Aku Tachibana Hinata. Aku baru saja pulang dari kampus setelah jam menunjukan pukul satu siang. Setelahnya aku diajak pergi oleh teman-temanku sebut saja salah satunya Yuzuha-chan. Kami berbelanja di pusat Akibahara sampai menjelang sore. Setelahnya kami berpisah disalah satu toko pakalan.
Ya, karena rumah kami yang berbeda arah. Aku memilih untuk berjalan keatah halte bus setelah tidak melihat
Yuzuha lagi di persimpangan jalan. Tapi entah kenapa hari ini aku memilih untuk jalan menelusuri gang gelap,
sebab itu sedikit memotong jalan kearah halte bus. Dan lebih sialnya lagi aku dihadang oleh beberapa berandalan kurang pendidikan. Aku mencoba untuk tidak peduli dan terus berjalan. Tapi apa daya salah satu dari mereka memegangi tanganku. Aku mencoba memberontak, dan itu sama sekali tidak berhasil. Mereka malah tambah gencar memegangiku. Bahkan salah
satu dari mereka mencoba menciumku.
Aku mulai berteriak minta tolong sekuat tenaga supaya setidaknya ada salah satu orang yang akan mendegar. Tapi para berandalan itu hanya tertawa dan mengatakan aku hanya sia-sia berteriak sebab gang ini jarang di lalui oleh orang-orang.
Aku hanya bisa mengerutu dalam hati. Sampai dimana aku mematung kaget saat salah satu dari orang yang memegangiku dihantam dengan sebuah botol kaca yang tepat mengenai kepala belakangnya.
Brak.
Berandalan tambun tersebut jatuh pingsan dengan mulut menganga. Aku sedikit ngeri melihatnya. Saat aku mendongkak aku bisa melihat seorang pria yang sepertinya tidak berbeda usia denganku atau lebih muda dariku? Lelaki itu memiliki surai pirang cerah dengan sepasang manik hitam mengkilat
Aku hanya bisa terpaku diam saat lelaki pirang itu mulai menghabisi para lelaki bajingan tersebut.
Dalam hati aku berujar kalau dia orang yang baik.
Kembali pada Takemichi yang sudah memukulkan botol kaca bekas minuman yang dia punggut tidak jauh dari
area. Tanpa pikir panjang Takemichi memukulkan pada kepala belakang lelaki tambun yang sedang memegang
seorang gadis.
Baiklah Takemichi, Kau menggali lubang kematianmu sendiri. Runtuk dalam hati.
Dia juga tidak habis pikir kenapa kakinya malah membawanya memasuki gang dan memilih untuk
menyelamatkan gadis bersurai coklat muda.
Baiklah salah satu dari mereka mulai marah. Dan memandangi dirinya dengan mata tajam. Takemichi tetap mempertahankan raut datarnya. Tidak takut dengan mereka sebab dirumahnya sudah banyak orang macam berandalan tidak tahu tempat seperti ini.
misterius
Kau siapa? Mau mencoba menjadi pahlawan kesiangan. Tukas ketus yang sepertinya ketua dari berandalan
Tersebut.
misterius
Tidak juga, Hanya saja aku merasa kasihan dengan kalian yang hanya berani dengan seorang gadis muda..."
misterius
Bukanya namanya itu sampah... Oh maafkan aku kalian kan memang sampah."
Para berandalan itu sudah mengepal tangan menahan amarah disertai urat yang timbul dileher mereka masing-masing. Jelas sangat terhina dengan celaan yang dilontarkan.
Ketua dari berandalan itu mulai memerintah anak buahnya untuk menghabisi Takemichi. Seorang pria dengan tatoo di lengannya mulai mencoba memukul wajah Takemichi tapi dengan mudah dihindari anak itu. Takemichi
membalas dengan menghantam lututnya pada perut berandalan itu.
misterius
Lemah."
misterius
SIALAN KAU!"
Tanpa otak. Mereka hanya bisa main serang saja
Pria plontos berhasil Takemichi pukul menggunakan botol kaca bekas tadi. Lalu meninju balik wajah yang
Karena di provokasi seperti itu, lelaki paling besar tersebut berlari kearah Takemichi dengan pipa besi ditanganya. Pria itu mulai mengayunkan pipa pada sisi wajah pemuda pirang. Takemichi menghindari dengan melompat kebelakang. Pria tambun kesal kembali mencoba memukul dengan pipa besi yang dengan gesit Takemichi hindari sampai dimana Takamichi melayangkan tendangan pada wajah pria tersebut sampai dia menjatuhkan pipa besinya. Melihat kesempatan tangan rampingnya mengambil benda yang tadi dipegang oleh berandalan tambun lalu memukulkan tepat pada selangkang ketua berandalan tersebut.
Entah kenapa baik Takemichi maupun gadis bernama Hinata itu merasa ada bunyi yang pecah. Baiklah masa depan ketua berandalan sudah hancur oleh pemuda yang bernama Takemichi.
Takemichi membuang pipa besi kesembarang arah lalu menarik tangan gadis yang sempat diganggu oleh para pria kurang ajar. Mereka berlari agak jauh supaya tidak di kejar. Merasa sudah aman Takemichi melepaskan genggamnya pada tangan gadis itu.
Takemichi sedikit bersyukur tidak pernah lari saat Kakucho dan Ran melatihnya bela diri. Kalau tidak dia tidak tahu akan seperti apa nasipnya tadi.
hanagaki takemichi
Kau baik-baik saja?"
???
"Aku baik-baik saja. Terimakasih telah menolongku... Etto.."
hanagaki takemichi
Panggil aku Michi saja
Tachibana Hinata
Terimakasih banyak, Michi-kun
Tachibana Hinata
"Aku Tachibana
Hinata, salam kenal,"
hanagaki takemichi
Salam kenal juga, Tachibana-san
Tachibana Hinata
Panggil aku Hinata saja."
hanagaki takemichi
Baiklah Hina
hanagaki takemichi
Ngomong-ngomong setelah ini kau akan kemana?"
Tachibana Hinata
Aku akan kehalte menunggu jemputan
hanagaki takemichi
Mau aku temani kesana?"
Tachibana Hinata
Tidak, tidak perlu. Haltenya dekat kok, sudah cukup aku merepotkanmu, Michi-kun."
hanagaki takemichi
Aku merasa tidak direpot-"
Dalam saku celana berbunyi. Tangannya dengan cepat melihat dan sudah banyak panggilan Sanzu masuk.
hanagaki takemichi
Dasar orang tidak sabaran
Tachibana Hinata
Michi-kun
hanagaki takemichi
Ah, maaf. Sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa lagi Hina.
Tangan tidak lupa senyuman cerah menyertai.
Disisi Hinata dia hanya diam terpaku melihat senyum lebar yang diperuntukan untuknya. Tiba-tiba pipi merasa panas dan jantungnya berdegup kencang.
Tachibana Hinata
Aduh... Ada apa denganku
Tin Tin
Tachibana Hinata
Naoto?"
Naoto
Nee-san kenapa melamun disana
Tachibana Hinata
Tidak....tidak apa-apa. Ayo kita pulang."
Naoto
Kenapa kau ada disana tadi? Bukanya nunggu di halte
Naoto
Aku sudah di halte tadi. Tapi tidak mandapati Nee-san disana....
Makanya aku susul, takut kau kenapa-napa."
Sang kakak hanya tertawa kaku, merasa ini salahnya. Tidak lama setelah dia kelabakan lagi mendengar turur
kata sang adik.
Naoto
Nee-san, apa kau sedang jatuh cinta?"
Tachibana Hinata
"He-heee... Ti-tidak siapa bilang?"
Naoto
Tidak, hanya saja sedari tadi pipimu bersemu merah terus. Ku kira Nee-san sedang jatuh cinta."
Hinata malah mendunduk semakin dalam, Merasa malu. Entahlah dia sendiri juga binggung dengan perasaanya
sendiri. Masa dia bisa langsung suka pada seseorang yanf baru dia temuin.
Tapi tetap saja, setiap kali mengingat senyum cerah pemuda bernama Michi tadi selalu membuatnya berdebar.
Tachibana Hinata
Apa yang aku pikirkan dasar bodoh."
Tachibana Hinata
Apa kau tidak ada pekerjaan setelah ini, Naoto."
Naoto
Tidak ada. Besok aku juga ngambil cuti.
Tachibana Hinata
Akhir-akhir ini kau sering lembur bahkan pulang pagi sekali. Apa terjadi
sesuatu?"
Naoto
Nee-san tidak usah khawatir aku baik-baik saja kok... Hanya
saja kasus yang aku tangani memang sedikit berat sekarang. Tangan kembali menarik tuas.
Tachibana Hinata
Memangnya kau mengambil kasus apa?*
Naoto
. "Kasus mengenal sindikat organisasi Bonten.
Tachibana Hinata
Bonten? Naoto bukanya itu berbahaya?"
Keluar dari bibir yang di poles lipstik warna sakura.
Naoto yang mendegar kecemasan sang kakak lantas memanjang tangan mengusap rambut coklat muda,
Naoto
Nee-san tidak perlu khawatir aku akan baik-baik saja."
Tachibana Hinata
Kau harus berhati-hati, mengerti?!"
Naoto
Aku mengerti, Nee-san"
1
Telusuri novel di internet
Group Pet Eldest Lady, She Just Wants To Be A Salted Fish
My Backyard is the Tang Dynasty
Pat Me Please
Ranger King of Azeroth
After Reincarnating, the Ice-Cold Prince Won’t Leave Me Alone
Life Simulation: Propose Marriage To Kushina Uzumaki at the Beginning of the Game
Natural Disaster Apocalypse
Longevity Begins with Marrying a Wife
Lord of Mysteries 2: Circle of Inevitability
After the Female Supporting Character Who Lost Favor Logged off, Her Ten Older Brothers Went Crazy