Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Ancaman besar
Setelah menyerahkan anak-anak itu ke Balai Kota, Jian Feng dan Lin Xue kembali ke penginapan murah mereka. Lin Xue, meskipun batuknya semakin sering, tampak sedikit lebih bahagia.
"Jian Feng, bisakah kita mengadopsi mereka?" tanya Lin Xue tiba-tiba saat Jian Feng menurunkannya di ranjang.
Jian Feng yang sedang membersihkan pedangnya yang masih berlumuran darah bandit, mengerutkan kening. "Mengadopsi? Mereka bukan anak anjing, Lin Xue. Lagipula, kita sedang dalam pelarian. Kita tidak punya uang atau tempat aman untuk satu orang pun, apalagi sepuluh anak kecil."
"Bukan sebagai anak," Lin Xue memegang tangan Jian Feng dengan tatapan memohon. "Sebagai adik-adikku. Mereka sendirian, Jian Feng. Sama seperti aku. Mereka ketakutan. Aku tidak bisa membiarkan mereka menjadi budak lagi."
Melihat mata tulus Lin Xue, hati Jian Feng melunak. Ia ingat masa kecilnya sendiri yang penuh penderitaan. Namun, naluri kultivatornya menjerit bahaya.
"Kita tidak bisa, Lin Xue. Mereka—"
WUSH!
Jian Feng tiba-tiba memejamkan mata. Ia merasakan Qi yang sangat dingin dan terorganisir bergerak cepat menuju kota. Qi ini berbeda dari Qi Api milik Hon Dai; ini lebih tersembunyi, lebih mematikan, dan lebih terfokus.
"Sial!" Jian Feng mengumpat. "Mereka lebih cepat dari yang kuduga."
"Ada apa?" Lin Xue panik melihat perubahan ekspresi Jian Feng.
"Kita harus pergi sekarang juga," kata Jian Feng, bergerak cepat mengemas barang-barang. Ia mengambil kembali semua koin emas dan perak yang ia dapatkan dari Zoq. "Kelompok yang berbahaya sedang menuju ke sini. Dan mereka mengejar anak-anak itu."
"Bagaimana kau tahu?"
"Percayalah padaku," jawab Jian Feng, suaranya tegang. "Mereka adalah pembunuh yang kuat. Dan aku merasakan bau darah di udara."
Jian Feng dengan sigap menggendong Lin Xue. Ia bergegas keluar dari penginapan, menuju ke Balai Kota tempat anak-anak itu ditempatkan sementara.
Di Balai Kota, suasana sudah tegang. Beberapa penjaga terlihat panik.
"Apa yang terjadi?" tanya Jian Feng pada seorang penjaga.
"Ada kelompok berpakaian hitam yang baru saja memaksa masuk! Mereka mencari anak-anak yang tadi kalian bawa!" jawab penjaga itu, wajahnya pucat.
Jian Feng merasa perutnya melilit. Ia benar. Mereka datang karena anak-anak itu. Dan itu berarti, anak-anak itu adalah umpan.
"Kita harus pergi! Sekarang juga!" Jian Feng bergegas masuk ke dalam Balai Kota.
Di aula utama, kelompok berjubah hitam itu sudah mengepung sepuluh anak kecil yang menangis. Aura dingin mereka membuat para penjaga Balai Kota tak berani bergerak. Total ada lima orang berjubah hitam.
"Jangan bergerak! Anak-anak itu sudah diberi tanda! Mereka milik kita!" teriak salah satu pria berjubah hitam.
Lin Xue melihat anak-anak itu kembali dalam bahaya. "Jian Feng! Anak-anak itu!"
Jian Feng mengencangkan pelukannya pada Lin Xue. Ia tahu, melawan kelompok misterius ini dalam kondisi belum pulih total adalah bunuh diri. Tetapi ia tidak mungkin membiarkan anak-anak ini kembali diculik.
Di kejauhan, di atap kota, Petir Kecil merasakan gelombang Qi Petir yang familiar dari tuannya, Jian Feng. Monster itu juga merasakan Qi dingin yang mengancam dari pria berjubah hitam.
Bzzzt!
Laba-laba Petir itu berderak, bersemangat dan siap turun tangan untuk melindungi sumber makanan (Jian Feng).
Jian Feng menarik napas, matanya memancarkan tekad. Ia menatap Lin Xue.
"Pegangan yang erat, Lin Xue! Musuh kita bukan kultivator biasa. Mungkin saja mereka berada di ranah penyatuan roh atau lebih tinggi."
Jian Feng berdiri di belakang lima orang berjubah hitam tersebut.
"Hentikan! Jangan berani kepada anak kecil!" gertak Jian Feng.
Kelima orang itu berbalik dan tersenyum sinis. "Ha, siapa ini? Bukannya dia pahlawan kesiangan yang membantai bandit bodoh itu dan membunuh pengantar barang kita(Zoq)? Hahaha! Bunuh dia!"
Satu pembunuh melesat dengan kecepatan luar biasa. Dia adalah kultivator Manifestasi Roh Level 5, jauh di atas Jian Feng yang masih berada di Arus Qi Level 2.
Jian Feng sangat kesulitan. Ia menggunakan Pedang Petir, tapi tenaganya kurang untuk menandingi kecepatan musuh. Ia berhasil beberapa kali menepis serangan musuh, membuat percikan api dan listrik kecil.
Jian Feng terdesak ke sudut. Ketika ia akan diserang fatal oleh tebasan pedang musuh,
BLARR!
Sebuah serangan petir besar dari atas menghantam pria berjubah hitam itu. Petir Kecil muncul, menerkam pria itu, dan membunuhnya dengan mudah.
Laba-laba Petir itu mendarat di depan Jian Feng, menundukkan kepala, dan mengeluarkan suara Bzzzt! riang, seolah meminta imbalan dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan. Petir Kecil di sini!"
Jian Feng dan para pembunuh berjubah hitam itu terkejut.
"Monster Jiwa Sejati!" teriak salah satu pembunuh. "Kabur!"
Dengan Petir Kecil yang kini menjadi penjaga yang dibayar dengan Qi Petir, Jian Feng kini memiliki peluang.
"Lin Xue, kita punya waktu. Pegangan yang erat, kita akan membawa mereka keluar dari kota ini!" seru Jian Feng.