NovelToon NovelToon
Boss Mafia Menjadi Istri Duke

Boss Mafia Menjadi Istri Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:651.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Ellani

Caroline adalah seorang pegawai kantor biasa. Dia bekerja seperti orang biasa dan berpenampilan sangat biasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya adalah boss mafia di dunia bawah.

Suatu hari saat Carolin pergi melakukan perjalanan bisnis, tanpa diduga dia diserang oleh salah satu musuhnya dan mati karena helikopter yang jatuh lalu meledak.

Saat Carolin terbangun, dia menemukan dirinya berada ditubuh orang lain. Melihat kecermin dan memegang wajahnya dengan bingung, “Siapa?”

Akankah Caroline mampu bertahan didunia yang tidak dia ketahui ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Strategi

Caroline masuk kedalam camp dimana tempat para pengatur strategi berkumpul. Didalam ada beberapa senjata dan meja. Ruangan hanya diterangi dengan api unggun saja sehingga jika tidak memiliki penglihatan yang bagus maka akan sulit untuk melihat.

“Yang mulia … anda tidak bisa masuk kedalam,” ucap Evin menghalangi Caroline agar tidak masuk lebih dalam lagi.

“Kenapa?” tanya Caroline sambil mengerutkan keningnya melihat Evan menghalanginya.

“Ini adalah tempat rahasia dan tidak sembarang orang akan masuk kedalam sini,” ucapnya.

“Apa menurutmu aku adalah sembarang orang?” tanya Caroline dengan wajah dingin.

“Anda baru pertama kali datang kesini … jadi kami tidak bisa langsung mempercayai tuan putri,” jawab Evan. Dia sebenarnya merasa kalau Putri caroline hanyalah beban saja.

Caroline menatap Evan dengan tajam dan berbalik. “Dimana tendaku?” tanya Caroline berjalan sambil melihat tenda mana kira - kira yang akan diberikan untuknya. Kalau dia tidak bisa masuk maka biarkan Nix dan Demon masuk.

“Tenda anda ada disini yang mulia,” ucap Evan mengarahkan Caroline ke tenda yang berada diseberang dengan cepat sehingga Putri caroline tidak lagi penasaran dengan camp mereka.

Saat mengetahui tuan Putri Caroline akan datang ke perbatasan, mereka sudah mempersiapkan tendanya.

Caroline melihat kondisi kamar yang rapi dan bersih, dia cukup pias dengan semua ini. “Baiklah … siapkan aku pakaian ksatria dan baju besi baru,” ucap Caroline.

“Apa?!” untuk apa tuan putri mengenakan itu semua? dia tidak akan pergi berperang bersama kami kan?

Evan tidak menyangka Putri Caroline akan meminta itu.

“Kenapa? Bukankah saat berperang kualitas baju besi juga diutamakan?” tanya Caroline mengabaikan keterkejutan Evan.

Evan hanya diam tidak menjawab. “Aku akan menunggunya,” ucap Caroline dengan tegas dan masuk ketendanya.

“Nix … pergilah ikuti Evan,” ucap Caroline.

“Baik!!” Nix dengan senang hati menjalankan tugas yang diberikan oleh masternya.

Evan melihat Caroline yang masuk kedalam tendanya. Tenda Putri Caroline sedikit lebih besar dari tenda prajurit lainnya, awalnya itu adalah tendanya sendiri karena sangat dadakan jadi dia harus memberikan tenda itu.

“Merepotkan!!” Evan menendang batu kecil yang ada didepannya. Dia berbalik dan masuk kedalam tenda dimana tempat mereka mengatur strategi.

“Akhirnya kau datang … kemana saja?” ucap Hope sambil membersihkan pedangnya. Dia adalah salah satu komandan barisan depan mereka semua dibagikan beberapa kelompok.

“Tuan Putri sudah datang,” ucap Evan sambil menarik kursi yang ada didekatnya.

“Apa?!!” semua orang di dalam ruangan terkejut, ruangan pun mulai hening seketika.

“Ternyata raja benar – benar mengantar anaknya pada kematian?” ucap pei dengan wajah tidak percayanya.

“Diamlah Pei,” ucap Ton.

“Apa? ini semua benarkan?” ucap Pei lagi memiringkan kepalanya dan mengangkat kedua bahu dan tangannya.

“Kita tidak punya waktu untuk melindungi tuan putri dari bahaya,” ucap Hope dengan kesal melempar kain yang awalnya dia gunakan untuk membersihkan pedangnya. Mereka baru saja diserang dan ini masih membuatnya kesal.

“Tenanglah aku akan menyuruh tuan putri untuk tetap didalam camp,” ucap Evan sambil berdiri berjalan menuju lemari baju besi.

“Apa yang kau cari?” tanya Ton heran.

“Tuan Putri menginginkan baju besi baru dan pakaian ksatria,” ucap Evan

“Katamu tidak akan membiarkannya pergi?!!” teriak Hope berdiri dengan pedang ditangannya.

“Hei … tenang – tenang,” ucap Ton menenangkan Hope.

“Ini hanya hal kecil … apa salahnya memberikan ini semua?” ucap Evan sambil memegang baju besi. Ya … ini hanya baju besi saja dan pakaian ksatria.

“Mereka sangat emosian,” ucap Nix yang memperhatikan dari samping mereka.

“Kapan mereka akan berdiskusi? Ini membosankan … aku ingin melihat master.” Nix berbaring di sofa dengan tubuh kecilnya.

“Baiklah … ayo kita diskusikan strategi selanjutnya.”

Mereka semua berembuk di meja bundar melingkari peta yang ada diatas meja dan memasang bendera di setiap titik peta sebagai tanda pasukan mana yang akan berada dititik itu.

Hope menjelaskan dengan detail dan Evan menambahkan strategi dengan baik sedangkan yang lainnya diam dengan serius mendengarkan.

“Waw … mereka sangat akrab jika membicarakan tentang peperangan,” ucap Nix dengan semangat melihat mereka dan berdiri di tengah peta itu.

Nix melihat semua titik dan mengingatnya. Strategi ini lumayan, mereka cukup bagus. Apa mereka akan menyerang secara terang – terangan dan juga secara diam – diam secara bersamaan?

Beberapa jam telah berlalu dan mereka semua selesai membicarakan tentang strategi mereka besok.

“Apa sudah selesai?” ucap Nix dengan semangat. Dia ingin segera kembali pada master.

“Aku akan mengantar ini kepada Putri Caroline,” ucap Evan sambil membawa baju besi derta pakaian ksatria.

“Baiklah terserah padamu,” ucap Hope.

Nix mengikuti Evan dari belakang. Karena mereka akan pergi kearah yang sama lebih baik aku menumpang di pundakmu.

“Tuan Putri,” panggil Evan.

Caroline keluar. “Apa ini untukku?” tanya Caroline.

“sangat besar?” Caroline melihat baju besi dan pakaian ksatria dengan ukuran besar. Baju besi itu dirawat dengan baik sehingga tidak ada karat yang terlihat bahkan bercak darah juga tidak ada.

“Hanya ini yang kami punya … itu terserah padamu ingin memakainya atau tidak,” ucap Evan dengan santai. Ini alasannya dia mau memberikan semua ini, tuan putri Caroline tidak akan bisa memakainya. Hahahaha

Melihat pancaran tatapan bahagia yang ada pada mata Evan membuat Caroline merasa lucu. Dia tahu apa yang dipikirkan bocah ini.

“Baiklah aku akan mengambilnya,” ucap Caroline.

“Ya … pakaian ini tidak co-“

“Apa?!” apa dia salah dengar?

“Aku bilang aku akan mengambilnya.” Caroline segera mengambil barang itu dari tangan Evan

“Ah … ya kalau begitu aku pamit dulu.” Evan memberi hormat dan pergi dari tenda Caroline.

Evan pergi dan masuk ke camp tempat mereka berkumpul. Suasana saat Evan pergi dan pulang sangat berbeda.

“Ada apa dengan wajahmu?” tanya pei bingung

“Apa tuan putri mengambil semua itu?” tanya Hope.

Evan diam dan tidak menjawab. Dia kira tuan putri akan kecewa dan tidak mengambilnya.

“Sepertinya tuan putri mengambilnya,” ucap Ton menatap Evin yang masih terpaku.

Di dalam tenda Caroline.

Baju besi yang diberikan, Caroline gantung menggunakan gantungan khusus baju besi.

“Hahaha … apa kalian lihat wajahnya?” tawa Caroline terdengar dari dalam tenda.

“Ya master … wajahnya sangat jelek sekali saat sesuatu tidak sesuai ekspektasinya,” jawab demon.

“Hahaha … aduh … jarang sekali aku tertawa.” Caroline mengelap air matanya yang keluar karena tertawa.

“jadi Nix apa yang kau dengar didalam camp tadi?” tanya Caroline dengan serius.

Nix menjawab pertanyaan masternya dan menjelaskan dengan detail apa yang mereka rencanakan untuk penyerangan selanjutnya. Nix juga menggambar peta di tanah dengan sangat detail serta titik yang direncanakan.

“Hmmm … rencana ini lumayan,” ucap Caroline sambil mengusap dagunya.

“Kerja bagus.” Caroline mengusap kepala Nix dan Nix dengan senang hati menerimanya.

Setelah itu Caroline duduk dan melihat baju itu. dia bisa mengecilkan bajunya tetapi bagaimana dengan baju besi?

“Master apa kau memikirkan tentang baju besi?” tanya Nix.

“Ya … bagaimanapun aku ingin terlihat luar biasa di depan calon suamiku,” ucap Caroline menyandarkan dagunya ditangannya menatap baju itu.

“Tenang master aku bisa melakukannya,” ucap Nix dengan bangga dan menepuk dadanya.

“Bagaimana kau melakukannya?” tanya Caroline denga tatapan tidak percaya.

“Tentu saja aku akan menggunakan apiku,” jawab Nix.

“Apa itu bisa dilakukan?” tanya Caroline meragukan Nix.

“Tentu saja!!” ucap Nix dengan pipi menggembung.

“Baiklah … aku akan melihatnya.”

“Nix keluarlah.” Nix keluar dengan wujud biasa.

“Aku tidak akan mengecewakanmu master,” ucap Nix tersenyum senang.

“Hmp hanya api saja,” ucap Demon yang enggan melihat aksi Nix.

Nix tidak memikirkan omongan Demon dan dengan serius mengecilkan baju besi itu dengan apinya. Nix memotong baju besi itu dengan api panasnya, lalu menyambung baju besi itu dengan hati – hati sesuai dengan ukuran masternya.

Nix terus mengeluarkan apinya dengan ukuran tertentu dan Nix juga menambahkan beberapa ukiran pada besi itu agar terlihat indah saat master memakainya.

“Kau sangat ahli ternyata!” ucap Caroline kagum. Dia kira Nix hanya bisa meleburkan besinya saja, tidak disangka dia memiliki kemampuan untuk mendesain baju besi.

Beberapa saat kemudian baju besi selesai dikecilkan dan didinginkan oleh Nix.

Caroline mencobanya dan merasa ini sangat pas dengannya. “Nix kau sangat hebat!” ucap Caroline senang.

“Tentu saja!!” ucap Nix sambil melirik Demon dengan main – main.

“Tch.” Demon mengalihkan pandangannya.

Caroline melanjutkan mengecilkan pakaian ksatrianya, dia ingin pakaian yang nyaman dipakai.

Keesokan harinya semua orang berkumpul untuk bersiap – siap menyerang. Saat mereka semua hendak pergi tiba – tiba Caroline muncul dengan baju besi barunya.

“Tuan Putri?!!” ucap Evan terkejut melihat Putri Caroline dengan baju besi. Bagaimana bisa semuanya pas?

“Aku akan ikut berperang,” ucap Caroline Caroline sambil memasang helm perangnya.

Evan dan yang lainnya mengerutkan kening setelah mendengar ini. “Anda tidak bisa ikut,” ucap Evan dengan serius.

“Apa kau berhak memerintahku?” ucap Caroline dengan dingin. Beraninya dia.

Evan tanpa basa - basi mengeluarkan pedangnya dan mengarahkannya kepada Caroline.

“Aku tidak ingin ada orang yang menghalangi strategi kami … jadi diamlah disini,” ucap Evin dengan tatapan kejam.

“E-evin?!!” teriak Ton panik. Bagaimana bisa dia mengarahkan pedang kepada tuan putri?

Ujung pedang menyentuh leher Caroline dan membuat goresan pada leher Caroline hingga mengeluarkan darah.

1
Ana Kurniawan
ini nih raja goblok..
Rafinsa
tawanan cinta ya Caroline?????saaa AE...
Rafinsa
modus ini mah...Caroline nyari muka depan calon suami...🤣
Rafinsa
disuruh perang malah senang .. dr pada di istana yg isinya orang gila...🤣
Rafinsa
thypo
irsyad maul
keren ceritanya gak bertele tele.....sukses teruz u penulisnya ya...di tunggu lanjutannya y
Diah Salwa Nabila
poop gak tuh 🤣
Shinta Dewiana
semakin banyak aja musuh duke...huh penasaran ini..
Shinta Dewiana
huh menjijikkan ini
Shinta Dewiana
syukurlah caroline bisa nyelamatin nix juga tutu ini
Shinta Dewiana
nix kenapa jadi lengah...huh siapa yg menangkapnya..
Shinta Dewiana
bener2 penasaran ini dg ruangan yg bercahaya itu....lebih penasaran lg dg apa yg akan terjadi sm raja
Shinta Dewiana
akhirnya spi lagi ke episod ini
Shinta Dewiana
awas ya kalian jangan sampai ngintip....ha..haa..aaa..ha..aaaa
Shinta Dewiana
cih dasar murahan..jalang..mau ngerebut suami orang bagusnya di buat cacat...
Shinta Dewiana
bhuaaa...aaa...aaaa...mau jd pelakor tp oon
Shinta Dewiana
si jalang sabrina masih aja ngeyel
Shinta Dewiana
cih dasar jalang
Shinta Dewiana
kereeennnn
Shinta Dewiana
bener2 aku baca ulang dr awal..haa..aaa..haaa..aaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!