Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut
Dara bersama laki-laki itu melihat ke arah sumber suara yang memanggil nama Dara.
Mau apa lagi dia? Perasaan kalau tidak salah, dia baru saja pulang dua jam yang lalu. Batin Dara melihat Adam mendekat.
"Apa yang kau lakukan di luar jam seperti ini? Bukannya kau sedang hamil? Tidak baik wanita hamil di luar malam-malam," memegang lengan Dara kemudian melihat laki-laki itu sebentar. Dan langsung menarik lengan Dara sedikit kasar masuk ke dalam kamar.
Dara hamil? Siapa tadi? Apa itu suami Dara? Kapan dia menikah?. Batin Gibran.
Gibran adalah teman Dara, dari ia kecil lagi. Laki-laki itu juga sudah lama menaruh rasa pada Dara, tapi ia tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.
Gibran langsung pergi dari rumah Dara dengan perasaan yang di penuhi tanda tanya, ia memang tak tau jika Dara sudah menikah dan sedang hamil. Karena Gibran baru saja pulang dari luar negeri, karena ia kuliah di sana.
Di kamar.
Adam mencengkram lengan Dara. "Apa yang kau lakukan di luar malam-malam begini bersama seorang laki-laki? Kau berniat untuk menjual tubuhmu? Apa uang yang aku berikan padamu tidak cukup!!" Sentak Adam dengan bola mata yang memerah.
"Jangan sembarangan menuduh kamu, siapa juga yang mau menjual tubuh, aku hanya berbicara pada temanku karena dia datang berkunjung, apa itu juga di anggap sebagai menjual tubuh!" Dara juga ikut terpancing saat mendengar Adam mengatakan ia ingin menjual tubuhnya, seolah ia merasa laki-laki itu terlalu menganggapnya murahan.
"Kalau ia laki-laki itu adalah temanmu, kenapa dia mesti datang di malam hari! Dia bisa-kan datang ke sini jika siang! Tidak harus malam!" Suara Adam masih meninggi, mengeraskan cengkraman di lengan Dara sehingga membuat lengan wanita itu memerah.
Dara diam, tak ingin bertengkar lagi pada Adam yang nantinya akan membuat ibunya mendengar pertengkaran di antara mereka berdua.
Adam melepaskan cengkeramannya pada lengan Dara.
Wanita itu membalik badan, melangkah membaringkan dirinya di ranjang membelakangi Adam, sambil menjatuhkan air matanya. Berpikir jika laki-laki yang menjadi suaminya itu sangat arogan dan kasar.
Adam juga melangkah keluar kamar berjalan ke mobilnya. Tiba di mobil ia mengambil sesuatu, dan menghembus nafas kasar, ada penyesalan dari lubuk hatinya telah menyakiti Dara yang sedang hamil.
Dara mengira jika Adam sudah pergi. Tak berapa lama laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan membawa sesuatu.
Mendekati Dara. Menarik pelan lengan wanita itu, dan mengusap obat oles pada lebam akibat perbuatannya di lengan Dara. Tenyata tadi ia ke mobil hanya ingin mengambil obat oles.
"Maaf," kata Adam meminta maaf, tapi tanpa ekspresi. Ia tak menyadari, jika ini pertama kali ia mengeluarkan kalimat itu, hanya untuk gadis yang telah ia sakiti barusan.
Dara hanya diam, tak mengatakan apapun, saat mendengar Adam meminta maaf padanya.
"Kau berhenti saja bekerja di Mension Papi, kau sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu padamu," kata Adam melepas lengan Dara yang sudah ia obati.
"Lain kali saja, aku masih membutuhkan pekerjaan itu," jawab Dara kembali membelakangi Adam.
"Kenapa kau keras kepala sekali?"
"Aku membutuhkan biaya untuk hidupku kedepannya, pernikahan ini hanya sementara, aku tidak mau mengambil keputusan yang akan merugikan diriku sendiri," ujar Dara. Karena ia masih mengingat surat perjanjian yang mereka berdua sepakati.
Adam terdiam mendengar ucapan Dara. Benar, dia sendiri yang membuat perjanjian tersebut. Kenapa ia bisa melupakan akan hal itu.
,,,
Keesokan harinya.
Tampak Anim yang sedang berada di sebuah hotel, menutup mulutnya karena shock, bagaimana tidak, ia terbangun dan melihat keadaannya yang tidur bersama seorag laki-laki asing tak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya.
Ia juga melihat bercak darah di kasur, yang tandanya ia sudah menyerahkan keperawanannya pada laki-laki lain, di mana yang seharusnya ia serahkan pada suaminya saja.
Ia mulai menangis ketakutan, berpikir bagaimana jika Adam mengetahui apa yang ia lakukan, sedangkan ia masih sangat mencintai suaminya, meski ia sering marah-marah.
Tangisan Anim membuat laki-laki yang tertidur pulas itu, terbangun dari tidurnya.