NovelToon NovelToon
My Ustadz My Husband

My Ustadz My Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest / Sudah Terbit / Perjodohan / Poligami / Patahhati
Popularitas:21.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: SkySal

(DALAM TAHAP REVISI!)

Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.

Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17 - Flashback

Khadijah memandangi wajah Bilal yg sedang tertidur pulas, padahal matahari sudah tinggi, tapi suami nya itu masih bergelut manja pada guling yg dipeluk nya, ia sengaja tidak membuka horden kamarnya, agar cahayamatahari tak menganggu tidur Bilal.

Khadijah duduk di samping Bilal kemudian ia membelai rambut Bilal dengan lembut. Sudah beberapa hari berlalu sejak pengakuan Bilal tentang perasaannya pada Asma. Di hari pertama setelah itu, mereka tampak canggung dan hanya diam, tidur pun saling memunggungi, namun di hari berikutnya, Bilal kembali bersikap biasa, masih begitu perhatian dan menunjukan rasa sayangnya pada Khadijah, bahkan ia masih selalu memanggil Khadijah dengan panggilan Sayang.

Sentuhan Khadijah rupanya menganggu tidur Bilal, ia membuka matanya perlahan dan mendapati Khadijah yg sedang menatap nya saat ini, Bilal tersenyum lembut pada istri nya itu.

"Apa aku membangunka mu, Mas?" Bilal menggeliat malas, semalam ia tak bisa tidur seperti biasa, di tambah lagi rasa bersalah nya pada Khadijah, membuat dia semakin tidak tenang, namun setelah melaksanakan sholat subuh, rasa kantuk tiba tiba menyerang nya.

"Engga, Sayang. Jam berapa sekarang?"

"Jam 8.20" Bilal menyingkirkan guling dan selimutnya kemudian ia duduk.

"Apa kamu sudah sarapan dan minum obat?" Khadijah mengangguk. "Sudah sholat Dhuha?" Khadijah menggeleng "Ya sudah, kita sholat bersama ya" sekali lagi Khadijah hanya mengangguk.

Tak seperti Bilal, ia tak bisa bersikap biasa saja setelah apa yg terjadi. Khadijah bahkan bertanya tanya, bagaimana bisa Bilal masih bersikap lembut dan romantis padanya seolah tidak ada apa apa?

Sementara Khadijah tahu dengan pasti, hati Bilal tak setenang kelihatan nya.

Setelah selesai sholat Dhuha, Khadijah mempersiapkan pakaian dan sarapan untuk Bilal sebelum pergi ke kantor nya, selain membantu keluarganya mengurus pesantren, Bilal memiliki perusahaan traveling yg ia kelola bersama Hubab, sepupu Khadijah.

"Mas, hari ini aku mau pergi ya sama Mila"

"Kemana?" tanya Bilal sembari memasukan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"Ke mall, mau belanja."

"Em ya udah, asal jangan ke cape'an dan jangan sampai telat makan siang. Kartu kredit nya ada di dompet kalau mau uang ambil uang tambahan"

"Uang ku masih ada kok, Mas"

"Cukup?" Khadijah tertawa kecil dengan pertanyaan Bilal.

"Cukup banget kok, Mas mau pesan sesuatu?"

Bilal menggeleng dan segara menyelesaikan sarapannya, setelah itu ia pun bersiap pergi ke kantor

"Ya sudah, Mas pergi dulu. Assalamualaikum" Bilal mencium kening Khadijah sebelum pergi, rutinitas yg tak pernah ia lupakan selama pernikahan mereka. Yg tentu saja, hal kecil seperti itu juga menjadi alasan untuk cinta yg besar.

"Waalaikumsalam "

.

.

.

"Kamu gila?" pekik Mila yg baru saja mendengar penuturan gila Khadijah. Sontak Khadijah membekap mulut Mila dan melirik sekeliling nya.

"Kamu mau seluruh orang di cafe ini mendengar mu?" bisik Khadijah.

"Ide mu untuk melamar Asma pada orang tuanya itu sangat gila, Khadijah. Apa lagi lewat mertua mu, kamu sendiri yg bilang gadis itu masih sekolah. Pasti orang tuanya menolak"

"Ya aku cuma mau menjodohkan aja, bukan langsung meminta mas Bilal menikahinya, Mil. Lagi pula tahun depan dia sudah lulus. Jika pun tidak menikah saat itu, kan bisa menikah setelah dia siap"

"Bagaiamana jika keluarga gadis itu menolak mentah mentah?"

"Jika Abi Khalil yg berbicara pada Paman Rahman, aku yakin Paman Rahman engga akan nolak, jika pun dia nolak, aku akan berusaha menyakinkan nya untuk menerima Mas Bilal"

"Kamu sudah sinting, Khadijah" Khadijah tertawa mendengar perkataan sahabat nya itu.

Tapi kali ini, dia yakin dia melakukan hal yg benar, jika sebelumnya ia mengizinkan Bilal menikah lagi hanya supaya Bilal mendapatkan keturunan, tapi sekarang dia ingin Bilal menikah lagi, menikahi wanita yg dicintai nya. Apapun yg terjadi nanti, dia siap untuk segala nya. Asal Bilal bahagia,dia akan jauh lebih bahagia. Selama beberapa hari ini, ia sudah memikirkan hal itu baik baik. Lagi pula, hitung mundur kematiannya sudah di mulai. Setidaknya, sebelum meninggal, dia ingin membalas kebaikan Bilal yg telah dengan sangat ikhlas menjaganya dan membahagiakan nya.

.

.

.

Tanpa sepengetahuan Bilal, Khadijah menemui ayah mertuanya dan menceritakan segalanya tanpa ada yg tertinggal. Tentu saja mertua nya itu hanya bisa menggelengkan kepala dan bahkan tak bisa berkomentar apapun, dan saat Khadijah mengutarakan keinginan nya untuk melamar Asma pada kedua orang tua nya untuk Bilal. Mertua nya tentu saja semakin tak habis fikir dengan pasangan suami istri itu. Walaupun pada awalnya Kiai Khalil menolak, namun setelah bujukan terus menerus Khadijah, akhirnya dia mau berbicara dengan orang tua Asma.

Tentu saja membuat Khadijah senang.

dan kebetulan sekali, Kiai Khalil dan Kiai Abdurrahman memang akan segera bertemu di Gresik dua hari hari lagi. Khadijah ingin ikut menemui ayah Asma, namun mertua nya mengatakan ia boleh ikut hanya jika Bilal mengizinkan nya.

Khadijah pun meminta izin pada Bilal untuk pergi, yg tentu saja langsung Bilal tolak permintaan Khadijah itu karena ia tak bisa menemani nya, seandainya ia tak ada urusan penting, dia juga pasti akan menemani istri nya itu. Tapi Khadijah terus merayu Bilal agar mengizinkan nya pergi dengan alasan dia sudah lama tidak ke luar kota. Lagi pula, dia akan pergi bersama ibu mertuanya, jadi tidak ada yg perlu Bilal cemaskan.

"Memang nya apa sih yg mau kamu lakukan di Gresik? kamu kan engga punya teman disana"

"Ya masak harus punya teman dulu baru bisa mengunjungi suatu tempat" jawab Khadijah yg memang tak ingin memberi tahu kebenarannya pada Bilal. Bilal tampak sangat berat mengizinkan Khadijah pergi namun karena terus di desak, akhirnya ia meng iya kan permintaan istri nya itu.

" Emm Mas,bagaimana seandainya Mas bisa menikahi Asma dan hidup bersama sebagai suami istri?" Bilal menatap Khadijah dengan kening berkerut, karena walaupun ia sangat mencintai Asma, tapi sedetik pun tak pernah terbesit dalam benaknya untuk menikahi gadis itu, ia sadar dirinya telah ber istri dan juga usianya terpaut jauh dengan Asma.

"Bicara apa kamu ini, Khadijah? Tak pernah terpikir dalam benakku hal seperti itu "

"Tapi kenapa? Setiap orang yg mencintai seseorang, pasti ingin memiliki nya"

"Ya jika kondisi dan situasi nya mendukung, dia masih anak anak. usia kami terpaut jauh, selain itu, aku juga seorang pria beristri, jadi itu sama sekali engga mungkin "

"Di luar sana banyak kok wanita yg rela jadi istri kedua banyak pula yg menikah walaupun terpaut usia yg sangat jauh dengan pasangan nya" Bilal menatap heran pada Khadijah yg memulai pembicaraan seperti ini lagi.

"Kenapa kamu mengungkit hal itu? Aku fikir pembicaraan seperti ini sudah tidak di perlukan lagi. Ayolah, Sayang. jika kamu masih berfikir tentang keturunan, engga apa apa kita engga punya anak kandung, kita bisa mengadopsi anak dari panti asuhan "

Khadijah memandang Bilal sesaat. Kemudian ia bersuara.

"Jawab saja pertanyaan ku tadi, bagaimana seandainya Mas Bilal dan Asma itu jodoh? Kira kira...Apa Mas Bilal akan bahagia?" Bilal menghela nafas dan memandang wajah istri nya yg selalu menyejukkan jiwanya itu.

"Ada apa dengan mu? kamu berniat menjodohkan ku dengannya seperti kamu berusaha menjodohkan ku dengan teman teman mu itu?" Khadijah terdiam dan mengigit bibirnya, haruskah ia katakan saja jika itu benar?.

"Dengar, Khadijah. Jangan lakukan hal gila itu. Aku yakin Paman Rahman engga akan setuju, selain itu, aku pernah dengar Paman Rahman bercerita bahwa sangat jarang orang orang di kampung nya itu yg berpoligami atau gadis gadis disana menjadi istri kedua" mendengar penuturan Bilal itu, Khadijah bersyukur dalam hati karena tak mengatakan yg sebenarnya, jika tidak, dia pasti di larang pergi.

"Ya takdir kan siapa yg tahu, Mas"

"Jangan membuat ku berharap, Khadijah"

.

.

.

Khadijah bersama Ibu mertua nya ikut Abi Khalil ke Gresik. Sesampainya disana, mereka segera menuju hotel sebelum pergi mengisi pengajian. Dan hampir setiap jam Bilal selalu menelepon Khadijah dan menanyakan apakah dia baik baik saja, bagaimana keadaannya, apakah obatnya sudah diminum dan sebagainya.

Setelah acara selesai, mereka kembali ke hotel. Baru lah esok hari nya, Abi Khalil akan bertemu dengan ayah Asma untuk memenuhi keinginan menantu nya itu.

Mereka bertemu di sebuah restaurant, setelah memasuki ruang VIP, Khadijah sudah melihat ayah Asma disana namun sendirian.

Mereka saling mengucapkan salam dan setelah berbincang sedikit, akhir nya Abi Khalil mulai membuka topik yg sebenarnya. Dari mulai menanyakan usia Asma, kemana Asma akan pergi setelah lulus sekolah, dan menanyakan apakah sudah ada pria yg melamar Asma.

"Semua pertanyaan mu ini mengarahkan seolah kau ingin meminang putri ku" seru ayah Asma kemudian. Abi Khalil dan Khadijah saling pandang. "Tapi bukankah semua putra mu sudah menikah?"

"Sebenarnya iya. Hanya saja...putra bungsu ku, Bilal... sebenarnya dia menaruh perhatian pada Asma" ayah Asma tampak sangat terkejut mendengar hal itu, apa lagi ia tak tahu Asma dan Bilal saling mengenal.

"Itu...sangat tidak mungkin. Mereka tidak saling mengenal "

"Lebih tepatnya, Asma yg tidak mengenal Bilal, tapi Bilal mengenal Asma"

"Maafkan aku, tapi aku sungguh tidak mengerti apa yg kalian bicarakan. Dan Khadijah, bukan kah kau istri Bilal, Nak?"

"Benar, Paman"

"Tapi, kenapa justru kamu yg menemui ku dan bukannya Bilal. Dan apa yg membuat Bilal ingin berpoligami, itu pun dengan putri ku yg masih sekolah?"

Khadijah pun menceritakan semuanya pada paman Rahman, dari pertemuan pertama nya dengan Asma, hingga Bilal yg tak pernah bisa tidur karena terus memikirkan Asma, Bilal menghabiskan malamnya hanya dengan berdoa dan beribadah. Tak lupa pula, Khadijah menceritakan keadaan dirinya yg sangat menyedihkan, namun ia meyakinkan paman Rahman, keputusannya untuk menjodohkan Asma dan Bilal bukan karena keadaan nya, tapi karena ia tahu betapa besar cinta Bilal untuk Asma. Dia hanya ingin melihat suaminya itu bahagia sebelum ajal menjemput nya.

Mendengar semua itu, Kiai Rahman antara percaya dan tidak percaya, namun melihat keseriusan di mata Khadijah, ia pun menjadi luluh dan tersentuh, tak menyangka ada seorang pria yg jatuh cinta pada putri kecilnya, dan seorang istri seperti khadijah yg sangat baik hati dan rela menyingkirkan segala perasaan nya demi suaminya. Namun tetap saja, ia tak mungkin menerima lamaran itu.

"Maafkan Paman, Khadijah. Tapi itu sangat tidak mungkin. Apa yg akan orang katakan tentang putri ku nanti? Walaupun berpoligami itu di diperbolehkan, tapi jarang sekali di kampung kami ada yg berpoligami"

"Paman, aku yakin Paman mengenal Mas Bilal dengan baik, dia akan menjadi sosok suami yg sempurna untuk Asma"

"Aku tahu itu, Nak. Wanita manapun akan sangat beruntung menjadi istri Bilal dan menantu sahabat sekaligus guru ku ini, tapi rasanya itu mustahil, apa lagi Asma sangat berbeda dengan kakaknya, dia selalu kabur hanya karena kami membicarakan mungkin seseorang cocok untuk di jodoh kan dengannya. Terkahir kali dia nekat pergi ke jawa tengah supaya kami tidak menemukan nya. Setelah itu, kami pun berhenti membicarakan perjodohan nya"

Khadijah tampak sangat sedih dan kecewa dengan jawaban ayah Asma itu. .

"Aku tidak akan memaksa mu menerima putra ku, Teman" Kh Khalil pun menimpali. Kemudian ia menatap Khadijah yg terlihat sedih "Tapi tolong fikirkan sekali lagi, Rahman. di satu sisi, ada Putra ku yg sangat mencintai putri mu, di sisi lain, ada keinginan terkahir menantu ku, ia melakukan pengorbanan yg sangat besar untuk cinta suami nya" Paman Rahman menatap Khadijah yg juga menatapnya dengan tatapan memohon.

"Bagaimana kamu bisa memiliki hati yg sebesar itu, Nak? Apakah kamu tidak marah saat tahu suami mu mencintai wanita lain? Dan kamu justru ingin memberikan cinta itu pada suami mu? Entah terbuat dari apa hati mu yg mulai itu" ucapnya kagum dengan ketulusan dan keikhlasan Khadijah.

"Aku sempat kecewa dan sedih, tapi untuk marah... Mas Bilal selalu menghujani ku dengan cinta, Paman. sehingga ia tak memberiku alasan untuk marah"

"Aku.... Aku masih tidak yakin, Asma pasti akan menolak mentah mentah perjodohan ini. Dia keras kepala, susah di atur, dan ke kanak kanakan"

"Paman...." Khadijah bangkit dari duduknya, dan tanpa di sangka sangka, ia langsung jatuh bersimpuh di kaki Kh Abdurrahman. Membuat semua orang sangat terkejut dengan hal itu.

"Khadijah...Apa yg kamu lakukan, berdirilah Nak. Jangan lakukan ini!" Namun Khadijah tak beranjak sedikitpun.

"Fikirkan sekali lagi, Paman. Khadijah mohon. Selama pernikahan kami, Mas Bilal tidak pernah merasakan jatuh cinta pada ku, cinta yg dia tunjukan selama ini tak lebih dari sekedar tanggung jawabnya. Tapi dia memperlakukan ku seperti ratu, bisa paman bayangkan bagaiamana dia akan memperlakukan Asma? Asma yg membuat nya merasakan jatuh cinta? Asma yg merenggut tidurnya dan ketenangan hati nya? Apa kah Paman bisa menemukan pasangan yg lebih sempurna untuk Asma selain Mas Bilal?"

"Tapi Khadijah...."

"Paman, jika yg paman takutkan adalah apa kata orang, orang akan selalu membicarakan kita apapun keadaan kita. Jika yg paman takutkan karena Asma menjadi istri kedua, Mas Bilal akan berlaku sangat Adil, dia tidak akan mengutamakan atau menomor duakan salah satu dari kami, dia akan berlaku sangat adil. Aku yakin itu"

Ayah Asma berfikir sangat keras untuk keputusan yg sangat berat ini. Di satu sisi, ia tidak tega melihat Khadijah jika harus menolaknya, apa lagi, Khadijah mengatakan ini menjadi keinginan terkahir nya. Tapi di sisi lain, ini tentang kehidupan putri nya.

"Tapi Nak, Bilal tidak benar benar mengenal Asma. Asma itu... benar benar ke kanak kanakan, dia manja, keras kepala, susah di atur dan... dan dia tidak begitu pintar, dia pernah tidak naik kelas dua kali. Jika mengetahui semua itu, apakah Bilal masih bisa mencintai nya dan menerima nya?" Khadijah tersenyum mendengar itu, ia pun kembali ke tempat duduknya setelah di bujuk oleh mertuanya.

"Paman, cinta tidak mengenal identitas, pendidikan, kecerdasan, ataupun sifat. Karena cinta itu adalah perasaan yg berasal dari hati dan tidak bisa dicerna dengan logika. Adapun sifat sifat buruk pada seseorang, itu bisa diubah, dengan bimbingan orang yg benar. Dan aku yakin, Mas Bilal bisa merubah Asma menjadi lebih baik. karena Mas Bilal sangat mencintai nya, pastilah Mas Bilal ingin Asma menjadi pribadi yg lebih baik"

"Baiklah, Nak. Aku akan coba bicara dengan istri ku. Aku tidak bisa mengambil keputusan ini sekarang"

"Tidak apa apa, Paman. Aku akan menunggu jawaban Paman"

"Terima kasih, Rahman. Karena sudah mau mendengarkan kami. Sekarang kami harus pergi karena besok kami sudah harus kembali ke jakarta, Khadijah harus melakukan check up "

"Baiklah" Khadijah dan ayah mertua nya pun berpamitan dan keluar lebih dulu. Namun saat hendak masuk ke dalam mobil, Khadijah tiba tiba kembali ke dalam "Abi, tunggu sebentar ya... sebentar... saja" seru nya dan dengan cepat kembali lagi menemui Kh Abdurrahman yg masih di dalam.

"Ada apa, Nak?" tanya Kh Abdurrahman yg terkejut melihat Khadijah kembali. Tiba tiba Khadijah menyatukan kedua telapak tangan nya dan kembali menatap Kh Abdurrahman dengan tatapan memohon. "Tolong berhentilah memohon, anakku. Kau membuat ku merasa sangat jahat jika kau seperti ini "

"Maafkan aku, Paman. Apalah daya ku. Aku selalu ingin membuat Mas Bilal bahagia tapi aku tak berdaya, sebelum ajal ku datang aku hanya ingin lihat suami ku bahagia, dan kebahagian suami ku adalah putri mu"

"Maafkan aku, Nak. Aku tidak bisa menghibur mu dengan mengatakan suami mu akan mendapatkan kebahagiaan nya"

"Aku tahu, Paman. Tapi jika yg membuat Paman takut karena Asma akan menjadi istri kedua, Paman jangan khawatir, Mas Bilal akan berlaku adil, selain itu, sisa hidup ku tidak akan lama lagi, setelah kepergian ku, Asma akan menjadi satu satunya wanita dalam hidup Mas Bilal"

Hati Kh Abdurrahman terenyuh mendengar penuturan Khadijah. Tak hanya ikhlas berbagi suami, ia bahkan sudah sangat ikhlas menerima kematian yg sudah semakin dekat.

"Kau wanita yg tangguh dan berhati mulia, Nak. Semoga Allah menempatkan mu di surga Nya, bersama wanita wanita tangguh lainnya yg telah Allah Rahmati"

"Aamin"

.

.

.

Setelah melakukan Check up, Khadijah memberi tahu Bilal alasan sebenarnya pergi ke Gresik, dan tentu itu membuat Bilal sangat kecewa pada Khadijah. Apa lagi setelah tahu ia dan Abi nya meminang Asma tanpa sepengetahuan nya.

"Harus berapa kali aku mengatakan nya, Khadijah. Walaupun aku sangat mencintai nya, tak pernah sedikitpun terbersit dalam benakku untuk memiliki nya, aku sadar diri. Dan apa yg akan Paman Rahman dan keluarganya fikirkan tentang ku nanti"

"Aku sudah menjelaskan semuanya pada Paman Rahman, Mas."

"Menjelaskan apa? Bahwa kamu sakit? Engga bisa memberiku ku anak?"

"Bukan, aku menjelaskan perasaan mu padanya"

"Khadijah....." Bilal sudah tak tahu lagi harus berkata apa.

"Mas, aku hanya ingin kamu bahagia"

"Aku sudah bahagia"

"Tapi kebahagiaan mu engga lengkap tanpa Asma. Dia akan menyempurnakan hidup mu dan kebahagiaan mu"

Bilal hanya tertunduk lesu, dia takut dengan apa yg akan Asma dan keluarga nya fikirkan tentang nya. Bagaiamana respon mereka nanti?

.

.

.

Kiai Abdurrahman terus memikirkan permintaan Khadijah, ia selalu berdoa meminta petunjuk Allah. Ia sudah melaksanakan shalat istikharah, ia juga sudah membicarakan semua nya pada istrinya. Namun sang istri mengatakan keputusan ada di tangan suaminya, ia percaya suaminya akan memutuskan yg terbaik untuk putri bungsu mereka. Tak puas dengan jawaban istri nya, Kiai Abdurrahman pun memutuskan untuk meminta pendapat dari ketiga kakak Asma.

"Jika benar yg dikatakan Khadijah, maka kita bisa menerima Bilal, Bi" seru Adil dengan yakin. namun itu segera di sanggah oleh Aisyah.

"Engga bisa, Kak. Asma akan jadi istri kedua. Bagaiamana perasaan nya nanti?"

"Bilal pasti akan berlaku adil, Aisyah"

"Bukan adil atau engga yg Aisyah fikirkan Kak, tapi perasaan Asma. Apakah dia akan bahagia disana?"

"Seorang wanita akan bahagia bersama orang yg mencintai nya, percaya pada ku. Walaupun aku hanya sebatas mengenal Bilal dan tidak dekat dengannya, aku bisa merasakan dia pria yg sholeh, taat pada agama"

"Tapi Asma pasti menolak mentah mentah. Lihat saja kejadian terakhir waktu itu" Sambung Aqilah.

"Itu juga yg sedang Abi fikirkan" jawab ayah mereka. Ia tak bisa melupakan tatapan Khadijah yg memohon padanya, tak bisa melupakan kata kata Khadijah yg membuat siapapun yg mendengar nya terenyuh.

"Sebaiknya Abi shalat istikharah lagi untuk meyakinkan hati Abi. Tapi ingat, Asma tidak boleh tahu tentang semua ini"

.

.

.

Mekkah.

Kiai Khalil mengundang ayah Asma untuk menghadiri pernikahan putri bungsu nya di mekkah. Sekaligus dia ingin tahu jawaban atas permintaan menantunya. Disana, hadir juga Bilal dan Khadijah yg terlihat semakin lemah dan kurus dari terkahir kali Ayah Asma bertemu dengannya.

Beberapa hari setelah pernikahan dan saat suasana mulai tenang, Kiai Rahman mengajak Khadijah, Bilal dan kedua orang tua Bilal untuk bicara. Bilal yg tahu apa yg akan ayah Asma itu bicarakan menjadi sangat gelisah dan gugup. Namun ia siap dengan apapun jawaban Ayah Asma.

"Nak, aku hanya ingin bertanya,Khadijah pasti sudah menceritkan tentang Asma pada mu kan?" Bilal menatap Khadijah, ia ingat saat Khadijah memberi tahu Bilal seperti apa karakter Asma. Kemudian Bilal menatap Ayah Asma.

"Iya, Paman. Khadijah sudah menceritkan semua nya"

"Dengan semua kekurangan putri ku itu, bisakah kamu menerima nya?"

Bilal hanya terdiam dan sekali lagi memandang Khadijah. Namun Khadijah menatapnya dan memberinya isyarat untuk bicara apa adanya.

"Setiap manusia punya kekurangan, Paman. Ada yg terlihat dan ada yg tidak, bahkan mungkin kekurangan ku yg tidak terlihat lebih besar dari pada kekurangan Zahra yg terlihat"

"Zahra?" tanya Ayah Asma heran.

"Bukankah namanya Asma Azzahra?"

"Iya benar, tapi nama panggilan nya Asma"

"Bagiku dia Zahra, Paman. Yg berarti bunga, sangat cantik, penuh warna, dan memancarkan keindahan siapa pun yg melihat nya. Dia akan menjadi lambang keindahan di rumah ku"

Ayah Asma tersenyum mendengar jawaban puitis Bilal. Hatinya pun tersentuh, tak terkecuali Khadijah, ia baru tahu Bilal bisa puitis juga.

"Jadi apa yg dikatakan istri mu itu benar, kamu sangat mencintai putri ku?"

Bilal menatap sendu Ayah Asma, kemudian ia beralih menatap Khadijah dengan pandangan bersalah nya. Namun Khadijah membalas tatapan Bilal seolah mendukung nya, tak lupa ia selalu menyunggingkan senyum pada suami nya itu, memberi tahu nya bahwa dia baik baik saja.

"Aku... Aku tidak sengaja melakukannya,Paman. itu terjadi begitu saja" mendengar penuturan polos Bilal membuat Ayah Asma dan kedua orang tuanya sendiri tertawa.

"Nak, tidak ada orang yg terpeleset dengan sengaja, iya kan? Tahu tahu sudah jatuh terjerembab di tanah" Bilal yg menyadari maksud Ayah Asma pun jadi tersenyum malu.

"Sebenarnya, aku sudah membuat keputusan dan aku yakin dengan itu. Aku sudah berbicara dengan keluarga ku"

"Lalu, bagaiman respon Zahra Paman?"

"Kami tidak memberi tahu nya"

"Tapi bagaimana keputusan bisa di ambil jika dia tidak tahu?"

"Aku bahkan mengambil keputusan yg lebih besar dari apa yg kalian bayangkan. Dan juga tanpa memberitahu pada putri ku. Aku ingin menikahkan Asma dengan mu di sini"

Semua terkejut dan tak percaya mendengar penuturan Kiai Abdurrahman. Mereka menatap nya dengan mata lebar lebar.

"Em... Maksud, Paman?"

"Bilal, jika aku memberi tahu putri ku tentang perjodohan ini, dia akan menolak mentah mentah, melakukan segala cara agar perjodohan ini batal"

"Kalau begitu, maka biarkan saja. Aku bisa menerima penolakan nya, Paman. Aku tidak bisa memaksa nya. Dan jika aku menikahi nya sementara dia tidak tahu, itu sama saja aku menjebak nya. Aku tidak bisa melakukan itu" seru Bilal penuh emosi.

"Tapi, Paman. Kenapa harus dengan cara seperti ini?" tanya Khadijah.

"Aku melakukan ini karena dua alasan. Alasan yg pertama, Bilal mencintai Asma, dan aku yakin dia bukan hanya akan menjaga Asma, tapi dia juga bisa membimbing hidup Asma, dan mengubah pribadi Asma menjadi lebih baik. Alasan kedua, aku hanya ingin memenuhi permintaan seorang wanita tangguh yg berhati mulia" ucap Ayah Asma sembari menatap Khadijah. Khadijah tak bisa membendung air mata haru nya mendengar itu, sementara Bilal dan kedua orang tuanya begitu tertegun dengan penuturan Ayah Asma.

"Adapun seperti apa reaksi Asma nanti, dia pasti akan sangat marah, itu sudah di pastikan. Tapi sebenarnya dia punya hati yg lembut dan mudah tersentuh, seiring berjalannya waktu, saat dia bisa memahami dan merasakan perasaan Bilal padanya, di pasti akan menerima Bilal"

"Tapi Paman, kenapa harus sekarang? Bukankah dia masih sekolah?"

"Benar Bilal, tiga bulan lagi lagi dia akan melaksanakan ujian kelulusan nya, saat itu kau bisa datang dan mendekati nya, setelah ujian Selesai, baru lah kita memberitahu kebenaran ini. Saat dia siap menerima mu, kau bisa membawa nya pulang dan dia tetap bisa melanjutkan pendidikannya di pesantren kalian"

Bilal masih tampak tak yakin dengan itu, ia merasa ini tidak benar, bagaimana bisa dia melakukan semua itu?

Bagaiman jika Asma benar benar tak bisa menerimanya nanti? atau bahkan membenci nya?

"Aku rasa ini tidak bisa, Paman. Kenapa kita tidak menunggu sampai Asma siap saja dan dia tahu tentang perjodohan ini" ayah Asma menatap Khadijah kemudian menatap Bilal. Dia ingin mempercepat pernikahan ini, karena dia ingin memberikan apa yg khadijah inginkan. yaitu, melihat suaminya bahagia sebelum kematian nya yg bisa datang kapan saja.

"Asma tidak akan pernah siap, Bilal. Aku mengenal putri ku itu. Selain itu, penuhilah permintaan terkahir istri mu, Nak"

Bilal terdiam dan menatap Khadijah yg saat ini juga menatap nya sayu. Khadijah seolah memohon agar Bilal menerima saja. Bilal memejamkan mata. Asma pun hadir dalam bayangannya dengan jelas, sedang tersenyum, tertawa, begitu cantik.

"Baiklah, aku akan menikahi Zahra."

▪️▪️▪️

Tbc....

1
Sindi Amelia
🥲🥲🤧🤧
ELSA ZAMIATI
Luar biasa
Hamizan Al Muqqit
Lumayan
Yunia Spm
Luar biasa
Ida Sriwidodo
Setelah baca ber bab2 akhirnya tergelitik juga pen' komen disini..

Bilal mungkin benar, Khadijah ngga sengaja mengabaikan wa dan telp Asma.. tapi akibatnya fatal!
2 nyawa melayang!
Dan bagaimana klo andainya.. jiwa Asma juga tidak tertolong karena pendarahan hebat?
Apakah Bilql masih bisa percaya dan memaklumi Khadijah?

Dan gimana.. klo posisisnya dibalik?
Asma di posisi Khadijah dan Sebaliknya.. apakah Bilal masih berpikir sama?

Dan 'perbuatan tidak sengaja' Khadijah ini di perparah dengan sikap pengecutnya!
Demi supaya Bilal ngga tau.. wa dan history call Asma di hp Bilal di hapus!
Ngga sengaja okee.. tapi menghilangkan jejak? 😱😱🤔🤔
Berarti sudah ada unsur kesengajaan kan.. supaya Bilal ngga tau klo istri tersayangnya dalang kemalangan Asma! 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Laila Atstanie
novel poligami paling sukses menurut ku bagus untuk dibaca tpi gak sanggup untuk ditiru
Alejandra
Jadi pada akhirnya, saling mengikhlaskan, saling memuji, menghilangkan amarah dan cemburu...
Alejandra
Kadang bingung dengan sikap Bilal, sebenarnya siapa yang dia cintai...
Alejandra
Pertanyaan Bilal seolah" memojokkan Asma. Waktu dia membohongi Bilal ketika dia dirawat di rumah sakit, bukankah itu secara sengaja, dia tidak menginginkan Bilal menghabiskan waktu bersama Asma...
Alejandra
Tulus yang diiringi dengan sifat egois, iri hati, dan serakah...😏😏😏
Alejandra
Bukankah dia memang sengaja mengabaikan pesan Asma. Dia sudah tahu kondisi Asma sebelumnya, seharusnya pas ada pesan Asma, dia langsung mencari Bilal, tapi yang ada dia lebih memilih bersama teman"nya...
Alejandra
Ingat pengorbanan Asma lebih besar darimu, kamu hanya mengorbankan perasaan, sementara Asma mengorbankan masa remajanya, mungkin juga masa depannya, perasaannya, bahkan hal kecilpun dia korbankan. Tapi sekali lagi, hanya pengorbanan Khadijah yang terlihat...
Alejandra
Masih tetap Khadijah yang diutamakan, dan Khadijah masih belum cukup dengan semua pengorbanan Asma. Hanya Khadijah yang melakukan pengorbanan besar, sementara Asma tidak melakukan apapun, perempuan ini benar" egois...
Alejandra
Kenapa Khadijah yang mengatakan kepada Ummi, kesannya disini Asma yang egois jadinya. Sementara Asma tidak pernah mengatakan apa yang terjadi dalam hidupnya, kenapa tidak membiarkan Bilal yang berbicara pada Umminya. Disini masih terlihat sifat egois Khadijah...
Alejandra
Memang itulah kenyataannya...
Alejandra
Masih tetap nggak sadar" nich orang...
Alejandra
Bukankah itu kenyataannya Mbak, Asma tidak pernah main belakang. Kalau dia marah maka dia memperlihatkannya secara langsung, bukan seperti Mbak-nya yang mempunyai banyak topeng...
Alejandra
Dini bukan Mila...
Alejandra
Tidak akan ada yang berubah meskipun tinggal terpisah, masalahnya tetap dihati yang tidak ikhlas. Sekalipun terpisah, akan tetap menyimpan cemburu karena terus"an memikirkan yang tidak" saat suaminya bersama dengan madunya...
Alejandra
Cih, gayamu Mbak, padahal pengen joget saking senangnya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!