Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menang Sebelum Bertanding
“Halo, Pak Dirut!” sapa MC sambil menyalami William. Suasana kembali hening.
Semua audiens merasa penasaran kira-kira kejutan apa yang akan mereka saksikan. Kejutan yang tidak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
”Halo juga, Indra!” balas William ramah. Pandangan mata senyumnya diedarkan sekeliling aula.
Bisik-bisik dan harapan mulai terdengar di sekeliling Anna. Sementara gadis itu -entah mengapa- merasa perutnya mulai bergolak. Apalagi saat William mengedarkan pandangan nya, tatapan mereka sempat bertemu se-per-sekian detik.
Jarak antara panggung dan tempat duduk para sekretaris tidak terlalu jauh, sehingga baik dari panggung maupun sebaliknya dari arah penonton, tidak ada halangan untuk melihat jelas.
Jari-jari tangan Anna mulai terasa dingin sehingga ia harus menyembunyikan tangan yang saling bertaut di bawah ransel di pangkuan nya.
“Pak Dirut!” MC kembali mengambil alih panggung.
“Ya!”
“Tampaknya kita ga boleh berlama-lama nih! Soalnya masih ada acara perlombaan hingga sore nanti. Kita langsung saja umumkan?”
“Iya, tentu saja, Indra. Langsung saja!”
“Baiklah hadirin. Ini berita bahagianya!”
Jeng jeng jeng (suara musik)
“Okeh! mari kita lihat layar di belakang panggung!” ajak MC kepada semua yang hadir.
Pada layar tampak muncul deretan nama-nama wanita bergerak dengan cepat berganti hingga ratusan nama. Nama-nama itu terus bergerak dimana salah satunya akan terlihat membesar dan dapat dibaca bahkan hingga audiens yang berdiri paling belakang.
“Seperti terlihat pada layar. Ada ratusan nama karyawati Wijaya Group dari seluruh cabang. Dan kami akan mengacak nama-nama ini hingga akhirnya akan muncul satu nama.” MC menjelaskan sesuai yang tertulis di script yang ada di tangan nya.
“Daaan. Satu nama yang muncul nanti, akan mendapat fasilitas menginap gratis selama satu bulan di PENTHOUSE SUIT WG DIAMOND HOTEL!!!” seru MC dengan semangat membara dan suara yang menggelegar.
WUUUUAAAAA!!!
Sorakan dan riuh tepuk tangan penonton pun terdengar.
“Dan satu lagi!"
Jreng! Jreng! Jreng!
"Ada special trip dan kencan khusus dengaa…n … DIREKTUR UTAMA, BAPAK WILLIAM UTAMA WIJAYA!!!"
Riuuuh tepuk tangan dan tawa bahagia terdengar memenuhi Aula besar itu.
"Yang Bapak-bapak harap bersabar ya! Mudah-mudahan tahun depan giliran kita!"
Ha-ha-ha. Suara tawa terdengar.
Sementara itu William berdiri di samping MC menghadap kepada layar juga tampak tersenyum dan bertepuk tangan.
Tidak seperti para wanita single -karyawati- Wijaya Group lainnya, Anna tidak bisa merasakan kebahagian dan harapan itu. Perutnya semakin terasa bergolak. Tubuhnya panas-dingin.
“Meskipun kemungkinan satu banding seribu, gue boleh berharap juga, kan?” terdengar Naura yang berada di sebelah Anna berkata kepada Risha.
Risha tampak saling tatap dengan Sherly, lalu berkata, “Jangan ngimpi de lo! Yang paling pantas itu ya Mba Sherly, dong!” Risha si penjilat Sherly menjawab, meskipun di dalam hatinya ia juga sangat berharap menjadi orang yang beruntung mendapatkan hadiah spesial itu.
Syukur-syukur jadi pacar beneran, pikir Risha.
“Baiklah, para hadirin sekalian! Mari kita saksikan!” MC mengarahkan telapak tangan ke arah layar besar di belakang panggung. “GADIS YANG BERUNTUNG MENDAPATKAN HADIAH SPESIAL INI A-DA-LAA…H….”
Nama-nama pada layar berganti dengan cepat.
Dapat dirasakan, hampir semua penonton menahan nafas hingga akhirnya undian itu berhenti, dan satu nama muncul di layar besar itu.
“ANNA PRATIWI WIJAYA!!!!” sorak MC dengan suara membahana. Musik pengiring pun terdengar menggelora diikuti riuh tepuk tangan dan sorak sorai audiens.
Sementara Anna membeku. Mematung pada posisi duduknya. Percaya. Tidak Percaya.
Degh! Jantung Anna terasa melompat saat ia akhirnya melihat tatapan William mengarah kepadanya. Dan senyum pria itu terasa misterius.
Bibir tipis pria itu tampak membuat garis senyuman maut. Seperti pemburu yang berhasil menjerat mangsanya.
“Kepada Mbak Anna dari divisi Sekretaris di kantor pusat WG diharapkan naik ke atas panggung!” ucap MC membaca divisi atau kantor asal pemenang yang muncul di layar.
Anna tidak tahu lagi bagaimana perasaan nya saat ini. Tatapan tidak suka Sherly and the gank tentu saja langsung diarahkan padanya. Orang-orang yang yang hadir di aula itu pun mulai ribut, penasaran, siapa gadis yang beruntung itu.
“Ayo, Anna! Cepat berdiri!” Vita yang duduk di belakang Anna memberi semangat.
Anna merasakan bibirnya kering. Otaknya berkata jangan, namun tubuhnya mulai berdiri dari tempat duduk dan melangkah linglung ke arah panggung.
“Anna!”
“Anna!”
“Anna!”
Sorakan memanggil nama Anna terdengar.
“Hadirin sekalian, mari kita sambut woman of the year nya Wijaya Group!”
Tanpa diminta, William maju menyambut Anna ke tepi panggung, lalu mengulurkan tangan.
Di bawah tatapan ribuan orang, Anna menyambut uluran tangan itu.
Sementara di salah satu deretan direksi Wijaya Grup, seorang pria nampak mengerutkan kening. Pergerakan William kali ini terlihat tidak biasa.
Pria dingin yang tidak suka wanita itu, tiba-tiba membuat suatu momen tak masuk akal. Dan satu lagi. Nama karyawati yang mendapatkan hadiah luar biasa itu kebetulan juga menyandang nama keluarga Wijaya. Yah, meskipun nama keluarga itu umum dipakai di negeri ini. Tapi ini terlalu kebetulan.
Daniel berusaha mengingat-ingat dimana ia pernah melihat gadis itu.
Ahh. Ya! Si kacamata di ruang sekretaris itu!
“Hei!” Wirautama sengaja menyenggol putranya yang tampak sedang berpikir keras dengan sikunya. “Kamu tahu? Paling juga itu hanya cara anak itu menarik perhatian Zayyana!” Wirautama meyakinkan Daniel.
Daniel tampak berpikir sejenak lagu mengangguk. “Bisa jadi,” ucapnya meski tidak yakin.
Di atas panggung.
“Bagaimana perasaannya, Mbak Anna?” tanya MC ke arah gadis yang tangan nya tampak masih dalam genggaman William.
Anna menarik tangan nya, lalu menerima mic dari MC. Mengangguk sebentar dengan anggun, lalu menarik nafas dalam.
“Sungguh suatu kebahagiaan luar biasa bagi saya, Bang Indra!” ucap Anna terlihat bahagia dengan dada yang naik turun mengikuti irama nafas nya yang cepat. Karena ekspresi inilah yang diharapkan penonton di depan nya, tentu Anna harus menampilkan nya.
Arah pandangan Anna menuju ke salah satu hadirin yang duduk paling depan. Siapa lagi kalau bukan Adi Wijaya. Kakeknya.
“Saya mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada Bapak Adi Wijaya selaku pemilik perusahaan,” ucap Anna terlihat tulus. Pengalaman Anna sebagai sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa semasa kuliah, membuat dirinya yang tadi kena demam panggung, langsung menyesuaikan diri ketika mic sudah berada di tangan nya.
Public speaking sudah jadi makanan sehari-hari Anna dulu semasa kuliah.
“Juga kepada Bapak William, selaku Direktur Utama Wijaya Grup.” Anna memberikan gestur hormat. “Terimakasih sudah memberikan kesempatan kepada saya…,” suara Anna mulai bergetar. Bukan terharu karena bahagia, melainkan sadar bahwa dirinya telah mulai masuk dalam jerat Adi Wijaya dan William.
“Belum genap satu bulan … saya yang berasal dari kampung ini menjadi karyawan Wijaya Group. Hari ini mendapatkan kejutan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup!”
Plok. Plok. Plok.
Terdengar tepuk tangan seluruh hadirin.
“Meskipun-” Anna menjeda kalimatnya, sehingga suasana menjadi hening. “Meskipun saya harus membuat para wanita-wanita cantik di Wijaya Grup menjadi patah hati, haha.” Anna menampilkan ekspresi lucu sehingga hadirin pun ikut tertawa.
“Saya mohon maaf. Sekian, terima kasih!” Anna mengembalikan mic kepada MC. Sementara ia kembali berdiri di samping William seperti di arahkan sang MC.
“Good speech!” bisik William- sengaja- di telinga Anna. Menggoda gadis itu di di depan ribuan orang.
Anna berusaha keras mengatur ekspresi wajahnya setenang mungkin. "Terimakasih, Pak William."
“Sebagai simbolis, kami serahkan kunci ini kepada, Mbak Anna.”
Seorang gadis tampak membawa baki berisi kunci besar yang diberi pita. William maju saat sang gadis mengarahkan baki kepadanya, mengambil simbol kunci itu lalu menyerahkan kepada Anna.
Penonton kembali bertepuk tangan.
“Ini sih menang banyak sebelum bertanding!” celetuk MC disambut gelak tawa hadirin.
Di kursi hadirin, tampak wajah geram seorang wanita. "Kita harus kasih pelajaran anak baru baru itu!" ucapnya kepada kawan di sebelah nya.
***