NovelToon NovelToon
MAFIA DAN GADIS BUTA

MAFIA DAN GADIS BUTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Romansa / Roman-Angst Mafia / Dark Romance
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!

Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.

Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.

Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.

Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.

Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20. BODOH

Lucas duduk bersandar di kursi kayu bergaya kolonial di dalam kamar kediaman Dawson. Di hadapannya, file hitam dari kompleks mati itu terbuka. Kata-kata di dalamnya Dawson terlihat semakin berat setiap kali matanya mencoba membaca ulang. Laptop menyala dengan beberapa jendela berisi dokumen terenkripsi, foto-foto kabur, peta-peta jaringan informasi, dan grafik koneksi organisasi bawah tanah. Di sampingnya, bergeletakan beberapa amplop berstempel rahasia, kiriman dari Zen yang baru saja tiba lewat jalur pribadi.

Tangannya terangkat, menekan pelipis. "Tidak. Ini bisa saja salah. Camellia tidak mungkin ...."

Ia mencoba mengingat semua hal tentang gadis itu, senyum lembutnya, suaranya yang selalu tenang, ketulusan yang terasa terlalu murni untuk seseorang yang pernah disentuh oleh eksperimen gelap semacam itu. Rasanya tidak mungkin gadis semurni itu pernah menjadi objek penelitian. Membayangkannya saja Lucas tidak ingin.

"Dia bahkan tidak tahu," gumamnya. "Apa yang akan terjadi padanya jika dia tahu tentang ini?"

Lucas berdiri, berjalan mondar-mandir. Ia menatap file itu seolah berharap huruf-huruf di atas kertas akan berubah dan membuktikan bahwa ia salah.

Tidak, ini hanya kebetulan nama. Dawson bukan nama yang langka.

Tapi bagian yang menyebutkan visual cortex suppression membuat penolakannya goyah. Camellia, Lucas sudah jatuh terlalu dalam dengan gadis itu rupanya. Hingga belum pernah ia merasa serisau ini kecuali mengurusi tentang adik perempuan Lucas dulu.

Lucas menghela napas keras, berusaha mengendalikan diri. Rasa lelah menangkapnya, menyadarkan Lucas lalau dirinya belum tidur lebih dari dua hari. Pikirannya kacau, tidak tenang, hingga emosi yang tidak stabil. "Aku harus tahu semuanya. Tapi bagaimana aku akan menatap wajahnya setelah ini?"

Ia menatap layar tanpa berkedip. Di salah satu folder digital, foto usang Seraphine Vale terpampang. Gadis itu menghilang satu tahun lalu, tanpa jejak yang jelas. Tapi kini, benang-benang informasi yang tercerai mulai tampak saling bersambung.

Zen pertama kali melaporkan bahwa nama Seraphine disebut dalam arsip rahasia milik sebuah organisasi gelap bernama Black Mantis, Lucas tahu kalau ini pastilah bukan kasus kecil. Sebuah sindikat kriminal internasional yang dikenal dalam bayang-bayang sebagai kelompok tanpa wajah, tanpa negara, tapi memiliki tangan di hampir setiap konflik besar dalam dekade terakhir. Pembunuhan, penghilangan orang, penyelundupan, bahkan percobaan kudeta kecil, semuanya bisa ditelusuri ke satu nama.

Black Mantis.

Hubungan yang samar antara perusahaan Dawson, Seraphine, dan Black Mantis mulai membuat segalanya terasa lebih rumit dari sekadar misi penyelamatan. Apakah keluarga Dawson tahu sesuatu? Atau justru mereka bagian dari permainan ini?

Lucas menggulir dokumen berikutnya. Ada catatan keuangan mencurigakan. Beberapa di antaranya dialihkan ke rekening yang disamarkan, menggunakan nama perusahaan fiktif yang berafiliasi dengan sektor riset teknologi canggih.

Dan salah satunya, berlokasi di San Francisco, kota kelahiran Lucas.

Jantung Lucas berdetak cepat.

Apakah ini ... lebih besar dari yang ia bayangkan? Lebih besar dari wabah virus kemarin?

Ia menyandarkan tubuh ke kursi, satu tangan menekan pelipis. Kepalanya dipenuhi kemungkinan. Dan di sela-sela analisis dingin itu, wajah Camellia muncul dalam benaknya. Senyumnya. Kepolosannya. Sentuhannya. Lucas benar lelah sekarang. Ia tidak bisa berpikir jernih. Zen akan memarahi Lucas jika ia tidak istirahat dan tidur malam ini. Lucas sudah mencapai ambang batasnya.

Lucas memejamkan mata. Padahal ia ke sini hanya untuk menemukan seseorang setelah berjanji akan membawanya pulang. Tapi tidak menyangka justru ia menemukan sesuatu yang berbahaya dan sulit ditebak. Pertanyaan tanpa jawaban seperti ini adalah hal yang paling Lucas benci.

Terlebih Lucas sampai berbohong dan menggunakan identitas palsu untuk dapat masuk ke kediaman ini. Namun semakin dekat ia dengan Camellia, semakin kuat rasa bersalah itu menggerogoti, padahal awalnya ia tidak peduli. Semua yang dilakukan hanyalah akting. Tapi Lucas terjebak pada sandiwara sendiri.

Ia merasa seperti pembohong. Camellia yang rapuh tapi kuat, yang selalu jujur tentang dunia yang tak bisa ia lihat. Sementara dirinya ... menyembunyikan tujuan, melangkah dalam bayang-bayang, dan kini mulai menyukai gadis itu dengan ketulusan yang menakutkan.

Lucas menarik napas dalam, mencoba mengendalikan emosi. Ia benar-benar butuh tidur sekarang.

Tapi saat ketukan pelan terdengar dari pintu, jiwanya sontak terangkat dari lamunan.

“Lucas?”

Suara itu lirih, namun familiar.

Camellia.

Dan Lucas belum siap menghadapi perempuan itu dalam keadaan pikirannya yang berserakan.

Lucas membuka pintu kamar perlahan. Suara derit engsel yang lembut menyatu dengan keheningan koridor lantai atas rumah Dawson. Lampu gantung di langit-langit menebarkan cahaya hangat yang mengambang pelan, nyaris seperti kabut keemasan.

Lucas melihatnya.

Camellia.

Gadis itu berdiri tenang, dengan gaun tidur berwarna gading yang jatuh lembut hingga mata kakinya. Rambutnya digerai, mata tanpa cahaya itu menghadap lurus ke arahnya, namun Lucas tahu ia tidak dapat melihatnya. Di genggaman tangannya, Camellia memegang mug hangat berisi teh herbal, aroma lavender samar menguar dari sana.

Lucas sontak terdiam.

Ada jeda yang menggantung di udara, seperti waktu tiba-tiba membeku.

"Lucas?" Suara Camellia pelan, namun ada keraguan samar dalam nada itu. "Kau belum tidur, 'kan? Aku dengar kau sibuk dan kurang tidur sejak lusa kemarin. Jadi aku meminta Jane untuk membuatkanmu teh ini agar kau bisa tidur nyenyak."

Lucas menelan ludah. Ada desir dalam dadanya yang sulit dijelaskan, campuran rasa bersalah, sayang, dan ketakutan yang tak bernama. Matanya mengamati wajah Camellia yang tenang, tapi pucat, seakan menyimpan sesuatu yang tak terucapkan.

"Belum, terima kasih tehnya," jawabnya singkat. Suaranya terdengar datar, terlalu datar.

Biasanya ia akan langsung mengantarnya kembali ke kamar, bertanya apakah Camellia tidur nyenyak atau butuh sesuatu. Tapi malam ini, Lucas hanya berdiri di tempatnya. Ada jarak tak kasat mata yang merambat di antara mereka.

Dan Camellia merasakannya.

Tangannya yang menggenggam mug bergetar sedikit. Ia mencoba menyembunyikannya dengan merapatkan mug ke dadanya.

"Kau akhir-akhir ini sering sibuk, ya?" tanyanya lagi, berusaha terdengar ceria.

Lucas menoleh ke arah lain. "Hanya beberapa urusan pekerjaan," jawabnya. Dingin. Singkat. Aman.

Camellia mengangguk pelan, meski hatinya mulai retak di sudut-sudutnya. "Aku mengerti. Aku ingin bicara denganmu kalau boleh."

Lucas tidak menjawab. Kepalanya dipenuhi oleh informasi tentang gadis di depannya ini, yang ia temukan di bekas laboratorium itu. Suara Zen masih terngiang di telinganya, 'Black Mantis terlibat … dan mereka pernah menjalin ada hubungan rahasia dengan mendiang orang tua Camellia'.

Semua itu menumpuk seperti badai. Dan kini, Camellia berdiri di hadapannya, lembut, penuh kasih, tidak tahu apa pun.

Dan justru karena itulah dadanya terasa sesak. Ia tidak tahu bagaimana memberitahu gadis ini kebenarannya tanpa menyakiti apalagi membuat gadis ini hancur.

Camellia menunduk, lalu berkata pelan, "Lucas, akhir-akhir ini kau selalu menjauh. Apa aku-"

"Camellia, tidak sekarang," potong Lucas tajam. Kepalanya sakit, berdenyut menusuk sejak tadi.

"Tapi bisakah kita bicara sebentar?" pinta Camellia.

Lucas menegakkan punggungnya. "Aku sibuk, Camellia. Ada banyak hal yang harus kuselesaikan, kita bicara nanti, oke," jawabnya cepat seraya menahan sakit di kepala.

Camellia menggigit bibir. "Aku mengerti, maaf, aku tidak bermaksud mengganggu ...."

Lucas menghela napas. Suaranya terdengar sedikit meninggi tanpa ia sadari, "Kalau kau mengerti, tolong tinggalkan aku sendiri!"

Sejenak, keheningan menjelma beku. Camellia menunduk. Bahunya gemetar kecil. Ia mengangguk pelan dan mundur.

Oh no, apa yang telah Lucas barusan. Nada suaranya meninggi, tak seharusnya. Tapi sudah terlanjur.

Camellia membeku.

Lucas langsung menyesalinya, namun ia terlalu lambat untuk menarik kembali kalimat itu. Matanya menatap wajah gadis itu, wajah yang kini tampak terkejut, lalu perlahan merunduk dalam diam. Jemari Camellia menggenggam cangkir teh lebih erat, seakan itu satu-satunya yang bisa ia genggam dari kenyataan yang rapuh.

"Maaf," gumam Lucas, suaranya kembali melembut. Tapi Camellia sudah menunduk terlalu dalam untuk mendengarnya.

"Aku mengerti," bisik Camellia, senyumnya dipaksakan. "Kau sedang sibuk. Tentu saja. Maaf sudah menggangu."

Lucas menggeleng pelan. "Bukan itu maksudku. Aku hanya sedang banyak pikiran dan sedang tidak sehat-"

Hening kembali mengisi ruang di antara mereka. Angin dari ventilasi langit-langit berembus pelan, mengelus rambut Camellia dan membuatnya tampak lebih rapuh dari biasanya.

Lalu, dengan suara nyaris tak terdengar, Camellia bertanya, "Lucas? Apakah aku menjadi beban?"

Lucas mengangkat wajahnya cepat, tatapannya berubah sendu menatap gadis itu. "Apa maksudmu?"

Camellia menggigit bibir bawahnya. Ia tidak menangis, tapi nada suaranya menyiratkan sesuatu yang nyaris patah. Gadis itu hanya diam tak menjawab.

Lucas mendekat satu langkah, ingin menyentuh bahunya, ingin mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari yang ia pikirkan itu benar. Tapi mulutnya terkunci oleh rasa bersalah yang lebih dalam dari kata-kata.

Camellia mendengar langkah kakinya, dan salah mengira bahwa Lucas akan melangkah pergi. Ia mundur setengah langkah. "Maaf. Aku ngelantur, akan kembali ke kamar. Selamat malam."

Lucas ingin menghentikannya, tapi tubuhnya kaku. Kepala Lucas sakit luar biasa yang menusuk hingga mata tak sanggup terbuka. Ia bersandar pada pinggir pintu agar tidak ambruk ke lantai.

Camellia tidak dapat melihat yang terjadi pada Lucas. Gadis itu membalikkan badan perlahan, dan berjalan menjauh, langkahnya pelan namun hati-hati, seolah setiap tapak yang ia ambil terasa berat oleh perasaan tak terlihat, ragu, takut, dan hampa.

Lucas berdiri terpaku. Dadanya sesak. Namun tubuhnya sulit untuk bergerak. Ia menyandarkan tubuh ke dinding koridor, memejamkan mata. Berusaha menghilangkan rasa sakit di kepala.

Apa yang sudah aku lakukan padanya?

Lucas berjalan ke arah meja, membuka laci untuk mencari painkillers untuk meredakan sakit kepalanya yang seperti mau pecah. Lucas menengguk obat tersebut dan duduk di lantai, bersandar pada kaki ranjang seraya meremas rambutnya untuk meredakan denyut menyebalkan itu.

Maafkan aku, Camellia. Maaf. Aku janji akan memperbaikinya. Aku akan memberitahumu semuanya termasuk yang aku rasakan. Aku tahu saat ini aku hanyalah pria bodoh. Jika ayahku tahu bagaimana aku memperlakukanmu, aku yakin Beliau akan menghajarku, batin Lucas sebelum akhirnya ia jatuh lelap dalam tidur tanpa ia mau.

1
ir
jika dulu Cammy di anggap boneka oleh Briana sekarang mari kita balik keadaan kita jadikan Briana boneka berjalan, kita ikutan segala permainan Briana seolah kita tetap orang bodoh hahahaha
ir
udah ga bisa ber word word pokok nya
hansen
Luke So sweet
ir
nanti teman² dan orang² yg udah menjauhi Cammy kalo, mereka melihat Cammy yg sekarang jadi perempuan yg cantik dan jadi wanita yg sempurna pada datang dan cari muka cihhh menjijikkan, nanti kalo mereka minta maaf, maafin aja Cammy tapi jangan pernah mau berteman dan dekat dengan mereka lagi ya sayang
Archiemorarty: Bener...maafin tapi jangan mau balik ke orang-orang itu. karena bakal sama aja nantinya 😌
total 1 replies
hansen
ini lah dunia yang sebenar cammy penuh warna ceria dan warna gelap yang menyakitkan lebih dari tidak bisa melihat..
ir
ga sabar lihat Briana matanya lepas 🤣🤣
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee
ir: owhhh jadi Cammy sama Rose cuma selisih satu tahun, kalo sama Lucas 6thn oke oke
Archiemorarty: Disini Lucas udah umur 28, jadi Rose & Rod 23, Cammy 22, Arthur & Arabella 33.
kejadian Rose pas Rose umur 20 terkahir kemaren, jadi 3 tahun setelahnya cerita Lucas sama Cammy ini.
total 2 replies
hansen
terbaik thor
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya semoga bisa menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Margaretha Indrayani
briana sepertinya sudah mulai gila, semoga lucas bisa memberikan pelajaran yang paling menyalitkan buat briana
Archiemorarty: Terima kasih udah bacanya, ikutin terus updatenya. Semoga bisa menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Jelita S
serasa ikut jelong2 ke Swiss Thor😄😄
Archiemorarty: Tujuanku, biar readers serasa ikut liburan ke swiss...padahal mah othornya yang penting jalan2 juga ke sana /Facepalm/
total 1 replies
Jelita S
Thor slalu tersentuh semua dengan kata demi kata di cerita mu ini, terlalu suka dengan critamu
Archiemorarty: Aku buat yang terbaik buat para Readers. karena aku juga sebagai Readers seneng kalau ketemu cerita yang bagus. semoga ceritanya bisa menghibur waktu senggangnya kakaknya ya 🥰
total 1 replies
hansen
tetap la disamping lucas apa pun yang bakal berlaku kedepan cammy, dengan berganding bahu berdua percaya lah semua benang merah akan terungkai jawapan nya..itu lebih mudah melumpuhkan musuh adalah tetap disamping lucas
Archiemorarty: setuju /Scream/
total 1 replies
ir
Lucas yg meyakinkan Cammy saat rapuh, Lucas yg selalu ada. untuk Cammy, yg tidah pernah memandang kekurangan Cammy yg membawa dunia baru bagi Cammy, tapi nanti orang lain yg berusaha merebut posisi Lucas hahh pasti ituu
Archiemorarty: oh, silahkan saja. Lucas kita didikan bapak Rion. tahu sendiri kan /CoolGuy/
total 1 replies
Della Alfira
lagiii lagiii lagiii thorr😭
Archiemorarty: Hahaha...sabar ya. ditunggu setiap updatenya ya
total 1 replies
Jelita S
kok aku gk sabaran y liat Lukas bucin akut sama Cammy😀😀😀
Archiemorarty: Sama aku juga...
total 1 replies
ir
ayoo kita dampingi cucu menantu kita glow up, sebelum pulang ke rumah cammy sendiri, nanti ajak mampu dulu ke rumah calon mertua dulu ya kak, bila perlu menetap ajalah di kediaman Lorenzo, biar bianca uring²an
ir
aku baru mau komen, alhamdulillah ga ada gangguan dari ulat birahi ehh part selanjutnya nongol 😌😌
Archiemorarty: Hahahahaha, apa itu damai
total 1 replies
Jelita S
ah si ulet bulu masih sok perhatian,,hempaskan Briana 😡😡
Archiemorarty: hahahaha.... keributan itu wajib
total 1 replies
Jelita S
GK sabar liat Cammy bisa melihat🥰🥰🥰
Archiemorarty: percaya othor lebih gx sabar liat cammy bia liat 😌
total 1 replies
Jelita S
ah semakin gak sabar nunggu up mu thor
Archiemorarty: Xixixi...sabar ya
total 1 replies
ir
ayoo gass iki cucu ke Zurich liburan rame² kita 🤣🤣
Archiemorarty: Kapan lagi kan bisa liburan ke sana
Archiemorarty: Kapan lagi kan bisa liburan ke sana
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!