Kiara, adalah gadis sebatang kara. Dia bekerja sebagai Pramusaji di sebuah restauran ternama. Dia bekerja banting tulang untuk melunasi hutang ayahnya seorang bandar judi yang telah di tipu dan terlilit utang. Ibunya sakit-sakitan. Ketika seorang istri CEO perusahaan mengajaknya kerja sama. Yaitu menikah dengan Suaminya Agam, karena Dia Mandul. Dan Kiara akan mendapatkan uang, berapa pun Dia mau, asal bisa melahirkan anak laki-laki pewaris perusahaan Agam. Usia mereka yang terpaut 20 tahun itu membuat Kiara ragu. Namun Dia yang slalu mendapat teror dari bandar Narkoba lainnya pun tak bisa lagi menolak takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nana shin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik
Agam pun tersenyum, entah apa yang dirasakan Agam sekarang, yang jelas, dia sangat bahagia. Kemudian dia pun membiarkan Kiara tetap memeluknya. Agam kembali menutup matanya dan membiarkan Kiara memeluknya, dia tidak ingin membangunkan Kiara yang terlihat tertidur pulas.
Dia pun berandai-andai, andai saja wanita yang di sampingnya ini melahirkan anaknya mungkinkah Agam bisa adil terhadap Clara, sedangkan saat ini saja sepertinya dia berharap banyak pada wanita yang ada di sampingnya tersebut, saat Agam asik dengan pikirannya tiba-tiba pelukan di atas tubuhnya mulai mengendor, dan tangan Kiara pun sudah ditariknya dari tubuhnya.
"Mengapa aku sangat nekat? Untung saja Tuan Agam belum bangun," lirih Kiara.
Sedangkan Agam yang mendengarnya pun tersenyum geli, di dalam hati. Perlahan Kiara pun duduk dan ingin pergi ke kamar mandi, saat Kiara sudah berdiri di lantai dan berjalan menuju kamar mandi, Agam pun membuka sedikit matanya mengintip dan menatap tubuh sang istri yang berjalan menjauh dari ranjang tersebut.
"Mengapa aku sangat senang ya, saat berdekatan dengannya?" batin Agam.
Sekarang dia benar-benar ada perasaan yang kini timbul di dalam hatinya, dan dia tidak bisa memendam rasa itu begitu saja.
Sementara Kiara yang ada di dalam kamar mandi pun berendam dalam Bathub dan berbaring sambil membayangkan hal yang indah-indah tentang pernikahannya dengan Agam.
"Aaaaah, kenapa sih pikiranku ini? Aku tidak boleh jatuh cinta padanya, karena mereka hanya memerlukan rahimku untuk mendapatkan anak," gumam kecil Kiara.
Namun semakin dia membayangkan wajah Agam yang terlihat tampan di matanya, semakin dia ingin memiliki lelaki itu.
"Tapi apakah aku bisa menaklukkan hatinya Agam? Apakah kami bisa melalui malam malam untuk mendapatkan seorang anak tanpa cinta?" lirihnya lagi.
"Mungkin aku harus pergi sebwlum aku memulainya?" gumamnya lagi.
"Tapi ...? Nyonya Clara pasti tidak akan membiarkan ku pergi. Kalau aku belum memiliki anak dari Tuan Agam, akan tetapi semakin lama aku bersama Tuan Agam, mungkin semakin sulit bagiku untuk pergi darinya, Ya Tuhan ...," keluh Kiara.
Kiara merasa sudah terlalu lama di kamar mandi, akhirnya Kiara menyelesaikan mandinya dan keluar dengan menggunakan pakaian lengkap. Sementara Agam tampak sudah duduk di sisi ranjang.
"Kiara, kau sudah selesai?" tanya Agam.
"Iya Tuan, eh Bang, ya Aku sudah selesai," ucapnya.
Akhirnya Agam pun pergi ke kamar mandi dan menyelesaikan mandinya dengan cepat, selesai mandi Agam pun mengajak Kiara makan pagi.
"Kiara, hari ini mau jalan-jalan ke mana?" tanya Agam pada Kiara.
"Itu terserah Abang saja, aku hanya mengikuti kok," ucap Kiara.
"Baiklah kalau begitu, kita akan mencari tempat yang jauh lebih lebih hangat daripada Taman Hiburan kemarin," ucapnya.
"Ya Tuan, aku hanya mengikuti Tuan saja," ucapnya.
"Kok Tuan lagi?" protes Agam.
Akhirnya mereka pun pergi bersama, terlihat kini agama lebih romantis dari hari sebelumnya, tampak Agam berjalan di sisi Kiara, walaupun tidak bergandengan tangan, sepanjang jalan, Agam tampak mensejajari langkah Kiara yang mungil, sementara Kiara tidak menyadari itu, dia hanya menatap jalanan yang terlihat ramai oleh pengunjung Taman Hiburan tersebut.
Saat berjalan di tempat wisata, tiba-tiba salju yang melekat pada daun daun pohon jatuh tepat mengenai kepala Kiara.
Bruk
"Aduh."
Seketika Kiara pun terjatuh dan berdarah di jidad nya karena terkena pecahan salju itu.
"Kiara," pekik Agam seraya langsung memeluk Kiara dan mengelus darah yang ada di jidad Kiara.
Agam panik karena melihat darah yang begitu banyak.
"Tolong istri saya, tolong!" teriaknya.
Sementara Kiara yang tampak kaget pun semakin kaget saat mendengar Agam mengakuinya sebagai istrinya. Kiara merasa bahagia dan tersenyum di dalam hatinya.
Orang-orang yang ada di dekat situ pun mendekati Agam dan Kiara. Dan kebetulan salah seorang dari mereka juga seorang perawat sebuah Klinik.
"Tuan, tidak apa-apa, ini hanya luka ringan kok," ucap wanita itu.
"Luka ringan bagaimana Nona? lihatlah darah yang terus mengalir ini! apa kau buta!" ketus Agam.
"Sini biar aku periksa!" ucap wanita itu.
Agam tidak tau, kalau wanita yang di marahi nya itu adalah seorang perawat klinik.
Perawat itu pun memeriksa luka Kiara, dan membuka tasnya untuk mengambil kapas dan plester yang slalu dia bawa. Karena dia tau, kadang ada orang mendadak kecelakaan dan meminta bantuan. Jadi ke mana pun dia pergi, peralatan sederhana itu slalu di bawanya.
"Nah, sudah beres, darahnya tidak akan keluar lagi," ucapnya.
Agam pun heran sesaat, karena melihat wanita itu mempunyai peralatan dokter.
"Apa kau dokter?" tanya Agam.
"Bukan, aku hanya perawat biasa," ucapnya.
"Terima kasih Nona, maaf," ucap Agam merasa malu, karena tadi sempat bersuara tinggi pada wanita yang menolong Kiara tersebut.
"Tidak apa-apa Tuan, sudah biasa kau panik, karena orang yang kau cintai terluka."
Agam pun merasa aneh dengan kata-kata perawat yang sok tau itu," wanita yang dicintai?" lirih hati Agam.
"i_iya," sahut Agam merasa grogi, karena Kiara mentapnya.
"Apa benar Tuan Agam mencintaiku?" lirih hati Kiara.
Bersambung...
ayo kak mampir lagi ke tempatku yuukkk 😅