Kiss Me

Setelah Arsen lolos menerobos dinding kesucian Anya, Anya tetap meneteskan air matanya walau Arsen sudah menggerakan pinggulnya agar Anya menikmati sesi bercinta itu.

“Kenapa nangis, mm?” Tanya Arsen sambil menghentikan pinggulnya yang tadi bergerak, dia menyeka air matanya yang ada di sudut mata istrinya. “Apa masih sakit?” Tanya Arsen lagi untuk memastikan.

Anya menggelengkan kepalanya pelan, ia menyeka air matanya sambil menarik ingusnya kembali.

“Kak Arsen udah perawanin aku.” Lirihnya.

“Iya, terus Anya kesal sampai nangis gitu?” Tanya Arsen, padahal kepalanya sudah mulai nyeri tubuhnya sudah tidak tahan ingin menghentakan kuat hingga menusuk ke bagian paling dalam. Namun Arsen masih berusaha menahannya untuk memastikan jika wanitanya tidak kesakitan.

“Biasanya orang bilang cinta dulu baru bercinta, tapi Kak Arsen engga. Apa kak Arsen gak suka sama aku?” Tanya Anya sambil terisak lagi, Anya terus memikirkan hal itu sejak tadi, dia takut jika hanya dirinya yang menyukai pria yang ada di atas tubuhnya.

Seketika Arsen menahan rasa kesalnya, rahangnya mulai mengerak karena sudah tak tahan.

“Anya, apa kamu lebih suka mendengar ungkapan cinta ketimbang bukti?” Tanya Arsen berusaha tersenyum dan bersikap manis walau sejujurnya ia ingin menjitak wanitanya itu karena sudah menghentikan aktifitas yang harusnya tidak di jeda ini.

“Dua-duanya, jawab Anya sambil menatap sendu wajah Arsen dengan mata sembab dan hidung merahnya.

Seketika Arsen menghentakan pinggulnya kuat, hingga Anya mendongakan tubuhnya dengan lenguhan yang panjang.

“Aaaahhh\~”

Arsen mulai kembali menggerakan pinggulnya maju mundur denagn ritme yang cukup kuat dan cepat, hingga wanita yang ada di depannya meracau tidak jelas dan menggeliat kenikmatan.

“Aku mencintaimu Anya, jadi jangan tanyakan lagi perasaanku mulai sekarang rasakan kasih sayangku.” Ujarnya lalu menarik tengkuk leher Anya dan mencium bibir ranum itu.

“Sshhtt, ah!” Arsen bahkan sampai melenguh nikmat di sela-sela ciuman itu.

Keduanya sama-sama di buat melayang, wajah Arsen tenggelam di atas dada wanita itu. Mulut rakusnya terus menghisap kuat bahkan sesekali menenggelamkan wajahnya dengan gemas pada benda kenyal itu.

Sungguh Arsen baru menyadari di mana nikmat dunianya saat ini, tidak sia-sia ia sial beberapa kali setelah akhinya mendapatkan wanita yang lebih dari sekedar janda.

“Kenapa kamu menjepitku.” Racau Arsen saat miliknya di dalam sana terasa terjepit, Arsen di buat semakin menggila karena itu dia kembali menggentakan pinggulnya.

Tanganya turun kebawah untuk meremat kuat bokong sintal sang istri, lalu turun kebagian inti sensitive wanitanya.

Anya membelalak saat tangan Arsen menggesekan bagian titik sensitivenya, ia kembali mendongak dengan pikiran yang semakin kacau saat di baut terbang seperti ini.

“Aahhh— hentikan, Kak!! Sshhtt ah, ah—“ Anya menarik rambut Arsen yang terus menghisap rakus bagian pucuk dadanya yang berwarna pink itu.

Dengan sekali hentakan kuat, Arsen mengeluarkan cairan yang sejak tadi di tahannya. Tubuh Anya dan Arsen bergetar bersamaan, bahkan perut Anya ikut bergetar seiring denyutan milik Arsen yang ada di dalam inti tubuhnya.

“Euugghh!” Lenguh Arsen sambil mendongak meremat kedua paha Anya, dengan rahang mengeras.

Sementara Anya sudah berkali-kali melenguh kenikmatan, Anya pun tergulai lemas dengan satu tanganya kiri yang menyentuh lembut kepala Arsen.

“Sayang.” Panggil Arsen masih sibuk memainkan pucuk dada Anya dengan mulutnya, Anya memalingkan wajahnya sambil menutup matanya dengan lengan kanan.

Namun Arsen menariknya lalu menatap mata wanitanya, ia tersenyum sambil memainkan rambut istrinya.

“Kenapa wajah cantiknya di tutup.” Tanya Arsen, namun Anya kembali memalingkan wajahnya.

“Aku malu.” Ucap Anya.

“Malu? Kenapa? Aku udah tau seluk beluk tubuhmu kenapa malu?” Tanya Arsen. Anya segera memiringkan tubuhnya hingga membuat Arsen berada di belakangnya.

“Justru karena itu aku malu.” Jawab Anya lagi.

Arsen langsung memeluk Anya dari belakang, bibirnya menghujani pundak Anya dengan kecupan.

“Padahal tadi kamu, Ahh… ah… keenakan.” Sindir Arsen sambil memperagakan suara Anya.

Seketika Anya berbalik dan menutup muluk Arsen dengan kedua tanganya.

“Jangan seperti itu, aku malu.” Keluhnya, dwngan bibir mengerucut. Namun Arsen malah menjilat telapak tangan Anya hingga wanitanya itu melepaskan tangannya dari mulut Arsen dengan wajah merona.

“Mau ke mana?” Tanya Arsen saat Anya bangkit dari tidurnya, wanita itu nyaris terjatuh saat merasakan sakit di bagian inti tubuhnya.

Seketika Arsen bangkit dan mengangkat tubuh Anya.

“Kamu itu baru di perawani, kenapa gaya-gayaan mau jalan sendiri ke kamar mandi.” Ujar Arsen sambil mengangkat tubuh Anya ke kamar mandi.

“Jangan bicara seperti itu, aku malu dengernya. Itu terlalu vulgar Kak.” Keluh Anya lagi, karena setiap kali mengingat kejadian itu Anya merasa sangat malu.

Bagaimana mungkin ia menunjukan sisi anehnya di depan Arsen, sisi aneh yang baru dia ketahui jika dirinya bisa mengeluarkan suara-suara sevulgar itu.

Apalagi saat tubuhnya meminta lebih, sungguh Anya merasa sangat malu ia bahkan menutup wajahnya sendiri karena kini Arsen menatapnya sambil menertawakannya.

Arsen membantu Anya saat di kamar mandi walau Anya berkali-kali menolak, dan kini pria itu juga membantunya kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

“Kak aku gak punya baju.” Ucap Anya.

“Gak usah pake baju, nanti kita main lagi.” Ucapnya sambil memainkan ponselnya dan duduk di samping Anya.

Seketika Anya membelalak, Arsen pun menoleh saat sadar jika ucapannya mungkin akan membuat Anya kaget.

“Pilih baju mana saja yang kamu mau.” Ucap Arsen sambil meberikan ponsel miliknya ke Anya, dia sendiri merebahkan tubuhnya sambil mengelus-elus punggung Anya yang sedang tengkurep.

“Aku beli banyak gak apa-apa?” Tanya Anya sambil menoleh ke arah Arsen yang tidur di sampingnya. “Nanti aku ganti.”

Arsen melirik lalu menatap Anya. “Pilih saja, kenapa harus di ganti-ganti segala? Kamu kan istriku.” Ucap Arsen, seketika Anya terlihat senang.

Anya kira uang seratus juta yang Arsen kirim sudah termasuk uang makan Anya dan Arsen, juga termasuk keperluan baju, make up dan yang lainnya namun rupannya Anya jadi orang kaya sekarang pikirnya.

Ya walaupun kedua orang tuannya cukup kaya, tapi Anya tidak pernah di biasakan hidup boros dan berlebihan. Karena itulah Anya sangat senang saat emndapatkan uang sebanyak itu, Anya terkejut karena tiba-tiba Arsen mengecup pipinya.

Ponsel Arsen berbunyi, seketika kedua orang itu menatap ke layar ponsel.

“Bunda.” Ucap Anya lalu memberikannya ke suaminya. Anya hendak membalikan tubuhnya untuk memunggungi Arsen, namun pria itu menarik tubuhnya agar masuk ke dalam pelukannya dan menghedap kepadanya.

“Iya Bun.” Jawab Arsen.

“Kak, Kata Reyno Anya ikut ke Bali yah? Kalian pergi honeymoon kenapa gak bilang-bilang Bunda?” Tanya Bunda Alika langsung pada intinya, dia kesal karena anak dan menantunya tidak memberi tahu dirinya, kalau dia tau kan mereka bisa ikut juga pikirnya.

“Iya kami honeymoon, kalo bilang bunda nanti kalian ikut.” Jawabnya, seketika Bunda Alika menghela nafansya kasar, putra keduanya itu sangat tau isi hatinya pikirnya.

.

To be continued…