“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Delapan belas
Setelah Aldo sudah duduk kembali di dalam Mobilnya, dia pun langsung berinisiatif memasangkan sabuk pengaman untuk gadis itu, saat melihat Ana yang sama sekali belum memakai sabuk pengaman.
"Kakak ingin apa?" Ana sudah khawatir saat mendapati pria itu tiba-tiba mendekat ke arahnya.
"Tenanglah! aku hanya ingin membantumu memakaikan sabuk pengaman," Ujar Aldo menjelaskan.
"Tuhan, aku benar-benar kehilangan muka, bagaimana bisa otakku berfikir yang tidak-tidak tadinya." Wajah Ana langsung memerah karena sempat salah paham terhadap pria itu.
Sementara Aldo hanya bisa tersenyum lebar saat melihat expresi gadis itu, lalu melajukan mobilnya kembali. Sedangkan Ana, kini sudah sibuk terhanyut akan kejadian-kejadian memalukan itu kembali.
"Ana, kenapa kau hanya berjalan kaki ke sekolah?" Ujar Aldo membuka percakapan, seraya melirik sekilas ke arah gadis itu lalu memfokuskan matanya kembali ke arah depan.
"Ah maaf, kakak bilang apa tadi?"
"Kenapa kau berangkat ke sekolah hanya dengan berjalan kaki?"
Dengan sabar Aldo kembali mengulangi pertanyaannya, walau sebenarnya dia tahu betul, kalau gadis itu tadinya hanya sibuk melamun.
Ini pertama kalinya dia bersikap sabar terhadap seorang perempuan.
"Ohh, biasanya Ana naik Bus kok kak, tapi berhubung ini sudah siang, jadi Ana terpaksa hanya berjalan kaki sementara, sambil menunggu adanya taxi lewat," Ujar Ana menjelaskan.
Setelah itu keduanya pun hening kembali.
Di sekolah.
Semua Anak perempuan yang saat itu kebetulan duduk di taman maupun yang tengah berjalan kaki di sana, langsung memfokuskan pandangannya ke arah satu titik, saat melihat mobil pria tertampan di sekolahnya itu sudah tiba.
"Sudahlah kak, kakak tak perlu repot-repot seperti ini pada Ana, Ana kan bisa membuka pintu mobilnya sendiri."
Ana benar-benar tak nyaman karena pria itu sampai repot-repot mau membukakan pintu mobilnya dari luar.
"Tak apa, aku tak keberatan melakukannya." Ujar Aldo menenangkan saat melihat expresi gadis itu.
Setelah itu keduanya pun langsung jalan beriringan, ke arah kelas mereka.
"******! takku sangka wanita bertampang polos sepertinya sampai bisa mendekati kak Aldo," Ujar salah satu dari para gadis itu.
"Ya, aku yakin sekali, kalau dia pasti sudah melakukan trik kotor, agar bisa dekat dengan kak Aldo," Sahut yang lainnya seraya menatap penuh kebencian ke arah Ana.
Dan ada pula dari sebagian mereka yang bisa menerima itu semua, karena kenyataannya Ana adalah seorang gadis cantik, jadi tak heran kalau Ana bisa dekat dengan pria seperti Aldo.
"Karena tugasku sudah selesai mengantarkanmu ke sini, maka, aku akan kembali ke kelasku sekarang!" Pamit Aldo, saat mereka sudah tiba di depan kelasnya Ana.
"Oh ya, terima kasih kak, karena sudah memberikan Ana tumpangan."
"Kau tak usah sesungkan itu, mulai sekarang, aku akan menjemput dan juga mengantarmu ke sekolah setiap hari," Jawab Aldo seraya tersenyum lebar.
"Tak perlu repot-repot kak, Ana tak punya uang untuk menggaji kakak," Tolak Ana halus.
"Hahahaaaaa, kau berbicara apa? aku tak menginginkan uangmu, aku ikhlas melakukannya." Aldo langsung tersenyum lebar saat mendengar ucapan gadis itu yang menurutnya begitu konyol, tangannya sudah mengacak-ngacak rambutnya karena gemas.
"Baiklah, karena kakak sudah bilang begitu, jadi, Ana tak akan keberatan menerimanya," Sahut Ana akhirnya. Setelah itu dia pun langsung masuk ke dalam kelasnya.
Setelah Aldo melihat Ana sudah duduknya di bangkunya, barulah dia bergegas pergi ke arah kelasnya yang persis bersebelahan dengan kelas gadis itu.