertarik kepadaku dan mulai bersikap posesif dengan menyalahgunakan kedudukannya. Aku sangat membenci itu."

Usai berkata seperti itu akhirnya Aira berbalik dan meninggalkan Riana. Dengan cepat tangannya membuka handle pintu ruang rapat, disusul oleh Riana yang melangkah di belakang.

"Nanti kita lanjutkan lagi." Aira berbisik dan membuat Riana mengangguk.

Kedua wanita itu memasuki ruang rapat dan berpisah menuju tim mereka masing-masing. Aira yang duduk di bagian tim marketing. Demikian juga dengan Riana yang duduk di bagian tim produksi.

Untuk rapat kali ini tentu saja mereka akan menyampaikan persepsi dan perencanaan dari bagian tim masing-masing.

"Selamat pagi semuanya ."

Pintu ruang rapat kembali terbuka dengan sosok Arsen yang memasuki ruangan itu. Sekilas matanya tertuju pada Aira, yang disadari oleh Aira sehingga ia segera mengalihkan tatapannya pada berkas yang ada di hadapannya.

"Pagi Pak." Para karyawan membalas sapaan dari Arsen.

Arsen segera duduk di kursi yang biasa ia duduki. Aira sedikit mengerutkan kening ketika melihat kursi yang di bagian kepala meja hanya tersedia satu.

'Apa maksudnya ini?' Ia bergumam dalam hati.

'Apakah Arsen benar-benar tidak memberitahu masalah ini kepada Brian?' Kembali Aira merasa kebingungan.

Namun saat ini, ia tidak memiliki hak untuk bertanya soal itu. Karena Arsen adalah atasannya sebagai General Manager. Semua keputusan Arsen tentu saja tidak memiliki sangkut paut dengan mereka.

"Rapat untuk peluncuran produk terbaru, yang telah berhasil diproduksi oleh perusahaan kita. Sebentar lagi akan mulai kita luncurkan." Arsen berbicara dengan suara yang begitu tegas. Memandangi setiap orang yang ada di dalam ruangan itu.

Aira dan Riana mendengarkan penjelasan itu dengan begitu serius dan tidak bersuara sedikitpun.

"Sebelum produk ini diluncurkan, kita semua yang ada di ruangan ini harus membahas peluncuran produk. Untuk memastikan hasil yang maksimal, yang bisa kita dapatkan dari produk ini."

Setiap orang yang ada di ruangan itu mengangguk mendengar penjelasan itu. Tak terkecuali Riana dan juga Aira.

"Baiklah. Sepertinya rapat ini bisa segera kita mulai." Sekali lagi ucapan Arsen membuat mereka semua menjawab dengan serempak.

"Baik Pak." Dengan kompak semua menjawab.

Bagian produksi dan marketing. Demikian juga dengan bagian lapangan. Terlebih bagian distributor. Semua mengangguk secara bersamaan.

"Sepertinya bagian produksi akan maju terlebih dahulu." Arsen menoleh pada Riana sebagai manajer bagian produksi.

Mengangguk mendengar ucapan itu, Riana segera berdiri dari kursinya untuk berjalan ke arah podium. Di mana biasanya mereka mempresentasikan soal rapat yang akan mereka lalui.

Namun sebelum Riana sempat melangkah dari kursinya. Ia yang masih berdiri dengan menggenggam berkas yang akan segera ia bacakan seketika berhenti. Mereka semua yang ada di ruangan itu serempak tersentak, saat pintu ruangan terbuka secara tiba-tiba.

'Brak!'

Ari yang notabenenya adalah sekretaris Brian membuka pintu ruangan itu dengan lebar. Mempersilahkan sang atasan Brian Santoso, untuk memasuki ruang rapat.

Dan sontak saja kehadiran Brian di ruang rapat itu membuat mereka semua terdiam. Aira yang tidak menduga sama sekali dengan rencana Brian ikut terkejut melihat lelaki itu berada di ruang rapat ini. Inikah maksud lelaki itu dengan mengatakan harus menunjukkan dimana letak posisinya?

Sedangkan Arsen benar-benar terkejut karena tidak menyangka jika sang atasan akan datang, untuk ikut serta dalam rapat kali ini.

Brian memandangi mereka semua dengan sorot mata yang tajam, disertai dengan wajahnya yang terkesan datar dan dingin. Mengintimidasi setiap orang yang ada di ruangan itu dengan kehadirannya secara tiba-tiba.

"Brian." Aira bergumam dengan sangat lirih, kala mendapati tatapan Brian yang lebih tajam dari biasanya.

......................

1
Elmi Varida
hi Thor, ikut nyimak novel karyamu ya.
partini
bucin akut itu mah,,bagus sih tapi sayang sang istri belum tau
Lisa Halik
makasih updatenya thor
partini
di cintai lebih baik dari pada mencintai kalau mencintai itu cape nya Ampe ubun ubun,,aihhh coba kalau kamu tau laki lu itu dah jatuh cinta dari awal
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
partini
lebih muda ,, jangn menyepelekan kadang lebih muda lebih bijaksana dan tanggung jawab dari pada yg tua
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
Lisa Halik
double up thor
partini
mamer idaman
partini
wah ganti oli juga akhir nya bang bri 😂😂😂😂
partini
suka ga suka itu kewajiban nolak dosa susah kan jadi istri
Lisa Halik
thor double up dong
Lisa Halik
semangat thor
partini
wah minta di kirim ke Amazon tuh Arsen
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?
partini
aira kamu terlalu ,
Lisa Halik
nah ternyata brian memang mau nya sama aira
Lisa Halik
bererti brian memang sudah mula suka aira semenjak kali pertama,walau aira seniornya
Lisa Halik
saya mampir thor
partini
istri mu terlalu besar kepala but she so sweet 🥰🥰🥰🥰
iqbal nasution
0oe
partini
Weh panjang kali lebar masih di depan ruang direktur but is ok
partini
fakta di lapangan ya Aira ,, good job 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!