Alby dan Putri adalah dua remaja yang tumbuh bersama. Kedua orang tua mereka yang cukup dekat, membuat kedua anak mereka juga bersahabat.
Tidak hanya persahabatan, bahkan indahnya mahligai pernikahan juga sempat mereka rasakan. Namun karena ada kesalahpahaman, keduanya memutuskan untuk berpisah.
Bagaimana jika pasangan itu dipertemukan lagi dalam keadaan yang berbeda. Apakah Alby yang kini seorang Dokter masih mencintai Putri yang menjadi ART-nya?
Kesalahpahaman apa yang membuat mereka sampai memutuskan untuk berpisah?
Simak cerita selengkapnya ya...
Happy reading.
------------
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada nama, tempat, atau kejadian yang sama, itu hanya kebetulan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el nurmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kaputusan Alby (bagian 1)
Happy reading...
Warna putih langi-langit kamar yang kini sedang ditatapnya tak seputih cinta yang selama ini dijalaninya. Perlahan, Amanda menutup kedua matanya.
Bayangan kejadian malam tadi masih terbayang jelas di benak Amanda. Sang kekasih yang murka karena pengakuan dirinya yang sedang berbadan dua.
Tanpa terasa di kedua ujung matanya, air mata berderai begitu saja. Ada hati yang tersakiti, melebihi rasa sakit yang dirasa tubuhnya saat ini.
Amanda terhenyak mendengar suara pintu yang dibuka seseorang. Dengan cepat ia mengusap air matanya. Menoleh pada Arga yang menatapnya dengan tanda tanya besar dalam benaknya.
"Kak."
"Bagaimana perasaanmu?" Arga yang sudah mengenakan seragam dinasnya mendekati Amanda.
"Kak, tolong jangan beritahu mama dan papa. Manda mohon."
"Siapa pria itu? Apa semalam kalian bertengkar?" Selidiknya.
Amanda terlihat bingung menjawab pertanyaan Arga yang merupakan kakak sepupunya. Wanita itu tidak ingin ada anggota keluarga yang mencampuri permasalahan antara ia dan Noval.
"Kak." Lirihnya.
"Baiklah. Terserah kamu. Tapi jika sesuatu terjadi lagi padamu, aku tidak akan tinggal diam."
"Terima kasih," ucap Amanda sambil tertunduk.
Seorang perawat datang membawakan sarapan untuk Amanda. Setelah Arga melakukan pemeriksaan, pria itu pamit untuk bertugas.
Amanda menatap kepergian Arga dengan rasa lega. Sebelumnya, ia telah menanyakan perihal kandungannya pada perawat yang datang. Meski terpukul, ia merasa bersyukur. Karena tidak harus mengugurkannya sendiri sesuai saran sang kekasih.
***
Di dalam kamar Alby, pria itu terdengar sedang berdebat dengan seseorang di ujung ponselnya. Pak Sanjaya sedang mencecar Alby dengan pertanyaan dan berakhir dengan pernyataan bahwa mereka akan mempercepat pernikahan Alby dan Intan.
"Alby dan Intan tidak akan menikah, Yah. Kali ini saja, percaya sama Alby. Alby ini anak ayah kan? Alby tidak seperti itu." Tegasnya.
"Ayah malu pada Hasan dan ibunya Intan. Lagi pula kami menjodohkan kalian supaya kamu kembali seperti dirimu yang dulu, Al. Ayah ingin melihat kamu bahagia. Tidak hanya berhasil dalam karir, tapi berumah tangga juga." Desaknya.
"Alby sudah bahagia. Tapi bukan bersama Intan."
"Lalu dengan siapa? Dengan Putri? Bisa-bisanya kamu belum melupakan dia. Ayah sudah jengah dengan sikap kamu yang seperti itu. Laki-laki kok lemah, seperti tidak punya harga diri." Decihnya mengakhiri panggilan.
Alby mengeratkan genggaman tangannya pada ponsel. Ingin rasanya ia melemparkan ponsel itu. Saat menyadari ia sudah hampir terlambat, Alby cepat-cepat mengambil tas dan sekilas merapikan pakaiannya.
Alby menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
"Hati-hati licin, Al!" ujar Putri yang sedang mengepel lantai.
"Putri, aku sudah terlambat. Aku pergi dulu ya."
Putri mengangguk pelan sambil menatap nanar punggung Alby yang berlalu. Pria itu pasti sedang merasakan dilema. Pernikahannya dengan Intan terancam gagal karena kehadiran dirinya dan juga Alfi.
Meski Alby mengatakan hubungannya dengan Intan tidak dikehendakinya, namun Pak Sanjaya pastilah akan kecewa. Terbayang sosok pria sahabat ayahnya sekaligus juga mertuanya itu. Pria baik yang sudah dianggapnya seperti ayah sendiri.
"Mbak Putri ngelamunin apa?"
Putri terperanjak.
"Nggak ada. Mau sarapan?"
"Biar Arif saja, Mbak. Bisa kok," sahut Arif sambil berlalu ke ruang makan.
Putri meneruskan pekerjaannya. Ia mengurungkan niatnya membicarakan perihal akte kelahiran Alfi dengan Alby. Ia tak ingin, menambah beban pikiran pria itu.
Sementara itu di rumah sakit, Alby disibukkan dengan pasien-pasiennya. Sesekali ia dan dokter Arga saling menyapa.
"Ga, semalam kamu tidur di sini? Kudengar keluarga kamu ada yang dirawat?"
"Iya, Al. Sepupuku," sahut Arga lemas.
"Oh yang kata kamu kerja di bank itu ya? Kamu pernah bilang di kota ini hanya dia saudaramu."
Arga mengangguk pelan. Saat ini dua sahabat itu sedang meluangkan waktu untuk sejenak beristirahat. Alby terlihat menghubungi seseorang. Namun sepertinya panggilannya dialihkan. Pria itu nampak sangat kesal.
"Kenapa, Al? Kamu nelpon siapa?"
"Intan. Dari kemarin aku hubungi susah sekali." Gerutunya.
"Foto yang kemarin itu ya? Tapi statusnya langsung dihapus. Aku kira kamu yang minta."
Alby terlihat membuang kasar nafasnya.
"Itu akal-akalannya dia saja, iya kan? Aku yakin kamu tidak akan berbuat hal seperti itu." Ujarnay.
Alby menoleh lalu berkata, "Kenapa kamu bisa seyakin itu? Aku kan manusia biasa, bisa saja khilaf."
"Khilafnya nggak akan kebablasan begitu. Foto itu memang terlihat seperti adegan sungguhan. Tapi raut wajah Intan tidak seperti orang yang baru bangun tidur. Ataupun seperti orang yang baru selesai b*rcinta. Ekspresinya itu beda, Al."
"Wow! Kamu benar-benar teman sejatiku, Ga. Thanks, ya. Sudah percaya sama aku. Tapi, sayangnya ayahku tidak berfikir begitu. Ini kedua kalinya beliau lebih mempercayai orang lain daripada anaknya sendiri." Ucapnya sambil menghela nafas yang terasa berat.
"Dua kali? Yang pertama dengan siapa?"
"Dengan satu-satunya wanita yang ada dihatiku. Saat itu aku senang sekali, walaupun dituduh hal yang tidak-tidak. Karena pada akhirnya aku dinikahkan sama dia. Tapi dengan Intan... kamu tahu sendiri kan, aku tidak punya perasaan apa-apa padanya."
Entah Alby menyadarinya atau tidak, Arga melongo menatap tak percaya atas pengakuan sahabatnya itu.
"Kamu sudah menikah, Al?" tanya Arga pelan.
"Sudah. Anakku juga udah gede," sahut Alby santai. Arga semakin terkejut mendengarnya.
"Yang benar, Al? Ka-kamu sudah punya anak? Umur berapa?"
"Sepuluh tahun."
Alby terperanjak karena Arga menggebrak meja dihadapan mereka.
"Kalau mau bikin shock orang itu kira-kira dong. Masa iya anakmu umur sepuluh tahun." Deliknya.
"Yee, nggak percaya. Lain kali aku kenalin sama kamu. Nih lihat!"
Alby memperlihatkan beberapa foto Alfi saat di arena permainan. Arga yang menga-nga sesekali menoleh pada Alby lalu pada foto anak itu seolah sedang membandingkan.
"Iya ya, mirip kamu. Tapi gantengan dia. Ibunya pasti cantik. Kok kamu nggak pernah cerita sebelumnya, kita kan kenal dari jaman kuliah. Terus kamu nikah nggak undang aku gitu?" ujar Arga masih dengan keterkejutannya.
Dengan ragu, Alby menceritakan semuanya pada Arga. Ia percaya sahabatnya ini bisa dipercaya. Selain itu ia juga ingin meminta saran perihal Intan yang juga teman mereka semasa kuliah.
"Ini nyata kan, Al? Putri jadi ART di rumah kamu?"
"Iya. Masa aku bohong."
"Bukan gitu, soalnya berasa cerita di drakor-darkor, hehe."
Alby mendelik lalu bertanya, "Jadi menurut kamu, aku harus bagaimana?"
"Aku nggak berani ngasih saran. Tapi menurutku sebaiknya kamu ambil keputusan secepatnya. Aku sih mendukung yang terbaik menurut kamu. Tapi beneran lho, sulit dipercaya kalian masih saling setia. Padahal sebelumnya terjadi kesalahpahaman yang lumayan rumit. Jadi ya ikuti saja kata hatimu, Al. Seperti yang sudah kamu lakukan selama ini."
Alby mengangguk pasti. Kini ia semakin yakin dengan keputusan yang akan diambilnya. Selama ini ia sudah cukup menderita hidup dalam prasangka terhadap Putri. Dan saat kebenaran telah terungkap, ia hanya ingin bahagia bersama Putri dan juga Alfi.
Boleh tdk tamat sekolah tp Jangan Mau di Goblokin Lelaki.. Apa lg Mantan Suami yg Gak Jelasa Statusnya.
Di katakan Mantan Suami, Nikahnya masih Nikah Sirih, bukan Nikah Syah Secara Hukum Negara.
Oh Putri Goblok, Mudah x memaafkan..
aku suka cerita nya gx bertele2 terus bisa saling memafkan
sukses buat author nya,,, semangatt