NovelToon NovelToon
Cinta Ceo Posesif

Cinta Ceo Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Time Travel / Persaingan Mafia
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Desfitri

**Karlina/Lina**: Seorang pekerja kantoran yang berdedikasi untuk ibunya yang sakit. Saat mengunjungi ibunya di rumah sakit, Karlina kecelakaan fatal dan meninggal. Rohnya kemudian bertransmigrasi ke tubuh Alia, yang dikenal sebagai Lia, di dalam buku novel romantis yang sedang populer. Karlina memiliki tekad kuat untuk mengubah alur cerita yang mengarah pada kisah tidak bahagia dalam novel tersebut.

**Alia/Lia**: Protagonis utama wanita, siswi SMA yang cerdas dan berbakat. Dia adalah target cinta dari Langit, pacarnya yang memanfaatkannya dan dari Dora, antagonis wanita yang iri padanya. Setelah diselamatkan dari penculikan oleh Levi, Lia jatuh cinta pada pandangan pertama. Perjalanan cintanya dengan Levi penuh dengan rintangan, termasuk pernikahan tidak bahagia dengan Keyla yang dipaksa oleh situasi.

**Levi Nata Samudra**: Protagonis pria, CEO muda yang cerdas dan posesif terhadap Lia. Dia adalah anak dari seorang pemimpin mafia luar negeri, Dafi, dan menemukan dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desfitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18

**Pagi di Apartemen Levi**

Lia bangun pagi itu di apartemen Levi, perasaan hangat mengingat bagaimana Levi menyelimutinya tadi malam. Dia berjalan ke dapur dan mulai membuat sarapan sambil sesekali melirik ke arah pintu kamar Levi.

Tak lama kemudian, Levi keluar dari kamar, rambutnya sedikit acak-acakan, tapi tetap terlihat mempesona dengan senyuman mengembang di wajahnya.

"Selamat pagi," sapanya sambil merentangkan tangan dan menguap kecil.

"Selamat pagi," jawab Lia sambil menyodorkan secangkir kopi. "Bagaimana tidurmu?"

"Lebih nyenyak dari biasanya," jawab Levi, menerima cangkir itu dan mencium aromanya. "Kamu?"

"Aku tidur nyenyak," kata Lia. "Mungkin karena tahu kamu akhirnya pulang dengan selamat."

Levi tersenyum, lalu duduk di meja makan, menyesap kopi. "Aku selalu pulang, Lia."

"Ya, tapi malam tadi terasa lebih berat. Aku tahu kamu sedang menangani sesuatu yang besar," kata Lia sambil menyajikan sarapan. "Bagaimana operasi kemarin?"

Levi menghela napas. "Berjalan lancar, tapi ada komplikasi yang perlu ditangani segera. Aku harus bertemu Ervin nanti."

"Apa aku bisa membantu?" tanya Lia, menatap Levi dengan serius.

"Kehadiranmu saja sudah sangat membantu," jawab Levi sambil menggenggam tangan Lia. "Tapi kamu sudah punya cukup tanggung jawab di kampus."

Lia tersenyum, lalu mengangguk. "Baiklah. Tapi kamu harus berjanji untuk tidak menanggung semuanya sendirian."

Levi mengangguk setuju. "Aku janji."

**Sore di Kampus Universitas Harapan**

Lia bertemu dengan Rina di kafetaria kampus setelah kelas selesai. Mereka berbicara sambil menikmati minuman mereka.

“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Levi?” tanya Rina, memiringkan kepalanya penasaran. “Dia tampaknya sangat protektif terhadapmu.”

“Ya, kami sangat dekat,” jawab Lia dengan senyum kecil. “Dia banyak membantuku dalam banyak hal.”

“Seperti apa?” desak Rina, matanya berkilat ingin tahu. “Maksudku, dia terlihat seperti tipe pria yang sangat sibuk.”

“Memang, tapi dia selalu meluangkan waktu untukku,” kata Lia sambil memainkan sedotan di gelasnya. “Dia mengajarkanku banyak hal tentang menghadapi tantangan hidup.”

“Sepertinya dia pria yang baik,” kata Rina, mengangguk setuju. “Kamu beruntung.”

“Ya, aku tahu,” jawab Lia, merasa hangat mendengar pujian itu. “Bagaimana denganmu? Ada seseorang yang spesial?”

Rina menggelengkan kepala dengan tawa. “Belum ada. Aku terlalu sibuk mengejar mimpi akademisku.”

Mereka tertawa bersama, dan percakapan berlanjut dengan topik ringan tentang kehidupan kampus dan rencana masa depan mereka.

**Malam di Markas Keluarga**

Di markas keluarga, Levi duduk bersama Ervin dan beberapa anggota mafia lainnya. Mereka mendiskusikan operasi selanjutnya dengan serius.

“Operasi di pelabuhan harus diselesaikan tanpa jejak,” kata Levi, matanya menatap peta operasional di meja. “Aku tidak ingin ada pihak berwenang yang mencium jejak kita.”

Ervin mengangguk. “Kami sudah mengatur semuanya. Pengiriman barang akan dilakukan pada tengah malam, dengan pengawasan ketat.”

“Pastikan semua berjalan sesuai rencana,” kata Levi. “Aku akan berada di lokasi untuk memastikan tidak ada kesalahan.”

Thomas, salah satu anggota mafia, menyela. “Ada laporan tentang aktivitas mencurigakan di daerah barat. Kita perlu memeriksa itu juga.”

Levi mengerutkan dahi. “Aktivitas apa?”

“Beberapa orang mencurigakan terlihat melakukan transaksi di sana,” kata Thomas. “Kami belum tahu siapa mereka.”

“Periksa dan laporkan kembali,” perintah Levi. “Kita harus tahu siapa yang bermain di wilayah kita.”

Setelah pertemuan selesai, Ervin mendekati Levi. “Kamu terlihat lelah, Levi. Semuanya baik-baik saja?”

Levi tersenyum tipis. “Hanya banyak yang harus diurus, baik di perusahaan maupun di sini.”

Ervin menepuk bahu Levi. “Ingat, kita ada di sini untuk mendukungmu. Jangan ragu untuk meminta bantuan.”

Levi mengangguk. “Terima kasih, Ervin. Aku akan ingat itu.”

**Kembali ke Apartemen**

Levi kembali ke apartemennya larut malam. Lia sedang menunggu di ruang tamu, wajahnya menunjukkan campuran kekhawatiran dan kebahagiaan saat melihat Levi.

“Bagaimana rapatnya?” tanya Lia, berdiri dan mendekati Levi.

“Cukup intens,” jawab Levi, melepas jasnya dan menggantungnya. “Ada banyak yang harus dilakukan.”

Lia menggenggam tangan Levi, menatapnya dengan penuh perhatian. “Kamu butuh istirahat. Ayo, kita makan malam dulu.”

Levi tersenyum lelah. “Kamu benar. Terima kasih, Lia.”

Mereka berjalan ke meja makan, dan mulai berbicara tentang hari mereka. Percakapan mereka mengalir dengan alami, menghilangkan sejenak kekhawatiran dan tekanan dari tanggung jawab yang mereka hadapi.

---

**Pagi di Apartemen Levi**

Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk melalui tirai di apartemen Levi. Lia sedang sibuk di dapur, menyiapkan sarapan, sementara Levi masih berada di kamar mandi, bersiap untuk hari yang sibuk.

Saat Levi keluar dari kamar mandi, Lia menoleh dengan senyum di wajahnya. "Sarapan hampir siap," katanya. "Aku buatkan telur dan roti bakar."

Levi berjalan mendekat, mencium aroma sarapan yang menggugah selera. "Sepertinya enak," katanya, mengambil kursi di meja makan.

Lia meletakkan piring di depannya dan duduk di seberangnya. "Aku pikir kamu butuh sarapan yang baik untuk menghadapi harimu."

Levi tersenyum dan mulai makan. "Terima kasih, Lia. Kamu benar, ini membantu memulai hari dengan baik."

Mereka berbicara tentang rencana masing-masing untuk hari itu. Lia akan menghadiri kelas di kampus, sementara Levi akan menghadapi serangkaian rapat di kantor dan pertemuan dengan Ervin di markas.

“Bagaimana kelasmu hari ini?” tanya Levi, mengangkat cangkir kopinya.

“Ada seminar tentang pengembangan teknologi,” jawab Lia. “Aku sangat menantikannya.”

Levi mengangguk. “Kedengarannya menarik. Aku berharap harimu berjalan lancar.”

“Terima kasih,” kata Lia. “Bagaimana denganmu? Ada sesuatu yang penting di kantor?”

Levi menghela napas. “Hanya beberapa rapat strategis. Tapi malam ini, aku harus memeriksa operasi di pelabuhan.”

Lia meraih tangan Levi. “Jaga dirimu. Jangan ambil risiko yang tidak perlu.”

Levi menggenggam tangan Lia, merasakan kehangatan dan perhatian di balik kata-katanya. “Aku akan berhati-hati.”

**Sore di Kantor Nata Samudra**

Di kantor, Levi memimpin rapat dengan tim eksekutifnya. Mereka sedang membahas strategi ekspansi perusahaan dan beberapa proyek besar yang akan diluncurkan.

“Penting bagi kita untuk memastikan bahwa semua proyek berjalan sesuai jadwal,” kata Levi, menatap peta proyek di layar. “Kita tidak bisa membiarkan ada penundaan.”

Salah satu eksekutif, Markus, mengangguk. “Tim kami sudah siap. Kami akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.”

“Bagus,” kata Levi. “Aku ingin laporan kemajuan setiap minggu.”

Setelah rapat selesai, Levi kembali ke kantornya dan menatap keluar jendela, berpikir tentang malam nanti. Tanggung jawab sebagai CEO dan pemimpin mafia semakin membebani pikirannya.

Teleponnya berdering, dan Levi mengangkatnya. “Halo?”

Di ujung telepon, suara Ervin terdengar tegas. “Levi, kami punya masalah. Informasi tentang operasi di pelabuhan bocor. Seseorang mungkin telah membocorkannya ke pihak berwenang.”

Wajah Levi mengeras. “Siapa yang bisa melakukan itu?”

“Kami belum tahu,” jawab Ervin. “Tapi kami sedang menyelidikinya. Kami harus bertindak cepat sebelum situasinya memburuk.”

Levi merasakan amarah membara di dadanya. “Pertemuan di markas dalam satu jam. Pastikan semua orang ada di sana.”

**Malam di Markas Keluarga**

Di markas, Levi berjalan cepat menuju ruang rapat, wajahnya penuh dengan tekad. Ervin dan beberapa anggota mafia lainnya sudah menunggu.

“Kita harus menemukan pengkhianat ini,” kata Levi, suaranya keras. “Jika informasi tentang operasi kita sampai ke pihak berwenang, itu akan menjadi bencana.”

Ervin mengangguk. “Kami sedang menyelidiki. Ada beberapa orang yang mencurigakan di dalam tim kita.”

Levi menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Pastikan semua informasi dijaga ketat. Dan periksa setiap anggota dengan cermat.”

Thomas, salah satu anggota mafia, berbicara. “Apa kita perlu membatalkan operasi di pelabuhan?”

Levi berpikir sejenak. “Tidak. Tapi kita akan mengubah rencana. Kita akan melakukan operasi di lokasi yang berbeda. Pastikan tidak ada yang tahu kecuali yang terlibat langsung.”

Semua anggota mengangguk setuju, dan Levi melanjutkan memberikan instruksi detail untuk operasi baru.

**Kembali ke Apartemen**

Levi pulang larut malam, wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam. Lia sedang duduk di sofa, membaca buku, ketika dia mendengar pintu terbuka.

“Bagaimana tadi malam?” tanya Lia, menatap Levi dengan khawatir.

“Cukup tegang,” jawab Levi, berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. “Ada masalah di operasi kita, tapi kita sudah menangani sementara.”

Lia berdiri dan mendekati Levi, menyentuh lengannya. “Kamu harus berhati-hati. Aku khawatir tentangmu.”

Levi merasakan kekhawatiran di suara Lia, dan dia menggenggam tangannya dengan lembut. “Aku tahu. Aku akan lebih berhati-hati.”

Lia menatapnya dengan penuh perhatian. “Aku di sini untukmu, Levi. Jangan ragu untuk berbagi.”

Levi menatap mata Lia dan merasakan ketenangan yang jarang dia rasakan. “Terima kasih, Lia. Dukunganmu berarti segalanya bagiku.”

Mereka berdiri di sana sejenak, saling memeluk, merasakan kehangatan dan dukungan satu sama lain di tengah tantangan yang semakin rumit.

---

Bersambung_-

1
Giuliana Antonella Gonzalez Abad
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
♥\†JOCY†/♥
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!