"Apa kau ingat? Saat SMA dan kuliah dulu, kau terus membuliku. Jadi sekarang, rasakan balas dendamku, wahai istriku!" Ucap Angkasa pada Leora.
'Angkasa, kau tidak tahu saja, kalau dendammu mengarah pada orang yang salah. Sayang sekali kau tidak akan percaya kalau aku menjelaskannya.' Gumam Leora memandangi Angkasa sambil menahan isakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18. Bisa Gila
Malam hari di rumah sakit pusat ibukota.
Gina baru saja mengambil hasil tes DNA nya. "Syukurlah, ternyata Leora bukanlah perempuan yang sudah meninggal itu." Ucap Gina setelah membaca hasilnya lalu menyerahkan dokumen itu pada suster.
Setelah menyerahkan dokumen itu, Gina langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Anggara.
Ya, setelah Angkasa bangun, pria itu bergegas pergi ke kantor karena ada urusan mendadak.
"Halo," jawab Anggara dari seberang telepon.
"Hasil tes DNA nya sudah keluar. Leora masih hidup, tapi sekarang kita butuh persetujuan keluarganya untuk penanganan berikutnya." Ucap Gina.
"Aku akan mengaturnya." Kata Anggara lalu memutuskan telepon.
Anggara kemudian pergi ke ruangan Angkasa dan mendapati pria itu sedang sibuk bekerja.
'Dia sudah baik-baik saja. Apa sebaiknya aku beri tahu sekarang ya?' Pikir Anggara sembari mendekati Angkasa.
"Ada apa?" Langsung tanya Angkasa.
"Hasil DNA nya sudah keluar." Jawab Anggara.
"Lalu?" Tanya Angkasa dengan cuek.
"Dia butuh persetujuan dari suaminya untuk penanganan selanjutnya. Sepertinya akan ada operasi plastik untuk mengembalikan wajahnya seperti semula." Jawab Anggara.
Angkasa langsung menghentikan pekerjaannya dan menoleh pada Anggara "Bagaimana penyelidikanmu tentang identitas sebenarnya?" Tanyanya.
"Itu," Anggara menghela nafasnya, masih dilema antara mengatakannya atau tidak.
"Aku tidak bisa mengambil keputusan kalau kau tidak mengatakannya." Jawab Angkasa sambil mengepalkan tangannya.
'Bagaimana ini? Memang saat ini Angkasa terlihat baik-baik saja, tapi detik berikutnya, apa dia akan tetap baik-baik saja?' pikir Anggara yang sudah beberapa kali mendapati Angkasa tiba-tiba saja drop saat ada sesuatu dari masa lalunya yang dia ingat secara tiba-tiba.
"Aku baik-baik saja. Cepat katakan!" Lagi ucap Angkasa setelah menyadari pria itu begitu mengkhawatirkannya.
"Baiklah, tapi sebelum itu, kau harus berjanji padaku supaya tetap menahan emosi. Kabar ini mungkin,," Anggara belum menyelesaikan kata-katanya saat pria itu sudah berdiri dan meninju dinding kaca di belakang mereka.
"Liona!!!" Teriak Angkasa.
Anggara begitu terkejut apalagi saat dinding itu telah pecah dan jatuh berkeping-keping.
Angin malam dari luar langsung menghembus memberi sensasi dingin pada kulit kedua pria itu.
"Ahhh!!!!" Anggara merintih kesakitan saat kepalanya tiba-tiba berdenging.
"Sial!" Gerutu Anggara langsung menekan tombol darurat sebelum menghampiri pria itu.
"Jangan sentuh aku!" Ucapan Angkasa tiba-tiba sambil melotot Anggara.
Anggara yang sudah terbiasa melihat Angkasa seperti itu hanya bisa mengangkat tangannya dan mundur beberapa langkah.
"Okk, ok,," katanya menahan diri.
Angkasa menggertakkan giginya, "Beraninya dia!" Teriaknya menyapu serpihan kaca di lantai dan menggenggamnya dengan kuat.
"Oh tidak! Ku mohon lepaskan serpihan kaca itu!" Ucap Anggara dengan kuatir saat melihat darah Angkasa sudah menetes di lantai.
Namun apa yang dikatakan Anggara tak didengar lagi oleh Angkasa, karena fantasy masa lalunya kembali menguasai pikirannya.
Saat ini meski matanya terbuka dengan lebar tapi ia sama sekali tak berada di dunia nya sekarang.
Apa yang ia lihat saat itu ialah masa lalunya "Liona!!" Teriak Angkasa tiba-tiba sembari pria itu berdiri dan melemparkan serpihan kaca pada Anggara.
Salah satu serpihan kaca yang dilemparkan Angkasa mengenai wajah Anggara hingga kulit pria itu robek dan berdarah.
Saat itu juga lah dokter yang selalu disiapkan di di kantor Angkasa telah tiba.
"Dok tolong!" Ucap Anggara saat Angkasa sudah menyerangnya dan menekannya ke dinding hingga Anggara terjepit antara dinding dan tubuh Angkasa.
"Haha,, kau tidak bisa kabur lagi. Aku sudah muak dengan semua suruhanmu!" Kata Angkasa dengan wajah marah.
"Angkasa sadarlah." Kata Anggara ketakutan.
"Apa? Kau mau membunuhku? Haha,, kalau mayat mu bisa membunuhku, maka aku akan menyambutnya!" Ucap Angkasa lalu ia mulai mencekik leher Anggara.
"Angkasa!" Teriak dokter yang sudah melakukan persiapan.
Teriakan itu menarik perhatian Angkasa hingga ia menoleh pada dokter.
Kesempatan itu langsung digunakan oleh dokter untuk menghipnotis Angkasa.
"Ya, kemarilah, tinggalkan masa lalumu dan datanglah padaku." Ucap Dokter sembari menyalakan sebuah light stick kecil di tangannya.
Angkasa menjadi rileks dan melepaskan cekikan nya pada Anggara, tatapannya sepenuhnya dialihkan pada light stick di tangan dokter. Pria itu kemudian berjalan mendekati sang dokter karena tertarik dengan benda di tangan dokter.
"Ok,, pelan saja, aku akan memberikanmu," ucap dokter.
Angkasa bagai anak anjing kecil yang akan diberi tulang, pria itu sangat menurut hingga akhirnya ia mengambil senter kecil itu dari tangan sang dokter.
"Apa kau senang?" Tanya Dokter.
"Ya,, apa ini sudah jadi milikku?" Tanya Angkasa dengan wajah penuh harap.
"Tentu saja, mulai sekarang itu adalah milikmu." Ucap dokter lalu ia menjentikkan jarinya hingga Angkasa tiba-tiba jatuh ke lantai.
"Angkasa!" Teriak Anggara sembari mendekati angkasa.
"Baringkan dia." Ucap Dokter.
"Baik," jawab Anggara dibantu oleh beberapa pengawal membaringkan Angkasa di atas sofa.
"Panggil dokter Sian kemari untuk menanganinya." Ucap dokter yang tadi menangani angkasa.
"Baik." Jawab Anggara dengan nafas tersengal sembari ia mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Tak berapa lama, dokter Sian akhirnya tiba dan memeriksa kondisi Angkasa.
"Maafkan saya Dok, saya tidak sengaja memberitahunya." Ucap Anggara sembari memandangi tangan Angkasa yang sudah dibalut dengan perban.
"Traumanya semakin parah." Kata Sian lalu ia menoleh pada seorang asisten yang datang bersamanya.
"Siapkan obat bius. Siapkan beberapa tabung," ucap Sian untuk berjaga-jaga jika saja Angkasa bangun lalu kembali menyerang.
"Baik Dok." Jawab asisten Sian.
"Bagaimana kabar istrinya?" Tanya Dokter Sian.
"Saya belum tahu." Jawab Anggara.
"Sebaiknya kita berdoa supaya istrinya cepat sembuh. Kalau sampai istrinya tetap dalam kondisi buruk, ini bisa memperburuk keadaan Angkasa.
Dia akan semakin merasa bersalah dan mungkin saja tidak dapat lagi mengendalikan dirinya sendiri." Ucap Sian membuat Anggara sangat terkejut.
"Tunggu Dok, maksud dokter adalah, dia bisa menjadi gila?" Tanya Anggara.
"Ya, itu kemungkinan terbesarnya." Jawab dokter Sian membuat Anggara seolah kehilangan seluruh tenaganya.
Tubuh Anggara masih belum pulih ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Panggilan dari Gina.
"Halo?" Jawab pria itu dengan setengah suara.
"Kau kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Gina.
"Tidak, semuanya sudah diatasi. Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Anggara.
"Kalau bisa, kau dan Angkasa lebih cepat kemari, saat ini, kondisi pasien tidak stabil, bisa berbahaya kalau penanganan terus di tunda. Harus segera dilakukan!
Aku sudah berbicara dengan dokter, mereka mengatakan kalau semua yang diperlukan sudah siap, kecuali persetujuan dari pihak keluarga." Ucap Gina.
"Aku akan mengaturnya segera." Ucap Anggara dengan cemas.
"Jangan menunda waktu!" Gina memperingatkan dari seberang telepon.
"Ada apa?" Tanya Sian.
"Operasi untuk istrinya akan segera dilakukan tapi persetujuan dari pihak keluarga menjadi kendala. Katanya, kondisinya semakin memburuk" Ucap Anggara.
"Mari tunggu sebentar." Jawab Sian yang setia memandangi Angkasa dengan cemas.
'Astaga,, ini sangat buruk!' Gumam Anggara dengan jantung berpacu cepat.
Interaksi Dengan Pembaca
Otor Terharu,, terima kasih bunganya, sebentar lagi otor akan punya taman bunga di mangatoon😁😁😎
Terima kasih infonya..👍 Sudah otor revisi ya...👌
keras berbagai macam gaya
kau bahagia dengan angkasa bapak mu menghancurkan leluargamu
bapaknya sendiri memasukkan baby sugar di dalam rumahnya.
dan saking pintarnya istrinya percaya aja kalau Luna jalang itu adalah anak angkat Bambang tua bangke.
kurasa hanya Leora yang waras
dan ibunya terlalu polos mau aja di begoin sama suaminya
bagaimana dengan istrinya
anggara yg mnderita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
tpi kli like ttp ku tekan.
semngat n sukses selalu
krya2 nya bnr2 bagus.sampe berniat ttus baca tiap judul2 nya