"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20-Pangeran Yu Ming
Mentari pagi menyelinap lembut melalui celah jendela, menyapa Luo Yi yang masih tertidur pulas. Ia menggeliat, tubuhnya meregangkan otot-otot yang kaku, sebelum perlahan membuka mata. Seteguk udara segar dihirupnya dalam-dalam, sebelum ia mengangkat kedua tangan, menguap lebar dengan senyum mengantuk terkembang di bibirnya. Namun senyum itu langsung memudar, berganti dengan keterkejutan yang membuat matanya melotot. Xiao Ming, sudah bangun dan rapi, sedang memperhatikannya dengan tatapan heran.
Rasa malu menjalar cepat di pipinya, membuat Luo Yi buru-buru berbalik, menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Wajahnya memerah, tersembunyi di balik kain lembut itu.
"Mampus… aku baru sadar kalau sekarang aku sudah menikah… duh… malu banget," gumamnya pelan, tubuhnya meringkuk di dalam selimut seperti anak kucing yang ketakutan.
Xiao Ming, sambil menyesap tehnya dengan tenang, menatap Luo Yi dengan ekspresi yang sulit diartikan campuran heran dan sedikit geli.
"Apa kamu akan tetap seperti itu sampai siang?" tanyanya, suaranya lembut namun sedikit menggoda.
Perlahan, dengan hati-hati, Luo Yi menurunkan selimutnya, hanya memperlihatkan wajahnya yang masih memerah. Ia mengintip ke arah Xiao Ming, memperhatikan ketampanan Xiao Ming yang sudah rapi dengan pakaiannya. Sebuah kilatan ide muncul di benaknya, dan dengan gerakan cepat, ia berlari menuju kamar mandi, selimut masih melilit tubuhnya. Hui, yang melihat kejadian itu dari kejauhan, segera menyusul, seolah mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Hui segera menyiapkan bak mandi untuk Luo Yi, uap hangat masih mengepul dari bak mandi, meninggalkan aroma harum bunga-bunga. Luo Yi, kulitnya masih lembap dan bercahaya, duduk di depan Hui. Di hadapan mereka terhampar sederet hanfu, namun pandangan Hui tertuju pada satu set yang istimewa sebuah hanfu cerah, dihiasi bordir bunga putih yang menawan. Kelopak-kelopak bunga itu seakan hidup, menari-nari di atas kain yang lembut.
Hui dengan hati-hati memakaikan hanfu itu pada Luo Yi, warna cerah hanfu itu begitu kontras, namun serasi dengan warna pink yang lembut. Gabungan warna itu menciptakan harmoni yang memukau, menonjolkan kecantikan Luo Yi.
Setelah hanfu terpasang sempurna, Hui beralih pada rambut Luo Yi. Dengan jemari terampil, ia merapikan rambut Luo Yi, menciptakan tatanan yang sederhana namun elegan. Sebuah penjepit rambut berkilauan, seperti bintang kecil yang jatuh ke bumi, ditambahkan sebagai sentuhan akhir.
Cahaya berkilauan dari penjepit rambut itu menambah pesona Luo Yi yang kini tampak lebih berseri. Hui tersenyum puas, melihat hasil karyanya. Luo Yi bukan hanya terlihat cantik, tetapi juga memancarkan aura kepercayaan diri yang luar biasa.
"Wah... Nona terlihat sangat berbeda, Nona terlihat sangat cantik, apa lagi wajah Nona sudah benar-benar sembuh. " Ungkap Hui sembari menatap kagum wajah Luo Yi.
Luo Yi mengambil cermin, ia melihat dirinya dari pantulan cermin. Ia mengusap lembut pipinya yang sekarang telah kembali mulus.
"Benar, wajah ini memang sangat cantik... "
Di letakkannya cermin itu, ia mengambil cadar putih yang ada di depannya dan memakainya, Hui membantu untuk mengikatnya.
"Sampai kapan Nona akan menutupinya? bukankah bagus jika Nona tidak menggunakannya lagi. "
"Entahlah, intinya aku masih belum ingin siapapun tau. Aku hanya tidak ingin seseorang mencoba mencelakaiku lagi, mungkin dengan begini mereka tidak akan merasa terancam. "
Alis Hui bertaut, "Apa Nona Mei Na...yang Nona maksud? "
Luo Yi hanya tersenyum tipis, ia berdiri, sekali lagi ia merapikan hanfunya. Ia bergegas kembali ke tempat Xiao Ming, saat ia sampai di depan aula Xiao Ming menatapnya lekat. Ia tak bisa memalingkan pandangannya, Luo Yi tampak berbeda dari sebelumnya, ia terlihat lebih anggun dan elegan walaupun tertutup cadar, Xiao Ming bisa melihat kecantikan Luo Yi di balik cadar itu.
Luo Yi segera duduk di samping Xiao Ming untuk sarapan, namun saat Luo Yi duduk, tiba-tiba Xiao Ming berdiri dan hendak pergi.
"Kamu mau kemana? "
Xiao Ming menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Luo Yi tajam. "Kamu tidak perlu tau aku kemana, urus saja dirimu sendiri. "
Xiao Ming dengan dingin meninggalkan Luo Yi sendiri, Luo Yi hanya bisa memanyunkan bibirnya. Ia menusukkan sumpit pada nasi yang ada di mangkuk dengan kesal.
"Dasar menyebalkan, mungkin dia alergi dengan wanita, ya? " Ia bergumam sambil menggeleng pelan.
Luo Yi melahap makanan yang ada di depannya dengan rakus sekaligus kesal. Ia menjejalkan semua ke dalam mulutnya hingga membuatnya tersedak.
"Ahuk... uhuk... "
Seseorang tiba-tiba memberikan segelas air, Luo Yi mengambil air itu dan meminumnya. Ia merasa lega, sesaat ia menatap sosok itu membuat matanya berbinar-binar.
Detak jantung Luo Yi berdebar tak karuan. Pandangannya tak bisa lepas dari wajah-wajah tampan yang berlalu lalang.
"Tampan banget… kenapa semua orang di negeri ini ganteng-ganteng sih… kalau seperti ini aku gak kembali ke duniaku juga gak apa-apa kok," gumamnya dalam hati, sebuah senyum tak tertahankan mengembang di bibirnya.
Yu Ming, yang memperhatikan kelakuan kakak iparnya itu hanya bisa tertawa kecil. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Luo Yi, menarik perhatiannya dari lamunan panjang. Luo Yi tersentak, pandangannya kembali fokus.
"Kamu… siapa?" tanya Luo Yi, suaranya masih sedikit linglung.
Yu Ming tersenyum ramah, tangannya bertaut memberi hormat.
"Salam kakak ipar, aku Yu Ming, adik dari Kak Xiao Ming."
Luo Yi mengerutkan kening sejenak, kemudian matanya berbinar.
"Oh… iya, aku ingat! Kamu Pangeran Ketiga, kan? Anak Selir Yue Er."
Yu Ming mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Tepat sekali…"
Luo Yi terkesiap, matanya berbinar kagum. "Sungguh… aku tak menyangka kamu setampan ini! Semua pangeran memang rupawan rupanya…"
Yu Ming sedikit tersipu, menjawab dengan sopan. "Benarkah, Kak? Bukankah Kak Xiao Ming lebih tampan, ya?" Ia tersenyum menggoda.
Luo Yi mendengus, mengeluarkan ekspresi kesal yang lucu.
"Heleh… dia itu memang tampan, tapi sifatnya itu menyebalkan! Dingin kayak kulkas dua pintu!" ujarnya ketus, namun senyum kecil masih menghiasi bibirnya.
Kening Yu Ming berkerut, tatapannya tertuju tajam pada Luo Yi.
"Kulkas dua pintu… itu apa?"
Seketika, Luo Yi menutup mulutnya dengan telapak tangan, wajahnya memerah.
"Aduh… aku keceplosan… mana tahu dia kulkas dua pintu," gumamnya.
Ia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Sudah, lupakan… ada perlu apa kamu ke sini? Apa kamu mau menemui si Es, itu?"
Yu Ming mengerutkan kening, bingung. "Hah… si Es?"
"Ya, maksudku Pangeran Xiao Ming."
Yu Ming tertawa kecil, mencoba mencerna ucapan Luo Yi yang sedikit unik.
"Oh… baiklah-baiklah…saya memang mencari kak Xiao Ming sekaligus ingin memberi salam pada kakak ipar."
"Yah… sayang banget, dia baru saja pergi," kata Luo Yi, sedikit kecewa.
"Ouh, iya, tidak apa-apa. Lain kali aku bisa ke sini lagi untuk menemuinya," jawab Yu Ming santai.
Tiba-tiba, seorang pengawal kerajaan dan seorang kasim datang menghampiri mereka, menghentikan percakapan yang baru saja dimulai. Mereka menautkan kedua tangan, membungkuk hormat.
"Hormat pada Pangeran dan Putri Luo Yi."
Kasim itu menyampaikan pesan Kaisar dengan suara formal.
"Kami diperintahkan Kaisar untuk membawa Putri Luo Yi ke istana sekarang juga."
Yu Ming melangkah maju, suaranya terdengar sedikit khawatir. "Ada perlu apa Ayahanda sampai meminta Kak Luo Yi ke istana?"
"Ampun, Pangeran, saya hanya menjalankan perintah!"
Luo Yi, dengan tenang, menarik tangan Yu Ming.
"Tak apa, aku akan pergi bersama mereka."
"Tapi, Kak…"
Luo Yi mengikuti kasim dan pengawal itu menuju istana, Hui setia mendampinginya. Yu Ming, yang merasa ada yang tidak beres, segera bergegas mencari Xiao Ming, niatnya untuk memberitahukan tentang panggilan mendadak dari istana itu. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran, langkahnya cepat dan penuh determinasi.
Setiap langkah kaki Luo Yi terasa begitu berat, menghitung detik-detik yang terasa mencekam. Kekhawatiran menggerogoti hatinya, membuatnya merasa seperti burung yang terperangkap dalam sangkar emas. Di istana megah ini, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, ia justru merasa sendirian, terancam oleh bayang-bayang yang tak terlihat.
Pintu istana terbuka, mengungkapkan pemandangan yang semakin membuat jantungnya berdebar kencang. Hui, dengan setia, menunggu di luar. Langkah Luo Yi semakin lambat, firasat buruk semakin kuat saat ia melihat Mei Na bersimpuh di hadapan Kaisar dan Permaisuri.
Tatapan Kaisar dan Permaisuri bagai dua bilah pedang tajam, menusuk-nusuk ke arahnya, membuat Luo Yi merasa terpojok. Udara di sekitarnya terasa begitu dingin. Ia menelan ludah, suaranya tercekat di tenggorokan.
lanjut Thor 💪💪💪😘😘😘