Dunia perkuliahan Wendelline Skylar sebagai mahasiswi fakultas kedokteran semakin runyam setelah kehadiran seorang dosen muda yang digembar-gemborkan memiliki visual tampan bak idola papan atas Korea Selatan.
Akankah Skylar mampu membalikkan realita seperti sediakala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skylar Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Apa aku berhenti kuliah saja ya, Pa?"
Papa Lucas memandangi wajah jelita anaknya setelah mendengar kalimat penuh keputusasaan itu dari sang gadis. Namun pria paruh baya itu lantas mengulas senyum lembut khas miliknya, membiarkan anak semata wayangnya itu menyampaikan keluh kesahnya selama menduduki bangku perkuliahan.
"Kenapa kamu berpikir begitu?" tanya Papa Lucas akhirnya.
Skylar menggeleng pelan. "bukan perkara mudah memisahkan urusan pribadi dengan pendidikan yang nyaris menjadi satu, Pa."
Papa Lucas mengangguk paham, mengusap puncak kepala Skylar dengan lembut. "Papa paham apa yang kamu maksud, nak. Papa mengerti semua itu gak mudah tapi apa gak sayang semua usaha kamu sejak dulu untuk jadi dokter pupus begitu saja hanya karena masalah perasaan? Papa gak melarang kamu mengambil keputusan itu namun Papa rasa kamu perlu pertimbangkan lagi keputusan besar seperti itu."
Skylar terhenyak mendengar rentetan kalimat panjang lebar dari Papanya, saksi hidup dari semua upaya jatuh bangunnya selama ini demi bisa berada di posisinya sekarang. Netra jernih milik Skylar nampak menerawang, mengenang bagaimana kerasnya ia belajar beberapa tahun yang lalu demi masuk fakultas kedokteran di perguruan tinggi paling bergengsi tersebut, masa dimana Skylar yang masih belia mengorbankan banyak waktu bermainnya demi cita-cita.
Gadis itu menghela napas, tercetak seulas senyum tipis di wajah jelita miliknya. "Papa benar, ada di posisi sekarang bukanlah perjalanan yang mudah."
"Sekarang lebih baik kita makan dulu, pikirkan semuanya dengan kepala dingin nanti," titah Papa Lucas, menggeser mangkuk bubur ayam milik Skylar yang sudah siap tersaji.
Kepulan asap tipis nampak menguar dari makanan mereka menandakan hidangan nikmat itu masih hangat. Aroma khas rempah yang dimasak sedemikian rupa terasa begitu membangkitkan selera makan sepasang Ayah dan anak itu.
Setidaknya, Skylar dapat melupakan kegundahan hatinya sejenak dengan menghabiskan waktu sarapan yang berharga dengan sang Papa.
...°°°...
"Gimana keadaan lu?"
Sang maha langit luas hari ini nampak begitu biru nan cerah penuh dengan deretan awan-awan kecil membuat cuaca sangat indah. Angin juga bertiup pelan amat bersahabat siap menyejukkan siapa saja yang berlalu di hadapannya tanpa terkecuali.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Skylar tak langsung menjawab. Gadis itu malah menggerakkan kakinya ke depan dan kebelakang guna menggoyangkan ayunan besi yang tengah ia duduki di taman belakang rumahnya menikmati indahnya sore hari ini.
Helaian rambut indah milik Skylar terlihat tersibak dengan amat lembut menampilkan wajah sempurna milik sang hawa yang sama anggunnya dengan keindahan angsa putih rupawan di tengah air danau yang tenang.
Sebuah pesona menakjubkan yang tak dapat ditolak oleh sang adam.
"Gue baik-baik saja," jawab sang gadis, menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga.
"Gue harap gue akan selalu baik-baik saja," tambah Skylar dengan senyuman samar membuat lawan bicaranya itu jadi bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi pada gadis cantik di hadapannya itu.
"Gue gak apa-apa, Mahen. Serius. Lu gak usah terlalu mengkhawatirkan gue begitu," tambah Skylar usai menangkap air muka Mahen yang terlihat begitu mencurigai dirinya.
Mahen bersedekap, memandang Skylar dengan mata memicing. "meskipun gue bukan anak psikologi tapi gue tahu kok kalau lu lagi berusaha menutupi sesuatu dari gue."
Skylar agaknya kaget dengan kepekaan Mahen yang diluar dugaan, gadis itu malah mengira kalau Mahen adalah tipikal laki-laki tumpul alias tidak peka jika dilihat dari penampilan luarnya.
Sungguh, Mahen hanya nampak seperti lelaki berotak encer kebanyakan yang lebih memilih cuek kepada keadaan sekitarnya.
Skylar tertawa renyah. "jangan-jangan lu ini cenayang ya?"
Mahen terkekeh geli. "lagian mana ada dukun seganteng gue di belahan dunia mana pun."
Tawa Skylar pecah, dia tidak menyangka kalau Mahen akan berkata dengan begitu percaya diri seperti ini. Skylar lupa kalau Mahen memang bisa mematik tawanya dengan cara yang tidak biasa, sungguh berbeda dengan kebanyakan laki-laki.
"Cenayang bukan berarti dukun, tahu!" elak Skylar kemudian, masih merasa geli dengan tingkat kepercayaan diri Mahen barusan.
"Dari pada cenayang gue sebenarnya lebih pingin jadi pemilik," ucap Mahen dengan senyuman penuh arti yang membuat Skylar jadi kepo.
"Pemilik apa memangnya?"
"Pemilik hatimu dong, ciatciat!"
Skylar langsung melayangkan tinjunya ke dada kanan Mahen, tidak begitu kuat tapi sanggup membuat pria itu sedikit terhuyung ke belakang.
"Idih najis," cibir Skylar sambil tertawa.
"Lah, gue serius tahu!"
Kali ini gantian Skylar yang tersenyum penuh arti. "gue gak akan percaya lagi sama ucapan laki-laki terlebih soal perasaan sebelum dia berani membawa gue menuju akad."
Sang gadis mengusap pelipisnya yang masih terbalut perban itu dengan begitu hati-hati.
"luka ini mengajari gue banyak hal, Hen. jadi gue harap kedepannya gue gak akan terluka lagi karena sebab yang sama karena itu benar-benar menyakitkan."
Mahen mengangguk paham. "iya, gue tahu apa yang lu alami sekarang bukanlah hal yang bisa dengan mudah lu lupain setelah sekian banyak momen yang lu lalui bersama penyebab luka itu."
"Walaupun menyakitkan gue masih bersyukur udah dipertemukan sama dia, Hen."
"Memangnya apa yang bikin lu berpikir gitu, Sky?"
"Terlepas dari kesalahan dia yang sudah menyakiti gue, dia juga orang yang mengajari gue banyak hal. Ada sisi lain dari dia yang cuma diketahui oleh gue dan mungkin segelintir orang terdekat dia yang gue ambil sebagai pelajaran pendewasaan."
Skylar mengalihkan atensinya pada Mahen yang kini duduk bersila beralaskan rumput di depannya. "lu jangan terlalu banyak berharap sama perempuan yang hatinya sudah pernah terluka."
Mahen tersenyum. "gue bakal selalu ingat hal itu, Sky. Gue harap lu selalu diberikan berbagai kebaikan oleh Tuhan."
"Amin, terima kasih ya, Mahen."
Lelaki berhoodie kelabu itu membenarkan letak kacamatanya, memusatkan perhatiannya pada sang hawa mengudarakan munajatnya kepada Tuhan dalam hati.
'aku harap Wendelline Skylar di hadapanku ini selalu engkau limpahkan dengan kebahagiaan, Tuhan.' doa Mahen dalam diamnya.
Ya, meskipun tanpa disadari oleh Skylar sebetulnya mereka satu sekolah saat masih sekolah menengah atas. Mahen sangat suka mengagumi Skylar diam-diam sejak saat itu karena prestasinya yang tidak main-main meskipun ia terkenal sebagai gadis yang sangat dingin. Pria itu bahkan rela melakukan banyak hal di balik layar saat itu agar Skylar sang gadis pujaannya selalu dapat belajar dengan tenang tanpa gangguan pria lain yang berusaha mencuri perhatian gadis itu.
Masa lalu yang begitu penuh warna itu masih ia simpan dengan rapat dalam ingatannya, enggan untuk berbagi dengan siapa pun meskipun kepada sang pemberi warna itu sendiri.
Tuhan pun tahu betapa Mahen menyayangi gadis di depannya, Wendelline Skylar dengan hati seluas samudera.
...°°°...