NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Penculikan Rina

"Malam ini sungguh luar biasa, aku tidak akan pernah melupakan momen ini," ujar Harry sambil memeluk Larasati dan Rina. "Hei, jangan khawatir. Aku yakin masih banyak malam yang sama indahnya yang akan kita lalui bersama," sahut Larasati sambil membelai rambut Harry dengan lembut.

Rina pun tersenyum dan mengangguk setuju. Mereka bertiga saling berjanji untuk terus bersama dalam cinta dan kebersamaan yang tulus.

 Malam pun berlalu begitu indah. Larasati, Rina, dan Harry merasa begitu bahagia atas kebersamaan yang mereka miliki. Mereka tahu bahwa cinta sejati tidak pernah terbatas, dan poliamori yang mereka anut adalah wujud dari cinta yang murni dan tulus.

Sinar mentari pagi yang hangat menembus  tirai jendela, membangunkan Harry dari tidurnya. Perlahan, ia membuka matanya, dan senyuman mengembang di wajahnya saat mendapati dirinya masih terbaring

berpelukan dengan Larasati dan Rina.

Larasati, yang masih terlelap, merapatkan tubuhnya ke Harry, seperti anak kucing yang mencari kehangatan. Sementara Rina, yang sudah lebih dulu terbangun, menatap Harry dan Larasati dengan tatapan

penuh cinta.

“Selamat pagi,” bisik Rina, suaranya serak khas bangun tidur namun terdengar begitu lembut di telinga Harry. Merasakan gerakan Harry dan suara Rina, Larasati perlahan membuka matanya.

Sebuah senyum manis langsung mengembang di wajahnya, hatinya berbunga-bunga melihat dua orang yang sangat dicintainya tengah menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Selamat pagi,” sapa Larasati, suaranya masih terdengar serak karena baru bangun tidur.

Mentari tenggelam di balik siluet kota, mewarnai langit dengan semburat merah darah yang seolah menjadi pertanda buruk. Meskipun konglomerat itu telah jatuh, bayangan kebencian mereka masih menghantui hari-hari Harry dan Larasati. Kewaspadaan menjadi rutinitas, setiap hembusan angin malam terdengar seperti bisikan ancaman. Namun, malam itu, kegelisahan mereka berubah menjadi kepanikan yang membekukan.

Sebuah pesan singkat dari Rina, terkirim tepat sebelum sinyal ponselnya terputus: “Tolong… aku diikuti!”. Jantung Harry menggeluh, energi kultivasinya berdesir tak terkendali. Larasati, wajahnya pucat pasi, merasakan gelombang ketakutan yang sama. Rina, sahabat juga kekasih mereka, dalam bahaya!

“Kita harus segera mencari tahu siapa yang menculik Rina dan di mana dia dibawa,” ujar Harry, matanya tajam memeriksa rekaman CCTV. Larasati, wajahnya pucat dan tangannya gemetar, berusaha fokus pada layar monitor. “Seharusnya aku mengajaknya tinggal bersama kita,” bisiknya, suaranya penuh penyesalan. “Dia akan lebih aman.”

Harry menatap Larasati, mencoba menenangkannya dengan sebuah sentuhan lembut di bahunya. “Tenanglah, Larasati. Kita akan menemukannya. Dia wanita yang kuat.” Meskipun berkata demikian, kecemasan juga menggerogoti hati Harry.

Rina adalah titik lemah mereka, jembatan yang menghubungkan mereka dengan dunia yang pernah mereka kenal. Kehilangan Rina bukanlah sebuah pilihan.

“Aku akan menghubungi beberapa teman lama,” kata Larasati, mencoba menguatkan suaranya. Jari-jarinya bergerak lincah di atas keypad ponselnya, menghubungi setiap kontak yang mungkin memiliki informasi. Waktu berjalan sangat lambat saat mereka menunggu, setiap detik terasa seperti siksaan.

***

Mereka menghadapi rintangan-rintangan di sepanjang jalan, menginterogasi informan di balik tembok beton yang lembap dan bau pesing, menguak rahasia kotor yang tersembunyi di balik kemewahan dunia bawah kota. Hari berganti malam, kecemasan dan amarah menjadi bahan bakar yang mempertahankan mereka.

Akhirnya, setelah pencarian yang melelahkan, seberkas cahaya muncul: sebuah gudang tua di pinggiran kota, terpencil dan dipenuhi aura mengancam. Di sana, di balik dinding beton yang dingin, Rina menunggu.

Harry dan Larasati berdiri di ambang pintu gudang, aura bahaya menyengat indra mereka. Bau lembap dan karat menyebar di udara, bercampur dengan aroma samar sesuatu yang membusuk. Tidak ada suara kecuali deru napas mereka sendiri dan detak jantung yang berdebar kencang.

Harry mengangguk ke arah Larasati, isyarat tanpa kata yang telah mereka pahami selama bertahun-tahun. Dengan gerakan cepat dan terlatih, Harry mendobrak pintu, menghancurkan keheningan dengan ledakan kayu tua yang mengerikan. Kegelapan menelan mereka seutuhnya.

 Rina terdengar menangis, di pojokan ruangan, memohon untuk dibebaskan, suaranya terdengar rapuh. Harry segera melangkah mendekatinya, tetapi sebelum mereka  sempat mengeluarkan Rina dari gudang tersebut, tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat.

Sebuah kelompok orang bersenjata muncul dari sudut ruangan, wajah mereka tertutup topeng hitam yang menjaga identitas mereka tersembunyi. "Kalian pikir kalian bisa menghancurkan kami begitu saja? Kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi," ucap pemimpin kelompok itu sambil menatap Harry dan Laras dengan tatapan tajam.

Harry dan Laras saling berpandangan sebelum dengan sigap mengambil posisi bertahan. Mereka telah terlatih dalam pertempuran dan siap menghadapi siapa pun yang menghalangi misi penyelamatan mereka.

"Kami tidak akan mundur, kami datang untuk  menyelamatkan Rina dan itu yang akan kami lakukan," ujar Harry dengan suara tegas sambil mempersiapkan diri untuk pertarungan yang akan terjadi.

Senyum sinis para penculik lenyap seketika saat Harry bergerak. Bukan gerak manusia biasa, tapi seolah diterpa angin topan. Energi Qi melingkari tubuhnya seperti aura emas, setiap gerakannya tajam dan mematikan.

Satu pukulan yang diperkuat dengan Qi murni cukup untuk menghancurkan rahang seorang penculik, suara retakan tulang terdengar mengerikan di tengah kegaduhan.

Larasati, dengan kelincahan yang melampaui batas manusia, berubah menjadi bayangan kabur. Para penculik bahkan tidak sempat menarik pelatuk saat Larasati sudah berada di tengah-tengah mereka, tendangan yang diperkuat Qi menghantam titik vital dengan presisi mematikan.

Jeritan kesakitan memenuhi gudang tua itu, bercampur dengan suara tindihan logam saat senjata api jatuh ke lantai.

Harry, dengan fokus setajam pisau, menangkap sebutir peluru yang hampir mengenai Rina dengan dua jari. Energi Qi berputar disekitar proyektil itu, menghancurkannya menjadi debu tanpa suara.

Para penculik yang masih tersisa menatap dengan takut, menyadari bahwa mereka tidak sedang berhadapan dengan lawan biasa. Namun, semua sudah terlambat.

Dalam hitungan menit, semua penculik itu terkapar, mengerang kesakitan dengan tulang patah dan mimpi buruk yang terukir di benak mereka.

Rina, yang terpaku menyaksikan adegan itu dengan napas terengah, merasakan gelombang kelegaan menghanyutkan ketakutannya. Air mata tumpah di wajahnya saat berlari ke pelukan Harry dan Larasati, mencari

perlindungan di tengah-tengah kekacauan itu. “Kalian selamat,” bisiknya, suaranya bergetar.

"Terima kasih, kalian telah menyelamatkan nyawaku," ucap Rina sambil menangis bahagia. Harry dan Laras tersenyum lega, merasa bangga atas keberhasilan misi penyelamatan mereka. Mereka segera membawa Rina keluar dari gudang dan bersiap untuk membawanya pulang ke tempat yang aman.

Namun, saat mereka hendak meninggalkan gudang, tiba-tiba pintu masuk terblokir oleh sekelompok orang bersenjata yang baru datang.

Mereka lebih banyak dari sebelumnya, senjata mereka lebih mematikan, dan  tampaknya mereka tidak akan segan-segan untuk menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.

"Kami adalah bagian dari kelompok yang sama, kami tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja setelah mengalahkan rekan-rekan kami," ujar salah satu dari mereka dengan suara mengancam.

Bayangan para penyerang baru itu memanjang di ambang pintu, mengisolasi Harry, Larasati, dan Rina di dalam gudang yang kini terasa seperti kandang singa.

Bau mesiu menyengat bercampur dengan aroma darah dan keringat, menciptakan aroma kematian yang kental. Rina, yang baru saja merasakan secercah harapan, kembali dipeluk ketakutan.

“Kalian tidak akan lolos,” geram salah satu penyerang, suaranya kasar dan penuh dendam. Senjata api berkilau di bawah cahaya redup, seolah mata-mata berbisa yang siap menerkam. “Kalian telah membuat kesalahan besar dengan mencampuri urusan kami.”

Harry dan Larasati saling berpandangan, mata mereka berkilat tegas. Mereka berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, kelelahan setelah pertarungan sebelumnya, dan kini dihadapkan dengan musuh yang

lebih banyak dan lebih kuat. Namun, menyerah bukanlah pilihan. Tidak.. selama Rina masih membutuhkan perlindungan mereka.

“Dengarkan, kami tidak ingin berkelahi. Kami hanya ingin membawa Rina pulang ke tempat yang aman. Jika kalian menghalangi kami, kalian juga akan menjadi musuh kami,” ucap Harry dengan suara tegas dan lugas.

Namun, kata-kata hanya menjadi angin lalu bagi para penyerang yang haus darah. Mereka menyerbu seperti serigala kelaparan, jurus-jurus mematikan mengarah ke arah Harry dan Larasati. Gudang tua itu berubah menjadi arena pertarungan yang penuh amarah.

Harry, dengan amarah yang membara karena keberanian mereka menantang dan membahayakan Rina, dia menggunakan energi murni-nya. Sebuah ledakan energi keemasan terpancar dari tubuhnya, menghantam para

penyerang seperti gelombang kejut yang tak terlihat.

Beberapa di antara mereka terlempar ke belakang, menghantam dinding gudang dengan suara tulang yang retak.

Larasati, bergerak dengan kecepatan dan keanggunan seekor harimau, menghindari serangan bertubi-tubi dengan mudah.

Setiap gerakannya diperhitungkan, setiap tendangan dan pukulannya menghantam titik vital dengan presisi mematikan, diperkuat oleh aliran energi  yang terfokus.

“Bughh!” Seorang penyerang menjerit kesakitan saat tendangan Larasati menghantam dadanya, energi Qi meremukkan tulang rusuknya. Dia roboh ke tanah, terengah-engah dan tak berdaya.

“Kalian tidak akan menang!” teriak salah satu penyerang yang masih berdiri, wajahnya merah padam karena marah dan frustrasi. Dia mengarahkan senjatanya ke arah Harry, tapi sebelum sempat menarik pelatuk, sebuah bola energi  yang membara menghantam tangannya.

Senjata itu terpental jauh, dan penyerang itu menjerit kesakitan sambil memegangi tangannya yang terbakar. Rina hanya bisa menutup mata dan berdoa agar mereka semua selamat dari bencana ini.

Namun, kekuatan dan ketangguhan Harry dan Laras akhirnya memenangkan pertempuran itu. Para penyerang terpaksa mundur, beberapa di antara mereka terluka parah dan tidak dapat melanjutkan serangan.

Harry, Laras, dan Rina akhirnya berhasil meloloskan diri dari gudang dan keluar ke dunia luar yang terang benderang.  Mereka duduk bersama di bangku taman yang teduh, merasa lega dan bersyukur atas keselamatan yang mereka dapatkan.

Rina memandang Harry dan Laras dengan tatapan penuh rasa terima kasih "Terima kasih atas segala pengorbanan dan keberanian kalian untuk menyelamatkan nyawaku," ucap Rina sambil menangis haru.

Harry dan Laras hanya tersenyum sambil merangkul Rina erat. Mereka tahu bahwa ini mungkin belum  berakhir, tetapi mereka siap untuk ancaman baru yang mungkin akan datang di kemudian hari.

Untuk itu Harry sudah punya rencana sendiri, dia tidak mau terlalu melibatkan para kekasihnya.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!