NovelToon NovelToon
Langit Jingga Setelah Hujan

Langit Jingga Setelah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Keluarga / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Chicklit / Fantasi Wanita
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: R²_Chair

Jingga seorang gadis cantik yang hidupnya berubah drastis ketika keluarga yang seharusnya menjadi tempat pulang justru menjadi orang pertama yang melemparkannya keluar dari hidup mereoka. Dibuang oleh ayah kandungnya sendiri karena fitnah ibu tiri dan adik tirinya, Jingga harus belajar bertahan di dunia yang tiba-tiba terasa begitu dingin.

Awalnya, hidup Jingga penuh warna. Ia tumbuh di rumah yang hangat bersama ibu dan ayah yang penuh kasih. Namun setelah sang ibu meninggal, Ayah menikahi Ratna, wanita yang perlahan menghapus keberadaan Jingga dari kehidupan keluarga. Davin, adik tirinya, turut memperkeruh keadaan dengan sikap kasar dan iri.

Bagaimanakan kehidupan Jingga kedepannya?
Akankan badai dan hujannya reda ??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diantara Pameran Aku melihatmu lagi..

Gedung pameran itu berdiri megah di pusat kabupaten,dinding kaca yang memantulkan cahaya matahari pagi, membuat tempat itu tampak seperti balutan jingga lembut yang menyambut siapa saja yang masuk. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jingga melangkah dengan gugup namun bangga, memeluk map kecil berisi daftar karya foto yang ia pajang hari ini.

Kakek Arga berdiri di sampingnya, mengenakan kemeja lengan panjang rapi dan peci hitam yang selalu menjadi ciri khasnya. Wajah tuanya tampak bangga sejak mereka turun dari mobil panitia.

“Bernafas dulu, Nduk. Ngga usah tegang. Foto-fotomu itu sudah bicara sendiri,” ujar Kakek Arga sambil menepuk pelan punggung Jingga.

Jingga mengangguk, meski hatinya terus berdegup kencang. Pameran ini tidak main-main diikuti puluhan peserta dari berbagai kecamatan dan kabupaten dan di hari kedua ini,hari dimana para fotografer profesional dan ternama akan hadir. Ia, gadis desa berusia dua puluh tahun yang baru beberapa minggu belajar fotografi secara serius, tak pernah menyangka akan diundang.

Saat melangkah memasuki ruangan, ia sedikit terkejut.

Di salah satu sisi, fotonya terpajang dalam bingkai baru hitam elegan yang berdampingan dengan foto seorang fotografer lokal ternama.Potret sederhana bunga liar yang disinari cahaya pagi, dan foto Kakek Arga yang sedang menyiram tanaman. Banyak orang berhenti, berbisik-bisik, memerhatikan detail fotonya.

“Aku suka yang ini, estetik tapi hangat,” komentar seorang pengunjung.

“Yang ini… natural banget, ya. Rasanya kayak ada cerita di baliknya,” timpal lainnya.

Pipi Jingga memanas. Ia tak menyangka akan mendapat perhatian sebanyak ini.Ia kira hari kemarin adalah hari sempurna namun masih ada hari ini yang jauh lebih sempurna.

Beberapa Jam Kemudian.

Pameran semakin ramai. Pengunjung bertambah, dan panitia mulai berdatangan menghampiri Jingga untuk menanyakan izin pembelian foto.

“Foto ‘Senyum Pagi di Kebun’ ada yang mau beli lima ratus ribu, Dik. Kamu setuju?” tanya salah satu panitia.

Jingga hampir tersedak napas. “Li-lima ratus ribu?? Buat satu foto?”

“Iya. Yang lain juga banyak peminatnya.”

Kakek Arga tertawa puas sambil menggeleng, “Lha, kakek bilang apa? Kamu itu berbakat.”

Jingga merasa dunia berputar lebih cepat dari biasanya. Ia terharu, bahagia, tetapi juga sedikit tak percaya.

Namun semua kebahagiaan itu seolah berhenti seketika ketika panitia mengumumkan kedatangan tamu baru dari luar kota.

Dan ketika Jingga menoleh…

Di sana, di pintu masuk, berdiri seorang laki-laki dengan kemeja putih sederhana, rambut sedikit berantakan karena perjalanan panjang.

ARJUNA.

 Arjuna mematung sejenak ketika melihat Jingga dari kejauhan. Ruangan yang penuh orang seperti mendadak hening bagi keduanya. Tatapan mereka bertemu dalam senyap yang terasa lebih dalam daripada apa pun.

Ia melangkah perlahan, menyibak kerumunan tanpa memedulikan pandangan beberapa orang yang tampaknya mengenalinya bagaimanapun ia seorang dosen dan fotografer, cukup dikenal di kota kabupaten itu.

Jingga menutup mulutnya dengan tangan. Ia terkejut, tak percaya, dan matanya otomatis berkaca-kaca.

“Ka Juna…?” suaranya hampir tak terdengar.

Arjuna berhenti tepat di depannya. Ia menatapnya lama, lembut, seolah mencoba memastikan bahwa gadis di depannya benar-benar Jingga, gadis yang fotonya ia simpan di meja kerja dan kamar.

“Aku pulang lebih cepat,” ujar Arjuna pelan, tersenyum hangat. “Aku harus lihat sendiri… karyamu.”

Dan air mata Jingga tak bisa ditahan lagi.

Ia menangis karena bahagia.

Karena laki-laki yang diam-diam ia rindukan, yang fotonya diam-diam ia simpan dalam buku harian, saat ini berdiri di hadapannya tanpa jarak,tanpa sekat.

Kakek Arga tersenyum simpul dari jauh. Ia sempat mendekat dan menepuk bahu Arjuna.

“Terima kasih sudah datang, Nak. Jingga ini dari tadi tegang sekali.”

Arjuna tersenyum. “Saya ingin datang sejak pagi, Kek. Tapi harus terjebak macet.”

Kakek Arga mengangguk bijak, lalu mundur agar kedua anak muda itu bisa berbicara.

 Arjuna Mengamati Foto-Foto Jingga

“Ini… semua karyamu?” tanya Arjuna sambil berjalan ke arah deretan foto.

Jingga mengangguk pelan, masih menahan sisa haru. “I-iya. Aku agak kaget banyak yang suka.”

Arjuna memperhatikan satu foto yang sejak tadi menarik perhatiannya,foto Kakek Arga sedang menatap langit pagi sambil memegang cangkul.

“Aku sudah lihat beberapa unggahanmu di sosial media…” katanya tanpa menatap Jingga, tetapi ia tersenyum kecil. “Sepertinya kamu semakin mahir.”

Jingga membeku. Ia baru sadar Arjuna mungkin sudah menemukan akun sosial medianya.

“A-aku… iya… cuma coba-coba—”

“Tidak,” Arjuna memotong, kali ini menatapnya. “Kamu berbakat. Cara kamu menangkap cahaya… itu bukan sekadar coba-coba.”

Hati Jingga seolah tercubit.

“Terima kasih, Pak Arjuna…”

Arjuna terbatuk kecil. “Tidak usah panggil ‘Pak’… biasanya juga panggil Ka Juna .”

“Ta—tapi… kamu jauh lebih tua dan juga terhormat…”

“Please panggil seperti biasanya saja.” jawabnya sambil menahan senyum.

Jingga memalingkan wajah sambil menahan malu luar biasa.

Pameran terus berlangsung hingga sore,namun Kake Arga sudah pamit pulang duluan dengan alasan ada keperluan lain.

Awalnya Jingga ingin ikut pulang karena tidak ingin pulang sendiri,ia tidak mengenal daerah kabupaten hingga takut jika harus pulang sendiri namun Kake Arga lebih dulu meminta Arjuna untuk menemani dan megantarkan pulang Jingga.

Arjuna senang bukan main,ia seolah tau jika semua itu hanya alasan kake Arga saja.Arjuna pria dewasa,ia faham kake Arga mendukung dirinya untuk dekat dengan Jingga.

“Sampai sekarang aku masih tidak percaya kamu datang…” ujar Jingga pelan ketika mereka berjalan ke luar ruangan untuk mengambil udara segar.

Arjuna mengangguk. “Aku harus datang. Ada hal-hal yang tidak bisa ditunda.”

Jingga menunduk. Jemarinya memainkan ujung kerudungnya kebiasaan yang ia lakukan saat gugup.

“Jingga,” panggil Arjuna lembut.

Jingga mendongak.

“Aku bangga padamu.”

Dan seketika seluruh suara dari luar gedung,klakson mobil, hiruk pikuk pengunjung, langkah orang berlalu-lalang semua menghilang dari telinga Jingga.

Ia merasakan dadanya hangat dan berdebar cepat

“Aku tidak tahu kamu punya bakat sebesar ini. Tapi melihat foto-foto itu aku semakin ingin tahu ceritamu.” Lanjutnya

Jingga tersenyum kecil. “Kalau Ka Juna mau aku bisa ceritakan semuanya.”

Arjuna mengangguk, tatapannya lembut namun dalam. “Aku mau.”

Bagi Jingga mungkin ini saatnya untuk dirinya terbuka,bukan sebuah aib..hanya sebuah perjalanan hidupnya yang membuat dirinya bisa kembali berdiri di saat hujan dan badai itu telah lewat.

Dan untuk pertama kalinya Jingga merasakan bahwa rasa rindu yang selama ini ia simpan sendirian, ternyata tidak sepihak.

Arjuna pun ternyata merasakan hal yang sama.Bahkan mungkin… lebih kuat.

"Jika cinta sudah hadir, maka sekuat apa pun kamu mencoba menolak, ia tetap menemukan celah untuk masuk.

...Karena yang tulus selalu punya cara untuk bertahan dan menetap."...

...🍀🍀🍀...

...🍃Langit Senja Setelah Hujan🍃...

1
Danny Muliawati
hingga gmn dg kuliah nya yah
Puji Hastuti
Aq suka ceritanya kk 💪💪💪
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
punya bapak kok bego bgt, gak percaya ma anak sendiri, suatu saat dia akan menyesal...
𝐈𝐬𝐭𝐲
baru baca bab awal udah bikin nyesek ma emosi thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!