Pertemuan Jingga dengan seorang lelaki bernama Syahrul Ibrahim banyak merubah kehidupannya, yang semula ia pikir akan selama nya MENDUNG ternyata Allah memberikan pelangi yang begitu indah. Tak pernah Jingga merencanakan harus menikah dengan lelaki seperti apa Dan usianya BERAPA, yang ia Tau bahwa jingga membutuhkan seseorang yang dapat melindungi kehormatan dan kesucian dirinya. Kegigihan Arul mengejar Jingga karena ia Tau bahwa jingga layak untuk diperjuangkan, begitu pula dengan Jingga. Ia hanya mau BERJUANG dengan orang yang telah memperjuangkan DIRINYA, Jingga yaqin Arul jodoh yang dipilih untuk dirinya Dari Langit.
Arul sangat BAIK memperlakukan Jingga, walaupun ia seorang Duda. Tidak pernah sekalipun meminta sesuatu yang mengarah pada Hal yang MELECEHKAN Jingga, karena niat Arul adalah membawa Jingga kedalam ikatan suci yang penuh keridhaan-Nya.
Arul Tidak menawarkan CINTA yang sekadar kamuflase atau retorika, setelah mengatakannya selesai tanpa bukti. Arul terus membuktikan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butiran Debu03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Aku menuruni anak tangga untuk bicara dengan orangtuaku, hendak membicarakan rencana mas Arul untuk melamar. Setelah dilantai bawah aku ragu-ragu untuk mengetuk PINTU kamar orangtuaku, yang PALING aku takutkan respon Dari mamaku.
Tetapi tekadku sudah bulat menikah muda, dan keluar dari belenggu mamaku yang matrealistis.
"Maah...paah..." Panggilku
"Yaa..." Jawab mama Dan papa
Papaku membuka PINTU Dan menatapku sambil berujar
"Kenapa nak? "
"Ada yang mau bicarakan ke papa dan mama"
"Maah...ayo keluar, ungge mau bicara dengan kita berdua" Panggil papa
"Iyaa pah... Papa keluar aja duluan, mama beresin tas-tas ini dulu" Kata mamaku, yang ku dengar Dari depan kamar mereka.
"Kita keruang keluarga, biar LEBIH santai bicaranya"
"Iyaa pah... Owh yaa pah, gimana kabar eyang kung??" Tanyaku khawatir
"Alhamdulillah sudah LEBIH BAIK, eyang menanyakan kamu. Berharap kamu datang kesana, eyang sangat kangen sama kamu sayang" Jelas papa dengan serius.
"Iyaa pah... Insya Allah Aku kesana"
Akhirnya yang ditunggu keluar Dari kamarnya, mamaku Masih dengan ekspresi wajah yang Tidak bersahabat dengan ku. Beliau Masih marah atas keinginannya yang Tidak aku turuti tentang ayu, jelas aku nggak akan mau minta maaf. Karena aku nggak Salah, masa nggak Salah harus minta maaf... Beeuuhh.
"Ada apa? Mau bicara apa?" Mama berkata
"Pah...mah ... Ada seorang lelaki yang punya niat BAIK padaku, dia hendak melamarku dan dia Mau menemui papa dan mama siang hari ini. Apakah kalian ada waktu?" Jelasku dengan cemas.
"Papa ada waktu hari ini, kalau gitu papa ga kemana-mana" Jawab papaku dengan senyum sambil mengusap kepalaku.
"Kaya dia?" Tanya mamaku
"Nanti mama lihat sendiri, kalau dia udah datang. Mama bebas bertanya" jawabku dengan malas
"Oke...mama mau lihat seperti apa orangnya, berani melamar anak gadisku, dia pikir semudah itu. Berarti dia udah siap dengan segala konsekwensi nya" Kata mamaku dengan senyum menyeringai.
"Udah tenang aja nak, yang kamu butuhkan saat menikah hanya papa" Papa menenangkanku, beliau melihat kegelisahanku dengan SIKAP mamaku.
"Iyaa pah... Terimakasih" Sedikit tenang dengan statement papa yang penuh dengan penekanan.
"Kita lihat aja nanti..." Ujar mama Sambil bangkit dari duduknya dan masuk kamar lagi, tanpa menoleh kearahku dan papa.
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mas Arul datang
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumussalam..."
"Mari mas masuk, mereka menunggu mas" ajakku
"Iyaa..." Jawabnya dengan senyum mengarahku, senyum tulus penuh kebahagiaan, apakah setelah pertemuan ini. Senyum itu Masih ada? Hatiku berdebar dengan kencang.
"Pah... Mah... Ini mas Arul"
"Owh yaa silakan duduk" kata papaku dengan senyum
"Terimakasih pak" Jawab mas Arul
Sedangkan mamaku begitu terkesima melihat mas Arul, tatapannya begitu tajam. Bahkan melihat mas Arul Dari atas kebawah, Dari bawah keatas sangat Tidak sopan.
"Mau minum apa mas? Saya panggil mas aja, kalau jadi berjodoh nantinya. Saya akan jadi mertua anda yaa mas" Papa mencairkan suasana yang terasa tegang
"Owh ga usah pak, saya tadi banyak minum" jawabnya dengan nyengir
"Jangan begitulah, yang namanya tamu harus dimuliakan... Ungge, tolong buatkan minum yaa nak" Pinta papa padaku
"Iyaa pah ..."
"Tunggu yaa mas, aku kedapur dulu" mas Arul menganggukan kepala nya, dengan tatap penuh CINTA disorot matanya.
Aku membuatkan teh untuk mas Arul dan juga membuatkan kopi untuk papa, setelah beberapa menit. Aku membawakan minuman itu keruang tamu, dan menaruhnya dihadapan papaku dan mas Arul.
"Silakan mas..." Ujarku
"Yaa terimakasih..." Jawabnya dengan senyum yang selalu membuatku damai melihatnya.
Papa mulai bicara "Terimakasih mas sudah silaturahmi kerumah kami, jika ada yang mau dibicarakan atau ada yang mau disampaikan. Kami mendengarkan nya" Mamaku Masih terdiam karena sudah diingatkan papa, jangan bicara apa-apa sampai mas Arul menyampaikan hajatnya. Ternyata mama menuruti titah papaku
"Terimakasih pak udah menerima kedatangan saya yang mungkin terkesan mendadak"
"Kedatangan saya membawa niat BAIK, saya hendak melamar jingga untuk menjadi istri saya. Tentang status saya, saya seorang duda dengan anak satu. Anak saya laki-laki..." Belum selesai mas Arul bicara, tiba-tiba mama memotongnya.
"EMANGNYA kamu punya apa berani melamar anak saya...?!" Juteknya mamaku
Mas Arul tersenyum dan menjawab dengan elegant nya
"Alhamdulillah atas izin Allah, saya punya CINTA yang tulus dan saya berjanji insya Allah akan membahagiakan Dan menjaga jingga... Bu"
"Hanya itu...?? Hahaha ... Murah sekali harga anak saya" Ujar mamaku dengan wajah yang meremehkan
"Mah... Jangan bicara begitu!" Hardik papaku
"Maaf yaa mas atas SIKAP Dan ucapan mamanya jingga" Dengan menangkup telapak tangannya.
Lagi-lagi mas Arul dengan SIKAP lembutnya berkata "ga apa-apa pak, saya memahami kekhawatiran ibu. Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, apalagi jingga anak perempuan satu-satunya dikeluarga ini"
"Terimakasih mas Arul Tidak tersinggung dengan SIKAP istri saya"
"Insya Allah saya Tidak tersinggung pak"
Lalu papa menarik nafas dengan kasar Dan berkata
"Jika mas Arul serius dengan anak saya, saya merestuinya. Lakukanlah SESUAI semestinya, bagaimana melamar seorang gadis" Serius papaku berkata pada mas Arul
"Eeh nanti dulu, main Lamar aja .." Mamaku sedikit berteriak
"Apa lagi mah...?"
"Papa diam dulu, mama mau Tanya... Kompensasi apa yang akan anda berikan pada saya, karena anda akan membawa pergi anak saya!" Tekan mamaku ke mas Arul
"Maaf maksud ibu kompensasi yang bagaimana yaa?" Pancing mas Arul, karena aku sudah menceritakan perangai mamaku yang matrealistis.
"Aaaallaah... Masa kamu ga Tau! Harusnya udah paham donk! Etikanya ngambil anak gadis orang, ga semudah itu!" Mamaku nyerocos kaya petasan banting
"Saya benar-benar ga paham bu, bisa tolong diperjelas aja yang ibu maksud?" Mas Arul tersenyum sambil melirik ku, aku hanya tertunduk malu. Sangat malu....
"Huuufff.... Saya minta kompensasi 150jt, saya mau pernikahannya dihotel berbintang dan mahar rumah, Mobil Dan Logam mulia..." Mamaku mengeluarkan jurus palak memalak nya dengan antusias.
"Mah...jangan keterlaluan!" Papaku sangat marah
"Biarkan ibu selesaikan bicara dulu pak, insya Allah saya Tidak apa-apa.... Silakan dilanjutkan bu"
"Yaa itu aja dulu, kalau ada tambahan nanti saya kasih Tau ke ungge! Jika kamu Tidak sanggup LEBIH BAIK MUNDUR Dari sekarang. Masih banyak lelaki yang sanggup, saya ga yaqin anda mampu!"
Mas Arul memang sengaja memakai pakaian yang murahan, karena beliau mau MEMBUKTIKAN sendiri ceritaku tentang mamaku yang selalu meremehkan oranglain. Bukan maksudku menjelekkan mamaku, tapi aku harus mengingatkan mas Arul agar punya kesiapan disaat bertemu dengan mamaku yang matrealistis dan barbar.
"Saya penuhi semua Syarat yang ibu minta, insya Allah saya akan datang melamar jingga membawa serta keluarga saya kerumah ibu Dan bapak" Jawab mas Arul dengan yaqin dan menyaqinkan kedua orangtua ku.
"Beneran anda menyanggupi yang saya minta..??" Terkejut nya Mamaku
"Insya Allah... Iyaa bu, karena anak ibu sangat berharga bagi saya, jingga bukan barang yang bisa dipindah tangan. Dan ini bukti perjuangan keseriusan saya pada jingga" Mataku berkaca-kaca mendengar perkataan mas Arul pada mamaku
"Aah... Terserah... Pokoknya tepati janji anda, kami tunggu 1 minggu Dari sekarang" Sombongnya mamaku
"BAIK bu ... Kalau begitu saya pamit, terimakasih atas jamuan Dan penerimaan lamaran saya hari ini. Lamaran resminya 1 minggu lagi, dengan membawa serta keluarga saya" Mas Arul menyaqinkan lagi, sambil berjabat tangan dengan papaku dan menangkup telapak tangannya ke arah mamaku.
Bersambung