Pernikahan Rahasia

Tak lama Vania turun karena mang Udin sudah berada di bawah menunggunya, dengan pelan dan mencoba terlihat biasanya saja saat berjalan, Vania turun ke bawah dia masih merasakan nyeri di area sensitif nya karena permainan panas kemarin dengan Raka, rasanya Vania tidak bisa jalan tapi tidak mungkin bukan jika mang Udin melihat Vania jalan seperti orang sunat gini.

Sampai di bawah dia segera masuk ke dalam mobil dan mang Udin juga langsung menuju ke mansion utama karena yang Vania inginkan sekarang adalah pulang.

Sampai di mansion Vania langsung melihat mama Aida yang kebetulan sekali berada di ruang keluarga sendirian sambil menyesal kopinya.

"Loh sayang, mana Raka?" tanya mama Aida karena melihat mantu kesayangannya masuk sendirian.

"Tahu tuh ma, tadi ada panggilan dari rumah sakit terus Vania langsung di tinggal begitu aja," ucap Vania kesal tapi dia tak bisa berbuat banyak begitu lah nasib menikah dengan seorang dokter yang super sibuk.

"Astaga, kasihannya menantu cantik mama ini. Kamu harus ngerti ya sayang begini lah memang nasib istri dari seorang dokter. Mama dulu juga sama kayak kamu sering di tinggal ke rumah sakit kalau ada telepon, apa lagi ya papa mu itu dulu pernah kejadian saat mama udah mulai kontraksi waktu ngelahirin Raka eh malah papa mu milih operasi dan meninggalkan mama yang sudah kontraksi tapi untungnya sih waktu lahiran papa mu ada coba aja kalau sampek gak ada bisa mama penggal kepalanya," cerita mama Aida panjang lebar dan Vania yang hanya bisa mendengarkan cerita lucu itu.

"Bisa bisanya waktu buat aja semangatnya 45 tapi waktu mama ngelahirin malah gak dateng kan kurang ajar seumpama kalau begitu," lanjut mama Aida.

Mama Aida pun mulai menceritakan masa kecil Raka mulai dari Raka termasuk anak tertampan di sekolahnya hingga dia pernah di tembak seorang wanita tapi langsung Raka tolak hingga wanita itu menangis dan mama Aida di panggil ke sekolah karena menganggap Raka memukulnya padahal Raka memukul bekal makanan yang di kasih wanita itu," ucap mama Aida tertawa jika mengingat cerita tersebut.

"Astaga, jadi Raka dari kecil udah sok ganteng dan dingin plus cuek ya ma," sahut Vania.

"Iya, sayang. Bahkan mama aja gak berani kalau udah menyangkut soal kepribadian Raka dulu itu, dia jarang banget nangis, mama cuma pernah lihat dia nangis itu di pemakaman neneknya ibu dari papa mi selebihnya itu Raka enggak pernah nangis sama sekali," tutur mama Aida.

Sekali lagi Vania merasa dirinya belum sepenuhnya mengenal sang suami, bagaimana bisa ia menikah dengan seseorang yang sama sekali tak ia kenali sebelumnya.

Setelah berbincang banyak Vania pun masuk ke dalam kamar nya dan bersih bersih diri setelah itu turun lagi karena dia merasa bosan kalau harus di kamar terus.

Sedangkan Raka sudah berada di rumah sakit dan melihat kondisi pasien, dia menyuruh dokter Chris untuk memantau kondisi pasien karena sebentar lagi akan dilakukan operasi darurat.

Dan untuknya bukan Raka yang mengoperasi tapi dokter Chris karena menurutnya dokter Chris bisa melakukannya tanpa harus ada dirinya.

Setelah itu Raka pun kembali ke ruangannya, dia sangat merasa bersalah dengan Vania karena seharusnya sekarang ini Raka memanjakan Vania namun ternyata pekerjaannya sebagai dokter harus siap siaga menerima panggilan dari ruang sakit.

Saat senggang Raka pun mencoba menelepon Vania yang tidak bisa di hubungi dari tadi padahal Raka ingin menanyakan kabar dari Vania apakah masih sakit atau tidak.

"Kenapa gak di angkat sih?" gerutu Raka.

Jam sudah menunjukan pukul enam sore dan Raka sudah tidak ada kesibukan lagi dia pun memutuskan untuk pulang dan melihat kondisi sang istri di rumah.

Saat sampai mansion dia langsung mencari keberadaan Vania yang ternyata sedang menonton televisi dengan mama Aida dan papa Bagas sesekali mereka juga saling berkomentar dengan berita yang sedang trend di televisi hingga tak menyadari kedatangan Raka.

Raka pun langsung duduk di sebelah Vania hingga membuat Vania kaget nun langsung biasa saja saat tahu di sampingnya itu adalah suaminya.

"Aduh kamu jangan ngagetin kenapa sih," cetus Vania.

"Salah sendiri dari tadi udah berdiri di sana tapi gak ada yang perhatiin," jawab Raka sambil merangkul mesra pinggang sang istri dan berbisik.

"Masih sakit?" tanya Raka dengan berbisik.

"Udah mendingan," jawab Vania yang juga ikut berbisik.

"Kalau mau mesra mesraan jangan di sini bikin papa juga mau aja deh," sahut papa Bagas melihat tingkah anak dan menantunya itu.

"Sana ke kamar," lanjutnya.

"Oh, okey." jawab Raka singkat padat jelas kemudian menarik tangan sang istri membawanya ke kamar.

"Raka, Raka ih!" tolak Vania namun sayang tenaganya sangat tidak sebanding dengan Raka.

"Lihat tuh pa, kayaknya kita bakalan dapet cucu deh sebentar lagi." ucap mama Aida saat melihat tingkah mereka berdua.

"Doain aja ma, papa juga udah gak sabar nih buat gendong cucu," balas papa Bagas.

Pembahasan tentang cucu pun tak terelakkan, mama Aida dan papa Bagas pun sangat excited jika mereka akan memiliki cucu sebentar lagi, karena mereka sangat mengharapkan akan adanya cucu dan juga penerus Kerajaan bisnis Rasendriya ini.

.

.

Bersambung..........