Ketika seorang gadis yang hidupnya hanya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya, tapi hati gadis itu ditakdirkan untuk mencintai pembunuh keluarganya. Akankah gadis itu memilih memaafkan pembunuh keluarganya atau terus pada tujuan utamanya yaitu balas dendam? Ikuti keseruannya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Ke Rooftop kuy, bikin video tiktok. Paling juga gak ada pelajaran karena spanduk yang kita pasang tadi." ajak Gibran.
Zylva mengangguk membuat Gibran kegirangan. Karena sepupunya yang satu ini sangat sulit buat di ajak berjoget di depan kamera. "Gapapalah sekali-kali." batin Zylva. Untuk merayakan kena mentalnya Lucy hari ini pikirnya.
Ya. Spanduk tersebut dipasang oleh Zylva, Gibran, Matthew, Varrel, dan Reygan tadi sebelum matahari terbit. Bukan hanya itu. Video Lucy yang sedang melakukan kegiatan itu juga di sebar oleh Zylva ke forum sekolah. Disusul bukti-bukti atas fotonya kemarin yang di edit oleh Lucy.
Disisi lain, tanpa sepengetahuan Zylva dan Gibran ternyata Raka melihat mereka berpelukan. Ingatannya langsung melayang kepada cowok yang memukuli dirinya tempo hari. "Dia... pacarnya?" gumam Raka bertanya. Raka yakin sekali cowok itu yang berhasil mengalahkan dirinya dan dua sahabatnya sekaligusm
"Raka!" panggil Gilang. Raut wajah sahabatnya itu terlihat sangat panik.
"Apa?"
"Bokap, bokap Lo di depan." ucapnya dengan napas yang tersengal-sengal.
Raka langsung berlari ke depan sekolah untuk menghampiri papanya. Dia sudah menebak hal itu. Papanya tersebut pasti akan melindungi Lucy apapun yang terjadi karena gadis itu adalah anak dari sekutunya.
"Papa!"
"Anak sialan! Bagaimana bisa kau tidak becus hanya untuk melindungi tunanganmu sendiri?!" bentak papanya.
Raka hanya menunduk. Cowok itu tidak berani membantah perkataan papanya. Tanpa benteng sosok papa, dirinya bukanlah apa-apa. Dia adalah orang yang lemah dia hanya bisa menurut perintah papanya. Setelah semua itu, dia masih harus menerima hukuman yang mengerikan jika sampai terluka.
"Om, Gilang mohon tenang om." ucap Gilang yang sejak tadi berusaha menenangkan Frans papanya Raka agar tidak mengamuk.
"Tidak bisa! Anak ini selalu saja membuat kesalahan." Frans berjalan menghampiri Raka dan mencengkeram pergelangan tangan putranya tersebut. "Daffi, Gilang. Temani Lucy." ucap Frans kemudian pergi dari sana membawa Raka.
Daffi dan Gilang saling menatap. "Lo mau nemenin dia?" tanya Gilang.
"Ogah!" cetus Daffi kemudian pergi dari sana.
"Ya sama." sahut Gilang kemudian mengikuti kemana perginya Daffi.
Lucy menatap semuanya dengan tatapan penuh kebencian. Disaat seperti ini semua malah meninggalkan dirinya. Daffi dan Gilang yang dahulu selalu menjaganya bersama Raka bahkan juga ikut pergi.
"Nggak, ini belum selesai. Gue bakal balas perbuatan Lo Zylvanca Jjoxaviel Kayvara!" ucap gadis itu di dalam hatinya.
*
Kita lihat di mansion Varrel dan Matthew sedang memantau keadaan di sekolah menggunakan laptop. Sedangkan Reygan masih sibuk dengan tugas kuliahnya.
"Satu sudah selesai." ucap Matthew.
"Belum. Lo gak lihat tatapan cewek itu?" tanya Varrel membuat Matthew kembali memperhatikan Lucy.
"Biarin, gue yakin baby girl bisa ngatasin."
Varrel manggut-manggut setuju. Ya, memang benar dia tidak perlu khawatir. Apapun yang dilakukan Lucy untuk membalas perbuatan Zylva, adik sepupunya itu pasti akan membalas lagi dengan lebih kejam. Karena Zylva bukanlah sosok yang mudah di tindas. Sekarang yang menjadi perhatiannya bukan Lucy lagi. Melain Raka yang dibawa pergi oleh Frans.
"Ikuti kemana dia bawa si kampret." ucap Varrel.
Matthew hanya menurut. Cowok itu mengarahkan drone miliknya agar mengikuti mobil Frans. Raka di bawa ke sebuah hutan yang merupakan wilayah kekuasaan Mafia Dark Wolf. Perasaan Varrel sudah tidak enak sejak Frans membawa Raka pergi, dan ternyata benar. Di hutan tersebut Raka di gantung terbalik dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Setelah itu Frans dan istrinya bergantian mencambuk Raka.
"Oh Sh***!!" umpat Matthew melihat kekejaman tersebut. "Dia bisa mati!" ucapnya kemudian.
Matthew segera menelepon Zylva dan menyuruh adiknya tersebut untuk menyelamatkan Raka. Cowok itu tidak boleh mati ditangan orang lain. Cowok itu harus mati di tangan Zylva.
*
"Hm."
Setelah Raka memutuskan teleponnya. Zylva langsung mengambil jaket kulit berlambang bulan sabit dengan pedang menyilang yang ada di tas dan memakainya. Gadis itu mengucir rambutnya, memakai sarung tangan dengan lambang yang sama dan memakai topeng kacamata kebanggaannya tentunya masih dengan lambang yang sama juga..
"Mau kemana dengan pakaian kayak gini?" tanya Gibran heran.
"Si Kampret sekarat." ucap Zylva. Kemudian gadis itu loncat gedung sekolah dan turun melalui pipa air. Baginya terlalu lama jika harus menggunakan tangga. Sedangkan gedung sekolahnya ada tiga lantai.
Gibran hanya menggelengkan kepalanya. "Kalau ada yang sulit kenapa harus yang mudah ya guys ya." gumamnya melihat Zylva yang turun melalui pipa air.
*
Di keramaian jalanan kota Jakarta. Zylva melesat dengan cepat. Gadis itu mengemudikan motornya dengan sangat lihai. Menyalip pengendara-pengendara tanpa menggangu konsentrasi mereka. Namun ketika hampir sampai di tempat yang dituju. Empat pria berpakaian serba hitam mencegatnya. Di dada kiri mereka terdapat lambang serigala emas, ya itu adalah lambang Mafia Dark Wolf.
"Minggir!" perintah Zylva tanpa turun dari motornya.
"Queen Mafia The Blood Moon. Ada urusan apa anda kemari?" tanya salah satu dari mereka.
Zylva berdecak sebal. Gadis itu turun dari motor dan berkelahi dengan mereka. Hanya butuh waktu sebentar untuk mengalahkan mereka. Setelah semua tidak sadarkan diri, Zylva menyuntikkan obat penghilang ingatan kepada mereka berempat agar tidak bisa melapor kepada Frans dan Nadya. Kemudian gadis itu mengambil motornya lagi untuk pergi ke tempat Raka berada. Dia takut Raka tidak bisa diselamatkan. Karena pertarungan dia dan 4 lalat tadi memakan waktu cukup lama, 30 menit.
"Lo harus mati di tangan gue!" ucap Zylva.
Sesampainya disana Zylva kaget dengan kondisi Raka. Cowok itu masih di gantung terbalik. Seragam putihnya berubah menjadi merah karena terkena darah. Dan dengan mata yang sudah terpejam.
"Damn it!" Zylva langsung berlari dan menurunkan Raka dari sana.
"Bangun goblok! Cok!" bentak Zylva.
Tetapi Raka tidak juga bergeming. Zylva melihat sekelilingnya memastikan tidak ada orang lagi. Dan ya, memang tidak ada orang. 4 orang tadi adalah anggota mafia yang ditugaskan untuk menjaga hutan tersebut.
"Bangun su! Lo gak boleh mati!" benta Zylva lagi ditambah tamparan di pipi Raka. Gadis itu mengecek denyut nadi Raka. Hatinya lega ternyata cowok itu masih hidup.
Tanpa di duga Zylva, Raka membuka matanya sedikit. Dan mengatakan sesuatu. "Gue masih hidup." ucap dengan samar-samar.
Zylva melepaskan jaketnya dan memakaikannya kepada Raka untuk menutupi baju cowok itu yang berlumuran darah, jika tidak warga biasa yang tidak tahu menahu soal dunia mafia bisa histeris melihat kondisi Raka yang seperti itu. Setelah itu sebisanya Zylva memapah Raka untuk naik ke motornya. Dan membawanya ke rumah sakit pribadi keluarga Jjoxaviel.
...***...
...Bersambung......