Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Gak!!! Aku gak mau kamu pergi, Ica" gumam Hendra
Hendra segera merogoh HP-nya yang ada di dalam saku lalu berusaha menghubungi nomor istrinya, namun jangankan di angkat tersambung pun tidak. Sepertinya istrinya sudah memblokir akses kontaknya, itulah yang ada di pikiran Hendra.
Prang....
Hendra membanting HP-nya hingga retakan tercetak jelas di bagian layar HP, Hendra mengumpat dan menyalahkan semua kejadian ini gara-gara Loli. Bahkan Hendra terus menyebut Loli sebagai wanita jalang, yang tak tahu malu ingin mendapatkannya.
"Apa dia pikir setelah Ica pergi dari hidupku, aku akan kembali padanya. Tentu saja tidak, aku ingin wanita baik-baik yang menjadi istriku dan juga ibu buat anak-anakku bukan wanita jalang seperti dia" ucap Hendra
Dirinya sama sekali tidak berkaca, kelebihan Hendra hanya wajah tampannya saat ini. Sebab setelah ini dirinya tak akan mendapatkan apapun, tak akan ada lagi harta yang di banggakannya tapi Hendra belum menyadari soal surat perjanjian pra-nikah mereka dulu.
Hendra berjalan ke arah pintu lalu hendak membukanya namun pintu dalam keadaan terkunci, ternyata bukan hanya Ica yang pergi tapi dirinya juga di suruh pergi meninggalkan rumah tersebut dan detik itu juga Hendra teringat akan surat perjanjian pra-nikah mereka.
"TIDAK!! Aku tidak mau ini terjadi, sudah kehilangan anak dan istri lalu aku harus kehilangan semua harta. Tidak akan aku biarkan itu terjadi, akan aku pastikan bukan hanya harta yang kembali tapi Ica dan anak-anakku juga. Jika cara halus tidak berhasil, cara kasar pun akan aku gunakan yang penting mereka bisa kembali"
Hendra berusaha mencari Ica, dirinya menyusuri jalanan yang padat karena memang sedang di waktu sibuk. Hendra pria tak tahu diri, sudah celup sana sini tetapi tidak mau berpisah dengan istrinya dan tetap menginginkan seorang istri yang baik sedangkan dirinya seperti seorang bajingan.
Hendra terus saja melajukan mobil berusaha mencari istri dan anak-anaknya, dirinya benar-benar tidak mau kehilangan keluarga kecil yang selama ini melengkapi kebahagiaannya. Keluarga kecil yang kebahagiaannya telah di rusak, oleh dirinya sendiri.
"Ica kamu ke mana sih, sayang? Aku khawatir nih"
Hendra mulai resah karena tak kunjung menemukan istrinya padahal hari sudah beranjak siang, apalagi Hendra tau selama membina rumah tangga delapan tahun Ica jarang pergi sendirian ke kalau tidak bersamanya. Ini tempat lahirnya, tentu sangat asing bagi Ica seorang pendatang.
Krok....Krok
Hendra sampai lupa belum mengisi perutnya hingga mengeluarkan bunyi, Hendra menggerutu mendengar bunyi perutnya. Tapi dirinya sadar harus mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum lanjut mencari istrinya, karena dirinya tak mau juga sampai sakit jadi tak bisa mencari istrinya.
Akhirnya Hendra melajukan mobil milik mamanya perlahan untuk mencari warung makan, setelah dirinya menemukan warung yang menurutnya pas untuk mengisi perutnya yang sudah terasa sangat lapar Hendra menghentikan mobil yang di kendarai di depan warung makan.
Ketika masuk ke dalam warung tersebut, Hendra langsung memesan menu makanan pilihannya beserta es jeruk. Setelah pesanannya datang dan di letakkan di atas meja yang ada di hadapannya, Hendra segera menyantap makanan itu dengan sangat lahap dan nikmat.
Selesai makan Hendra ingin melanjutkan pencariannya, Hendra beranjak dari tempat duduknya dan tak lupa membayar makanan yang telah di makannya lalu keluar dari warung makan dan melangkah ke arah mobil yang terparkir di depan warung tersebut.
Hendra mulai melajukan mobil yang di kendarainya, dirinya tak tahu harus ke arah mana. Hendra kembali menyusuri jalan raya sembari menoleh ke tepian jalan raya, berharapan menemukan istri dan juga anak-anaknya yaitu Mentari dan Senja.
Drrtt.....Drrtt.....
Ketika Hendra fokus mencari keberadaan istrinya, tiba-tiba saja HP-nya yang berada di dalam saku kemejanya berdering. Ada panggilan masuk, Hendra pun segera menepikan mobil yang di kendarainya dan berhenti di pinggir jalan. Begitu di lihatnya, nama mamanya yang terpampang.
"Hallo, Ma" ucap Hendra ketika sambungan telepon tersambung
"Hendra, kamu di mana sih? Kok gak balik-balik, Mama mau pulang nih" ucap Mamanya Hendra
Sedari tadi dirinya merasa kesal karena Hendra tak kunjung kembali, wajar sama Mamanya Hendra merasa kesal. Soalnya dirinya di buat wara-wiri untuk mengurus proses rawat inap wanita yang telah di sakiti anaknya, bahkan wanita itu dalam keadaan hamil.
"Mama disitu dulu, ya. Hendra lagi nyari keberadaan Ica, Ma" ujar Hendra yang di sambut oleh mamanya dengan decakan kesal.
"Ngapain sih kamu nyariin dia? Apa keunggulan dia coba? Kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh sempurna di bandingkan dia, soal anak? Kamu bisa mendapatkan dari wanita lain, Hendra" sentak Mamanya Hendra
"Ma, masalahnya ini tidak sesimpel itu. Kalau Hendra sampai kehilangan Ica, Hendra juga akan kehilangan anak dan juga seluruh harta Hendra"
"Loh, kok bisa?" tanya Mamanya Hendra terkejut
"Panjang ceritanya, Ma. Pokoknya Mama disitu dulu, tungguin wanita itu. Hendra mau cari keberadaan Ica dan anak-anak Hendra, apa Mama mau Hendra udah jadi duda miskin pula?"
"Iya janganlah, Hendra. Ya sudah sana, jangan lama-lama Mama ada acara jam empat sama teman-teman arisan Mama" jawab Mamanya Hendra
"Iya, Ma"
Panggilan pun di putuskan, setelah itu Hendra kembali menyimpan HP-nya ke dalam saku kemejanya. Kemudian Hendra melajukan kembali mobil yang di kendarainya, entah ke arah Hendra harus mencari keberadaan istrinya. Jarum jam terus berputar, hingga tak terasa hari semakin sore.
Bahkan jarum jam sudah menunjukan pukul empat sore dan sesore itu Hendra tak kunjung menemukan keberadaan istrinya dan anak-anaknya, Hendra memilih berhenti sejenak untuk beristirahat. Ketika dirinya terduduk posisi bersandar, tiba-tiba dirinya ingat dengan sahabat istrinya.
"Tadi pagi kan Anita datang bawa Mentari dan Senja, apa jangan-jangan Ica ada di rumahnya ya" tebak Hendra
Tebakan Hendra semakin di perkuat ketika dirinya mengingat tidak ada lagi teman istrinya disini selain Anita, meski baru beberapa menit istirahat Hendra memilih untuk bergegas melajukan mobilnya menuju rumah Anita. Ingin sekali dirinya menelepon Anita, tapi dirinya tak punya nomornya.
Setengah jam kemudian, akhirnya mobil yang dikendarai Hendra sampai di sebuah pagar menjulang tinggi berwarna hitam. Pagar yang mengeliling rumah berlantai dua yang begitu megah, Hendra mematikan mesin mobilnya lalu turun dan mengetuk pagar tersebut.
"Maaf, dengan siapa ya?" tanya Pria yang memakai seragam ciri khas petugas keamanan
"Bu Anita ada? Saya Hendra, suami Ica sahabatnya Bu Anita"
"Beliau belum pulang, Pak" jawab Petugas keamanan itu