Ara yang melarikan diri ke luar negeri, tidak sengaja menyaksikan pembunuhan terhadap bosnya saat bekerja, dan itu membuatnya menjadi tawanan pria yang kejam, bahkan lebih kejam dari orang orang di masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti tyna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Suara berat dari belakangnya membuat gadis itu begitu terkejut, ia menoleh, terlihat pria paruh baya dan beberapa wanita berpakaian pelayan sudah berbaris di lantai satu, ara memang berada di lantai satu karena dia tidak berpikir banyak saat mencari kamar, yang penting dia bisa cepat berbaring.
"ada apa?"
Tanya ara dengan jutek.
"perkenalkan..."
Ara mengangkat tangannya tanda untuk berhenti bicara, dia tidak tertarik untuk tau nama siapapun sekarang.
"di mana kamarku?"
Tanya ara dengan kepala melihat lihat seisi rumah.
"kamar anda di lantai dua, biarkan pelayan yang membawa barang anda, kami juga sudah menyiapkan makan siang"
pria yang memakai baju yang seperti seragam itu menjelaskan dengan sopan dan lancar.
Ara terdiam, ia memegang perutnya yang sangat lapar, lalu ia mengangguk kemudian berjalan mengikuti pria yang dengan sopan menunjukkan arah dengan tangannya.
sampai di meja, ara menatap makanan yang berbaris di meja, karena perutnya yang memang sudah sangat lapar, dengan segera mengambil makanan yang dia suka dan makan dengan cepat.
"tuan muda"
Sapa pria paruh baya yang berdiri di belakang ara.
"hemm"
Hanya itu sahutan dari ian, pria itu melirik ara dengan tatapan ngeri, apa lagi melihat piring gadis itu yang penuh dengan ayam dan daging.
'iblis kecil itu sangat rakus'
Rutuk ian dalam hati, ia menyayangkan kalau dia harus memberi makan istri rakusnya untuk seumur hidup.
Begitulah kalau sudah benci, seseorang akan merasa memberi makanan mahal untuk kucing lebih baik dari pada orang yang tidak di sukai.
ara tidak memperdulikan ian, dia sibuk mengisi kembali tenaganya dengan makanan enak di depannya, karena dia harus ekstra kuat menghadapi rumah tangga mereka yang hari pertamanya sudah di terpa badai angin, badai topan, dan berbagai badai lainnya.
...
Setelah makan siang, kini ara dan ian duduk berhadapan di ruang tamu, tapi tidak saling bicara, ara hanya fokus membaca novel yang baru saja ia dapatkan dari kepala pelayan,
ara tidak memiliki ponsel karena tidak di izinkan oleh farhan, dan itu membuatnya benar benar terkurung dalam pengawasan ketat B world tampa bisa kabur.
Sedangkan ian fokus pada laptop di depannya, pria itu sedang melakukan persiapan untuk mendirikan bisnisnya sendiri atas perintah amir, dengan modal terbatas yang ayahnya berikan, dia harus mencapai target yang di berikan pria itu, dia bebas memilih berbisnis di bidang apapun, dia akan tetap melanjutkan pendidikannya, dan akan kuliah di luar negeri.
Ian melirik ara, gadis yang kini sudah menjadi istrinya dan dia akan bertanggung jawab sepenuhnya pada istrinya itu, entah apa yang di pikirkan ayahnya hingga bersikeras menyuruhnya menikah secepatnya dengan gadis yang sudah di pilih.
ara yang merasakan pandangan seseorang padanya menoleh ke depan, dan itu membuat ian cepat cepat mengalihkan pandangannya.
"kapan kita pulang?"
Tanya ara dengan nada merengek.
"aku rindu mia"
Deg
Ian meneguk liurnya saat nama mia di sebut, entah kenapa mendengar kata rindu dari murut gadis yang kini menaikkan kakinya melunjur ke sofa membuat darahnya mendidih, baginya ara tidak berhak mengatakan rindu untuk saudaranya yang telah dia sakiti, dan yang membuatnya lebih marah adalah, gadis di depannya tidak tau apa apa dengan apa yang dia dan mia alami.
"mereka pasti juga merindukanku"
Ucap ara dengan nada sedih.
"kau yakin mereka merindukanmu?, bukannya kamu hanya anak pungut yang sudah di jual"
Ucap ian dengan nada sinis.
Ara yang mendengar itu menurunkan kakinya dan duduk dengan tegak, wajahnya terlihat dingin.
"apa maksudmu, jangan mengarang cerita"
ucap ara dengan marah.
"heh"
Hanya itu yang keluar dari mulut ian, dan itu membuat ara makin meradang, tapi itu membuat ian puas, dia sangat suka melihat wajah tertekan ara, dan baginya itu tidak seberapa dengan apa yang ara lakukan tampa gadis itu sadari, apa lagi ian masih dendam dengan semalam, ara benar benar membiarkan dia tersiksa sendiri, bahkan menyuruhnya mencari wanita lain.
"kau pasti tidak bersih saat menyikat gigi, makanya mulutmu itu sangat kotor dan bau, karena itulah kata kata yang keluar juga tidak berkualitas"
hina ara dengan telunjuknya menunjuk nunjuk, terlihat kekanakan bagi orang lain yang melihat, tapi berhasil membuat ian terpancing emosi.
"diam"
Bentak ian.
"tidak mau"
Ara membentak balik.
"kau.."
Ian berdiri dan menunjuk wajah ara dengan wajah memerah karena malu dan marah, apa lagi ia bisa merasakan kalau para pelayan sedang memperhatikan mereka dengan curi curi dengar dan mengintip.
"apa, apa?"
Tantang ara dengan tangan di pinggang, plus wajah super menyebalkan di mata ian.
ian menahan gemuruh di dadanya karena marah, ingin sekali ia memukul wajah gadis yang sangat terlihat sedang mengejeknya karena tidak bisa melakukan apa apa.
ting
Seperti mendapat pencerahan di atas kepalanya, ian dengan lincah membopong tubuh kurus ara ke bahunya seperti karung beras, dan membawanya ke lantai atas tampa memperdulikan rontaan, pukulan dan makian gadis itu, dia tidak boleh kalah dari ara, dia akan membuat gadis itu bungkam agar tidak bisa meremehkannya lagi.
"hari ini kamu akan habis di tangan ku"
ucap ian menakut nakuti ara, ia membuka pintu lalu melempar tubuh istrinya ke ranjang, ian dengan lincah melepas kaosnya, lalu hendak membuka kancing celana.
"ampun, ampun, kak am, aku yang salah, aku akan menghormatimu, jangan marah ya"
Ara dengan cepat melompat dan menahan tangan ian yang akan membuka kancing dan resleting celananya.
Ian menahan tawanya melihat wajah panik gadis yang kini berlutut di kakinya.
'sepertinya, dia sangat takut di makan'